Cerita ini adalah sekuel dari BOSS GILA KU, jadi biar mengerti alurnya mending baca dulu aja BOSS GILA KU.
"Aku gak benci sama kamu, aku cuma gak mau ada sangkut pautnya sama kamu. Apapun itu." Rena
"Tapi aku mau dan aku akan bikin kamu terus tersangkut sama aku." Roby
Rena seorang gadis manis nan polos, belum pernah berpacaran. Namun hatinya kini terpaut pada sosok sang ASISTEN kepercayaan boss tempatnya bekerja. Pria misterius yang sikapnya sulit ditebak, sampai dimana peristiwa membuatnya membenci dan menjauhi pria itu.
Roby sang ASISTEN yang memiliki latar belakang keluarga suram, masa lalu yang rumit dan suram harus dia jalani semasa remaja. Hingga dia bertemu dengan pemilik RENS CORP dan menjadikannya asisten kepercayaannya.
Roby harus kembali berurusan dengan masa lalu dan orang-orang yang membuat hidupnya berantakan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta R couple, mampukah menghadapi lika-liku peliknya percintaan.
Area 21+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andriana vhe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA!!!
Bulan ini adalah masa dimana Rena mendekati waktu persalinan, menurut perkiraan dokter, Rena akan melahirkan sekitar 2 Minggu lagi.
Kini Rena tengah mempersiapkan diri dan mentalnya menjelang persalinan, dia juga sudah menyiapkan segala keperluan untuk melahirkan. Seperti baju, tempat tidur, selimut dan juga yang lainnya. Dia juga sudah menyiapkan dana untuknya melahirkan nanti, walaupun berkali-kali Roby mengatakan bahwa dia akan menanggung semua biaya persalinan itu, karena bagaimanapun yang akan dilahirkan Rena itu adalah anaknya.
Sudah 1 Minggu ini Boy tidak memberi kabar ataupun menghubunginya, sebenarnya Rena merasa cemas takut sesuatu terjadi padanya. Ingin rasanya Rena menelpon Boy dan bertanya tentang kabarnya, namun Rena mengurungkan niatnya karena takut mengganggu kesibukan Boy dan mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari bawahannya yang mengatakan Boy sedang tidak bisa di ganggu.
Roby datang ke kedai Rena seperti biasa, untuk memastikan kondisi Rena. Apalagi mendekati waktu persalinan, Roby semakin siaga menemani segala aktivitas Rena persis seperti suami idaman.
Roby tidak menghiraukan segala macam tatapan heran tentang siapa dia, dan apa hubungannya dia dengan Rena dari para pegawai kedai. Roby hanya tetap berusaha bersikap baik kepada semuanya, dan untungnya mereka senang dengan kehadiran Roby disana, yang sedikit banyak membantu pekerjaan mereka.
"Hai, gimana keadaan kamu hari ini?" tanya Roby saat memasuki ruangan Rena.
"Aku baik, cuma punggungku aja yang pegal." jawab Rena sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya.
Roby menggeleng sambil tersenyum "Kan aku udah bilang, kamu gak usah datang ke kedai lagi. Kamu gak sadar apa!, bawa-bawa perut kaya gini. Aku aja ngeliatnya linu." Roby duduk di kursi dihadapan Rena seraya bergidik membayangkan betapa lelahnya menjadi wanita saat hamil besar seperti Rena saat ini.
"Aku seneng kok sama perut buncit aku, karena banyak diluar sana yang sangat ingin punya anak tapi sulit mendapatkannya. Bahkan mereka melakukan berbagai cara, untuk mendapatkan seorang anak. Walaupun dengan biaya yang sangat banyak." ucap Rena tersenyum dan mengusap perut buncitnya.
"Ren, makasih ya. Kamu udah mau mempertahankan anak ini, walaupun anak ini hadir karena sebuah keterpaksaan. Waktu aku denger kamu hamil, aku takut kamu bakal gugurin anak ini karena rasa benci kamu ke aku." Roby tertunduk merasa sakit mengetahui kebenarannya yang sudah terlambat.
"Aku gak akan gugurin anak gak berdosa ini, lagian aku pernah bilang sama kamu. Aku gak pernah benci sama kamu, aku cuma ngerasa kecewa sama sikap kamu yang plin plan dan berani melakukan hal yang tidak wajar di area umum." Rena mendesah pelan sebelum melanjutkan ucapannya "Untung aja waktu itu aku yang liat, kalau orang lain mungkin kamu udah diarak keliling kampung sambil berjalan tanpa busana. Lagian aku gak habis pikir, bisa-bisanya kalian... Ah sudahlah itu urusan kamu sama dia, aku gak ada hak buat ngelarang kamu. Karena waktu itu aku sadar, aku bukan siapa-siapa kamu." Rena menghembuskan nafas kasar diakhir kalimat.
"Soal itu,,,, aku benar-benar minta maaf. Aku malu sama kamu dan diri aku sendiri,,,, aku ,,, aku juga gak sangka bisa berbuat seperti itu." Roby semakin tertunduk dengan suara yang lirih.
"Udahlah, semua udah lewat." Rena tersenyum dan menggenggam tangan Roby seraya memberikan ketenangan, padahal hatinya sendiri merasakan ngilu yang teramat dalam.
Roby menatap Rena yang terlihat sedang menatapnya sambil tersenyum, mereka saling menatap dan menyelami perasaan masing-masing lewat tatapan mata.
Roby membalas genggaman tangan Rena dengan mengeratkan genggaman tangannya dan Roby perlahan mendekatkan wajahnya pada Rena, tak ada gerak-gerik penolakan dari Rena sehingga Roby lebih mendekatkan dirinya dengan mengangkat tubuhnya seraya mendekatkan diri dengan Rena.
Sedikit lagi wajah Roby hampir bersentuhan dengan wajah Rena yang menatap Roby dalam, saat pintu terbuka dan menampilkan seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu.
Mendengar suara pintu terbuka, Roby dan Rena melihat ke arah pintu dan membuat mereka bertiga sama-sama saling terkejut.
Rena terkejut karena yang datang adalah Boy, setelah satu Minggu ini tak ada kabar darinya. Rena sangat senang melihat Boy ternyata baik-baik saja.
Roby terkejut karena Boy datang disaat yang tidak tepat dan langsung masuk kedalam ruangan Rena. Dia sudah tau dari Asgar, kalau Boy sering menemui Rena.
Sedangkan Boy terkejut karena dia heran bagaimana Roby ada disana dan mengetahui keberadaan Rena yang sekarang, Boy juga terkejut saat melihat adegan yang membuat hatinya menciut Seketika. Dia merasa peluang untuk mendapatkan Rena semakin tipis dengan kehadiran Roby.
"Ups, maaf aku menggangu, aku akan kembali saja. Silahkan kalian lanjutkan." ucap Boy dengan raut wajah kecewa dan berbalik arah hendak kembali.
Namun baru saja akan melangkah, Rena memanggilnya.
"Boy, jangan pergi." ucap Rena seraya bangkit dan berjalan menghampiri Boy yang masih berdiri di depan pintu.
"Maaf, aku udah ganggu kalian. Jadi sebaiknya aku pergi aja." ucap Boy dengan tersenyum.
"Tunggu Boy, aku seneng kamu dateng. Seminggu ini aku tunggu kabar dari kamu, tapi kamu cuekin aku. Bahkan saat aku telpon kamu, cuma sekertaris kamu aja yang jawab dan bilang kamu gak bisa di ganggu." ucap Rena jujur dengan menampilkan sedikit wajah polosnya.
Boy yang mendengar itu merasa sangat senang, dia juga gemas melihat wajah polos Rena yang sedikit merajuk.
"Kenapa?, kamu kangen sama aku!" goda Boy.
"Ih geer. Aku cuma khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-napa!"
"Uh so sweet, perhatian banget sih."
jawab Boy sambil mencubit pipi Rena yang chubby.
"Ih Boy."
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang melihat interaksi manis mereka. Mereka bahkan terlupa kalau di dalam ruangan itu masih terdapat orang lain.
"Ehemm." Roby berdehem, untuk menyadarkan mereka bahwa dia masih berada disana.
"Roby." Rena tertegun, kenapa dia bisa lupa kalau disana masih ada Roby.
"Tuan Boy." sapa Roby hormat. Roby tidak menghiraukan sapaan Rena.
"Roby, jangan panggil saya tuan. Panggil Boy aja, umur kita ini gak jauh beda."
"Hm."
"Saya dengar kamu di Amerika, tapi ternyata kamu ada disini." tanya Boy sarkastik.
"Saya ada urusan sedikit di Amerika, tapi sekarang urusan saya lebih penting disini." jawab Roby dengan tersenyum smirk.
"Kalau boleh tau, urusan penting apa itu?"
"Urusan menyangkut hidup saya, dan ini menyangkut masa depan dan kelangsungan penerus saya." jawab Roby sedikit ambigu.
"Waw, benar-benar urgent rupanya. Tapi, kenapa bisa kamu berada disini?"pancing Boy ingin melihat kejujuran dan keberanian Roby mengakui perbuatannya.
"Karena urusan saya memang berada di sini."
"Ada urusan apa kamu disini?"
"Urusan saya adalah.......... DIA!!!"
......................
......................
......................
Next
👏👏👏👏👏
💪💪💪💪💪💪