Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nginep Lagi
Kanaya menuju kamar yang di tunjuk Darren, begitu sampai di kamar dia langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Pandangannya menerawang langit-langit kamar, pikirannya mengingat kembali pertunjukan panas yang beberapa menit yang lalu baru di lihatnya. Dadanya menjadi sesak, dia segera bangkit dan mengatur napasnya, di tambah seharian ini cukup melelahkan. Kakinya terasa pegal efek mondar-mandir di mall sampai sore. Seharian beraktifitas membuat badan terasa lengket dan tidak nyaman. Naya bangkit dari ranjang dan keluar kamar, dia berniat meminjam handuk kepada Darren, Naya naik ke lantai atas, di sana terdapat beberapa kamar, dia nampak bingung di tambah hari yang sudah malam rasanya tidak sopan mengetuk kamar laki-laki.
Kamar Pak Darren yang mana ya? Ah biar gue ketuk satu persatu saja kali ya, tapi.... ah nggak jadi lah mandi tanpa handuk kan bisa kenapa harus pinjam handuk segala.
Naya bermonolog dan mengurungkan niatnya mengetuk pintu, dia mending mandi tanpa handuk dari pada harus pinjam ke pak Darren. Dengan cepat dia membalikkan badannya dan turun kembali ke kamar.
Setelah sampai di kamar, Naya membuka tasnya dan mengambil baju yang tadi siang di belikan bu Alin.
Untung tante Alin tadi beliin gue baju, jadi gue bisa ganti pakai ini.
Tok...tok..tok...
"Nay... udah tidur Nay." Darren mengetuk pintu kamar Kanaya. Hening tak ada jawaban dari penghuninya.
Ceklek
Pak Darren memberanikan diri masuk ke kamarnya, kebetulan pintunya tidak di kunci. Pandangannya mengedar ke seluruh ruangan tapi tidak menemukan sosok Kanaya.
Naya kemana? Gumamnya, dia sempat khawatir karena Naya tak ada di kamarnya namun menjadi lega setelah mendengar gemercik air di dalam kamar mandi menandakan Naya sedang berada di dalam.
"Nay..?" tok..tok...!
Merasa namanya di panggil Naya langsung menutup keran yang cukup membuat bising pendengarnya.
"Seperti ada yang memanggil namaku?" Naya menjernihkan Pendengarannya
"Nay...!" Pak Darren memanggil sekali lagi. "Kamu lagi mandi ya? ini handuk dan bajunya aku taruh di atas kasur ya?" Teriak Pak Darren lalu keluar dari kamar Naya dan menuju kamarnya.
Pak Darren? kok bisa pas banget sih gue lagi butuh handuk. Baik juga dia...
Naya segera menyelesaikan ritual mandi malamnya dan keluar kamar mandi dengan mengintip, kepalanya menengok ke kanan kiri takut-takut Pak Darren masih di dalam kamarnya. Merasa aman dia langsung keluar berlari mengambil handuk yang ditaruh di atas kasur. Disebelahnya ada beberapa kaos yang mungkin di bawa Darren untuk aku pakai tapi untungnya aku bawa baju.
Setelah mengeringkan rambut dengan handuknya, Naya merebahkan tubuhnya di pembaringan, rasa lelah dan tubuh yang nyaman membuat dia langsung terlelap.
Pagi harinya Darren turun ke bawah dengan baju rapi siap ke kampus. Dia duduk di sofa ruang keluarga seraya menunggu pesanan makanan yang baru saja dia pesan melalui aplikasi di ponsel pintarnya.
Sudah jam segini Naya belum keluar kamar? apa dia belum bangun?
Darren menuju kamarnya dan mengetuk pintu.
"Nay....! tok tok tok
"Naya...!!" Panggilannya semakin kenceng sambil menggedor-gedor pintunya.
Naya yang ternyata masih tertidur merasa terusik dengan suara gedoran pintu. Beberapa kali mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha mengumpulkan nyawanya ke dunia nyata. Setelah kesadaran nya penuh Naya langsung bangkit dari tidurnya.
"Astagfirullah... jam berapa ini." Naya melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan jam tujuh lewat lima menit.
"Iya bentar." Naya setengah berlari membuka pintu kamarnya, dia mengunci kamarnya dari dalam sebelum semalam tidur.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, nampak laki-laki tampan sedang berdiri di depan pintu dengan melipat tangan di dadanya.
"Baru bangun? cepat mandi hari ini ada kuliah pagi." Pekik Pak Darren.
"Bapak berangkat duluan aja, hari ini Naya nggak mau masuk Pak."
"Kamu yakin? Pagi ini mata kuliah saya lho apa kamu yakin mau bolos?"
Naya terbelalak, dengan cepat dia membalikkan badannya dan berlari menuju kamar mandi seraya melempar kata-kata.
"Tunggu aku Pak, lima belas menit Naya siap."
"Cepetan nggak pake lama." Teriak Darren seraya tersenyum kecil melihat tingkah Kanaya.
Sepeninggalan Naya ke kamar mandi, Darren menuju ruang depan karena merasa ada yang memencet bel rumahnya. Benar saja orang itu abang kurir yang mengantar makanan yang Darren pesan.
"Pesanannya Pak?"
"Terimakasih bang." Darren membawa makanan tersebut dan membawanya ke meja makan.
Lima belas menit berlalu Naya belum juga keluar dari kamar. Darren mulai tak sabar karena hari sudah agak siang. Baru saja Darren kembali berdiri dari duduknya suara langkah kaki mendekat ke arahnya.
"Lama banget sih Nay, buruan sarapan?"
"Di kampus aja Pak, tolong anterin Naya pulang mau ganti baju dan mengambil buku."
"Sarapan dulu, habiskan cepat habis itu aku anter." Naya mengalah, perutnya emang terasa lapar dengan lahap dia menyantap bubur ayam yang telah di sediakan Darren.
Setelah sarapan selesai mereka langsung menuju ke kost Kanaya. Darren menunggu di mobil sementara Naya keluar setengah berlari karena hari sudah lumayan siang.
Naya langsung masuk nerobos ke kamar, tidak ada Hana ataupun orang lain di sana, ranjangnya tampak acak-acakan. Namun sekilas terdengar suara gemercik air di kamar mandi, ya mungkin saja Hana sedang mandi pikirnya, dia langsung mengemas buku yang akan di bawa ke kampus berganti pakaian dan memoleskan sedikit lip balm di bibirnya lalu keluar menuju mobil Pak Darren yang masih terparkir di tempatnya.
Kurang dari sepuluh menit sampai di halaman kampus, Pak Darren benar-benar ngebut. Tepat pukul delapan kurang lima menit kami tiba di depan kelas, gue berjalan mendahuluinya karena atas inisiatifnya dan detik berikutnya Pak Dosen menyusul masuk ke kelas.
"Pagi semua." Sapanya kepada seluruh isi kelas. Kelas yang tadinya rame mahasiswa berceloteh mendadak hening seketika melihat kedatangan Dosen pengajar.
"Pagi Pak." Sahut semua mahasiswa kompak.
Pak Darren mengeluarkan laptop nya dari dalam tas dan segera membuka, mengabsen nama-nama mahasiswa secara runtut, jadi tidak ada istilah nya titip absen di jam kelasnya. Setelah satu setengah jam berlalu akhirnya pelajaran selesai juga, semua mahasiswa menyambut senang.
"Huhf... akhirnya kelar juga." Pekik Vivi seraya menghampiri ku
"Ana mana Vi?"
"Nggak masuk, tadi kan gue udah ngomong pas di absen si Dosen. Loe tidur atau apa sih nggak konsen banget."
"Kenapa? Ana sakit? eh Vi ada yang mau gue omongin penting banget." Naya terlihat cemas dan sedikit ragu.
"Apaan sih, ngomong di kantin aja ya sambil makan, gue laper tadi nggak sempet sarapan."
"Banyak orang Vi sini aja."
"Di sini juga masih banyak anak, mau ngomong apaan sih serius amat."
"Itu... Vi...."
"Ah nggak jelas banget, ngobrol di kantin biar enak ngomongnya sambil ngeteh." Vivi menyeret Naya mengikutinya.
Sesampainya di kantin Vivi langsung memesan es teh dua dan satu porsi kupat tahu.
"Beneran loe nggak mau makan?"
"Iya Vi.. gue udah sarapan tadi masih kenyang."
"Jadi gini Vi..." Baru saja Naya akan memulai ngomong pesananya datang.
"Ini mbak pesananya."
"Makasih buk." Ibu kantin membawa nampan berisi pesanan Vivi.
Naya menarik napas panjang dan bersiap memulai kata-katanya.
Dorr....
Riko and the geng datang tiba-tiba, Riko bermaksud bercanda dengan mengagetkanya. Naya terkesiap dia reflek berdiri dan memandang satu persatu wajah-wajah di depanya. Amarah nya membuncah ingin sekali dia mencakar wajah salah satu di depannya. Dengan sigap dia membalikkan badan dan berlari ke luar kantin.
"Beb... beb..." Teriak Riko memanggil Kanaya, mereka seperti sedang melakukan aksi kejar-kejaran yang tanpa sengaja di lihat oleh Pak Darren.