kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Beberapa detik kemudian, salah satu dari dua orang misterius itu mengeluarkan gulungan jimat hitam dari balik jubahnya, dan simbol merah darah di tengah jimat itu mulai berdenyut pelan seperti hidup.
Mata Ling Ruan membulat,“Itu… jimat apa !” bisiknya dengan nada serius.
Sementara itu, di ujung gang, Ling Yuan dan Zhang Ru akhirnya sampai, berdiri di balik tumpukan peti tua.
“Apa yang mereka lakukan di sini?” bisik Zhang Ru sambil menunduk.
“Tunggu saja sebentar lagi,” jawab Ling Yuan, pandangannya tetap fokus. Aura lembut namun tajam mulai mengalir di sekeliling tubuhnya.
Udara di gang itu perlahan berubah… saat kedua orang asing itu mengaktifkan jimat nya
Ling Long mengepalkan tangan. “buat apa sebenarnya Jumat yang mereka pegang !”
“Tenang dulu,” ujar Ling Ruan menahan rekannya. “kita perhatian. Pergerakan mereka terlebih dahulu baru kita bertindak ketika sudah diluar prediksi.”
jimat itupun di jatuhkan ke tanah dan sebuah pusaran hitam kecil terbentuk di tengah gang buntu itu. Dan kedua orang asing itu langsung melompat ke dalamnya dan menghilang bersamaan dengan hilang nya pusaran hitam dari jimat yng jatuh di tanah
Ling Yuan menatap tajam. “seperti nya ada sesuatu yng mereka sembunyikan di bawah jalanan ini" ucapnya sambil melihat bekas pusaran hitam tersebut .
Karena hari sudah mulai sore, Ling Long dan Ling Ruan turun dari atap dengan ringan dan mendarat di belakang Ling Yuan tanpa suara. Gerakan tiba-tiba itu membuat Ling Yuan terkejut, refleks mengeluarkan belati hitamnya, sementara Zhang Ru juga dengan cepat menarik pedangnya dari cincin penyimpanan.
“Siapa itu?!” seru Ling Yuan waspada, menoleh cepat ke belakang.
Namun begitu melihat wajah mereka, ekspresinya langsung berubah lega.
“Oh… ternyata kalian. Aku pikir siapa,” ucapnya sambil menarik napas lega dan menyarungkan kembali belatinya ke dalam cincin penyimpanan.
Zhang Ru menatap ketiga orang itu dengan bingung. “Kalian… saling kenal?” tanyanya penuh rasa penasaran.
Ling Yuan mengangguk kecil sambil menunjuk ke arah mereka.
“Kedua orang ini adik-adikku. Yang di kanan Ling Ruan, dan yang di kiri Ling Long,” jelasnya dengan tenang.
Keduanya hanya mengangguk singkat sebagai sapaan.
“Tapi sepertinya ada satu lagi yang belum disebut,” terdengar suara santai dari arah dinding.
Semua menoleh, dan tampak Ling Bao bersandar di sana dengan tangan terlipat di dada, ekspresinya santai namun matanya tajam.
“Oh iya,” ujar Ling Yuan sambil tersenyum tipis. “Dan ini adik terkecil kami, Ling Bao.”
Ling Bao mendorong tubuhnya dari dinding dan melangkah maju. Ia berhenti di depan mereka dengan wajah serius.
“Jadi… masalah ini bagaimana kita selesaikan? Apa kita tuntaskan sendiri atau laporkan dulu kepada tuan?” tanyanya dengan nada tegas.
Mereka semua saling bertatapan sejenak sebelum Ling Ruan berbicara, “Baiklah, kita laporkan dulu kepada Tuan Jian Yu, biar tuan yang memutuskan langkah selanjutnya.”
Semua mengangguk setuju.
Namun sebelum mereka pergi, Zhang Ru yang dari tadi diam akhirnya bersuara, “Kalian mau ke mana? Aku ikut, ya!” ujarnya sambil menatap mereka dengan mata berbinar.
Mereka semua serempak menoleh ke arahnya. Ling Yuan melangkah maju dan menatap gadis itu dengan wajah datar.
“Hey, seorang gadis tidak seharusnya pulang larut malam. Kalau kamu kenapa-kenapa, keluargamu pasti akan khawatir,” ucapnya dengan nada dingin tapi lembut.
“Tapi… aku hanya ingin—”
Belum sempat Zhang Ru menyelesaikan kalimatnya, Ling Yuan melemparkan sesuatu ke arahnya. Sebuah kalung dengan baru Ruby merah berputar di udara sebelum jatuh tepat di tangannya.
“Tangkaplah kalung itu. Anggap saja sebagai hadiah karena kamu sudah merepotkanku tadi. Dan ingat apa yang aku bilang barusan,” kata Ling Yuan tenang sambil membalikkan badan.
Seketika itu juga, ia bersama saudara-saudaranya melesat terbang ke langit senja, meninggalkan jejak cahaya putih lembut di udara yang perlahan memudar.
Zhang Ru hanya berdiri terpaku, matanya mengikuti kepergian mereka. Angin sore meniup lembut rambutnya, dan ia menggenggam kalung pemberian Ling Yuan erat-erat.
“Entah kenapa… aku makin suka dengan dia,” ucapnya pelan dengan pipi yang mulai memerah. Ia menatap kalung itu dengan senyum kecil di wajahnya. “Dan kalung ini… tidak akan pernah aku hilangkan.”
Setelah mengucapkannya, ia berbalik dan berjalan pulang ke kediamannya,
Sementara itu, di Paviliun Naga, suasana begitu tenang. Udara di dalam ruangan bergetar lembut oleh aliran energi qi yang mengalir ke segala arah.
Xiao Ying duduk bersila di atas batu giok biru, matanya terpejam rapat, sementara di sisi lain Meiyan juga dalam posisi yang sama. Keduanya sangat fokus, menyerap energi murni yang memenuhi paviliun itu dan mengalirkannya perlahan ke dalam dantian masing-masing.
Butiran cahaya spiritual berwarna putih kebiruan mulai berputar di sekitar tubuh Xiao Ying, membentuk pusaran kecil yang semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba, terdengar ledakan halus dari dalam tubuhnya—boom!—seolah ada lapisan energi yang pecah dari dalam dirinya. Aura putih kebiruan keluar dari tubuhnya dengan deras, bergulung seperti kabut ringan yang berkilau.
Di sisi lain, Meiyan juga merasakan getaran hebat dari dalam tubuhnya. Napasnya menjadi cepat, lalu perlahan stabil kembali. Aura ungu lembut mengalir dari tubuhnya, membentuk gelombang energi yang berputar indah di sekitarnya. Dalam sekejap, suara dentuman energi juga terdengar dari tubuhnya, menandakan terobosan yang berhasil.
Xiao Ying perlahan membuka matanya. Sorot matanya kini lebih tajam, dan tubuhnya terasa jauh lebih ringan. Ia menghembuskan napas panjang, dan tersenyum puas.
“Haah… akhirnya! Aku berhasil naik ke tingkat Prajurit Qi tingkat satu,” ucapnya dengan suara gembira, wajahnya berseri-seri.
Tak lama kemudian, Meiyan juga membuka matanya perlahan. Aura keunguannya masih melingkari tubuhnya dengan lembut dan wajahnya mengulas senyum tipis.
“Aku juga berhasil… sekarang aku sudah berada di Prajurit Qi tingkat delapan. Cukup lumayan, hanya satu tingkat lagi untuk mencapai tingkat Raja Fana,” ucapnya dengan nada puas namun tenang.
Mereka berdua kemudian berdiri bersamaan. Xiao Ying menepuk-nepuk pakaiannya sambil tersenyum lebar, sementara Meiyan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat energi spiritual yang tadi berputar kuat di sekitarnya.
Setelah saling bertukar pandang, mereka melangkah keluar dari Paviliun Naga, meninggalkan jejak energi qi yang masih berkilau lembut di udara.
Sementara itu Ling Yuan dan tiga adik adik nya sudah Samapi duluan di depan Jian yu "hormat tuan Jian yu"ucap mereka bersamaan ,Jian yu mengangguk kecil dan setelah itu Ling Yuan dan tidak saudara nya pun bercerita tentang apa yng mereka lihat di kota.