NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Aksa mendapat pesan dari Rey, Aksa menyunggingkan senyum. Ia tahu, Rey adalah sahabatnya yang selalu mengajaknya keluar dari rutinitas membosankan. Meski di sekolah mereka jarang bersama—Aksa sibuk di perpustakaan atau taman, sementara Rey asyik di kantin sambil merokok—persahabatan mereka tetap erat.

​"Datang ke bar gue sekarang. Jangan cuma baca buku aja, Bro. Ada yang mau gue kenalin, namanya Calya."

​Senyum Aksa langsung luntur begitu membaca nama itu. Rahangnya mengeras. Calya? Gadis yang seharusnya berada di rumah, beristirahat, justru berada di bar? Emosinya langsung memuncak. "Dasar gadis nakal," gumamnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung memutar kunci mobil dan tancap gas menuju bar.

Dentuman musik dan kerumunan yang ramai menyambut kedatangan Aksa. Ia menembus lautan manusia, matanya mencari sosok Rey. Setelah beberapa saat, ia melihat Rey duduk di sebuah sofa bersama dua orang gadis. Salah satunya berambut pendek, dan satu lagi...

​Aksa melangkah mendekat. "Rey!" Ia menyapa, lalu mereka berdua beradu tinju dan berpelukan layaknya sahabat lama. "Gila, udah lama banget ya kita gak nongkrong bareng."

​"Makanya, jangan jadi anak rumahan terus. Ayo, kenalin sama cewek-cewek gue," Rey menepuk bahu Aksa.

​Aksa menoleh. Vira tersenyum kikuk mengetahui bahwa tunangan sahabatnya ada disuni, lalu menatap Calya yang duduk di sampingnya. Gadis itu menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik rambut yang tergerai. Ia mengenakan atasan crop top yang memamerkan perutnya, dan sebuah rok mini ketat. Pemandangan itu membuat hati Aksa seperti diremas.

Rey terdiam. Wajahnya yang hitam manis terlihat bingung. Ia menatap Aksa, lalu menatap Calya. "Kalian... kalian pacaran? Kok, nggak bilang?"

​Aksa tak menjawab. Matanya yang tajam menatap Calya, seolah ingin menelannya hidup-hidup. "Rey, dia... tunangan gue," ucap Aksa, suaranya tercekat menahan emosi yang meluap-luap.

​Rey membelalakkan mata, ia sangat terkejut. "Tunangan?" Ia menatap Calya, Jojo dan vira, tak percaya. "jo, kok lo ga pernah cerita sama gue kalau Aksa bertunangan sama sahabat lo" ​Jojo dan Vira saling pandang, bingung harus jawab apa.

​"Pulang," putus Aksa, kali ini dengan nada yang lebih rendah namun mengancam. "Atau mau aku telepon mama kamu sekarang?"

​Calya gemetar. Ancaman itu berhasil. Ia tahu, Aksa tidak main-main. Ia menarik napas, matanya menantang Aksa. Ia tidak akan membiarkan dirinya terlihat lemah di depan teman-temannya. "Oke, gue pulang. Tapi, bukan karena lo nyuruh." ​Ia berbalik, mengambil tasnya, lalu berjalan cepat keluar dari bar. Aksa, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mengikuti dari belakang. Mereka berdua berjalan dalam keheningan yang tegang, meninggalkan Rey, Vira, dan Jojo yang melihat drama pasangan itu, mereka menbiarkannya saja dan melanjutkan kesenangan mereka.

​Di luar bar, Calya berjalan tergesa-gesa. Ia tak peduli pada hawa dingin malam. Ia hanya ingin menjauh dari Aksa. Namun, langkah Aksa lebih panjang. Dalam sekejap, ia sudah berada di depan Calya, menghentikan langkah gadis itu.

​"Apa yang kamu lakuin di sini?" Aksa bertanya, suaranya bergetar menahan amarah. "Apa kamu nggak punya malu?"

​"Tentu gue punya malu! Makanya gue nggak mau tunangan sama lo!" balas Calya. "Lo yang nggak tahu diri. Kenapa lo datang ke sini? Kenapa lo harus jadi teman Rey? Kenapa lo harus ada di mana-mana?!"

​"aku datang karena Rey yang ngajak! Dan aku datang karena aku mau mastiin kamu aman! Bukan dengan pakaian seperti ini dan di tempat seperti ini!" Aksa membentak. "kamu pikir aku nggak malu, hah? Tunangan aku, yang besok lusa akan jadi istri aku, malah kabur dari rumah dan nongkrong di bar."

​"Gue bisa ngelakuin apa aja yang gue mau! Lo bukan siapa-siapa gue!" Calya membalas, air mata mulai mengalir di pipinya. "Pernikahan ini nggak pernah gue inginkan! Gue benci lo!"

​Aksa terdiam. Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk jantungnya. Ia menatap Calya, matanya memerah. Ia ingin memeluk gadis itu, menghapus air matanya. Tapi, ia tahu, ia tidak bisa. Calya membencinya.

​"Mulai sekarang," Aksa berbisik, suaranya lirih. "kamu nggak boleh ke mana-mana tanpa izin aku. kamu adalah tanggung jawab aku."

​Calya menatapnya tak percaya. "Lo gila. Lo pikir lo siapa?"

​"aku calon suami kamu!" Aksa membentak, lalu meraih tangan Calya dan menariknya paksa menuju mobilnya. Calya berontak, tapi tenaga Aksa lebih kuat. Dengan kasar, ia mendorong Calya masuk ke dalam mobil, lalu mengunci pintu.

​"Lo gila, Aksa! Buka pintunya!" teriak Calya, memukul-mukul kaca mobil.

​Aksa tidak peduli. Ia masuk ke kursi pengemudi, lalu tancap gas meninggalkan bar. Ia membawa Calya pergi, membawanya ke apartemen miliknya.

Aksa mengemudi dengan kecepatan tinggi. Hujan deras mulai turun, seolah melengkapi suasana hati mereka yang kacau. Aksa memarkir mobilnya di depan sebuah gedung apartemen mewah. Ia menarik Calya keluar, mengabaikan berontakan gadis itu.

​"Apa yang lo lakuin?" teriak Calya. "Mau bawa gue ke mana? Gue mau pulang!"

​Aksa tidak menjawab. Ia hanya terus menarik tangan Calya, menyeretnya masuk ke dalam lift. Setibanya di apartemennya, Aksa membuka pintu, lalu mendorong Calya masuk.

​"Ganti baju kamu," perintah Aksa, melemparkan sebuah kaus dan celana piyama ke arah Calya. "kamu nggak akan tidur dengan baju kayak gini."

​Calya menatapnya tak percaya. "Gue nggak mau. Gue mau pulang!"

​"kamu pulang? Pakai baju kayak gini?" Aksa tertawa sinis. "Terus kalau nyokap kamu lihat? Atau nyokap aku?"

​"Gue nggak peduli!" Calya berteriak, air mata membanjiri pipinya. "Lo bukan siapa-siapa gue, jadi lo nggak bisa maksa gue!"

​Aksa berjalan mendekat, wajahnya datar. "Kalau kamu nggak mau ganti baju, aku yang bakal gantiin."

​Wajah Calya langsung memucat. "Lo gila, Aksa!"

​"Cepat ganti baju," desak Aksa. "Atau mau aku yang gantiin?"

​Calya gemetar, ia mencoba mundur. "Gue nggak mau, Aksa. Gue mau pulang."

​Aksa mengabaikan kata-kata Calya. Ia terus melangkah mendekat, membuat Calya panik. Ia mundur, sampai punggungnya membentur dinding. Aksa mengunci pergerakan Calya, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

​"Jangan bikin aku makin tergoda, Calya," bisiknya, suaranya serak. "Sabar. Sebentar lagi kita akan menikah, dan aku akan punya hak sepenuhnya atas diri kamu."

​Seketika, amarah Calya meledak. Ia muak dengan semua kata-kata Aksa. Ia muak dengan perjodohan ini. Ia muak dengan sikap Aksa yang sok berkuasa. Tanpa berpikir panjang, Calya mengayunkan tangannya, memukul dada Aksa sekuat tenaga.

​Aksa tidak menyangka akan dipukul. Ia terkejut, langkahnya mundur, lalu ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh di sofa. Calya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat, ia naik ke atas tubuh Aksa, menindihnya. Matanya yang merah menatap tajam ke mata Aksa.

​"Jangan pernah sentuh gue," bisik Calya, penuh ancaman. "Dan jangan pernah berpikir lo bisa milikin gue. Gue benci lo."

Calya terkejut saat Aksa menahan pergerakannya. Ia berusaha melepaskan diri, tapi lengan Aksa melingkar kuat di punggungnya. "Lepasin gue!" teriak Calya, suaranya dipenuhi amarah. "Lo gila, Aksa! Lo benar-benar gila!"

​Aksa menatapnya, ada senyum tipis di bibirnya. Senyum yang membuat Calya jijik. "Kenapa, Sayang? kamu takut?" bisik Aksa, suaranya serak. "Ini cuma aku. Calon suami kamu."

​"Gue bilang lepasin! Jangan sentuh gue!" teriak Calya, air matanya sudah tak terbendung.

​Aksa mengabaikannya. Tangannya yang melingkar di punggung Calya mulai bergerak naik turun, membelai punggung gadis itu. Sentuhan itu membuat Calya merinding. Ia jijik, ia muak, ia ingin memukul Aksa lagi. Namun, di dalam hatinya, ada percikan aneh yang menyala. Sentuhan itu... terasa... aneh.

​"Lo... lo pikir lo siapa?" kata Calya, suaranya bergetar. "Jangan sentuh gue!"

​Aksa tersenyum, lalu ia menarik wajah Calya mendekat. "Jangan berani-beraninya kamu ngelawan aku," bisiknya. "Mulai sekarang, kamu adalah milik aku."

​Calya menatapnya, matanya membesar. Ia ingin berontak, ia ingin melawan. Tapi, matanya terperangkap di mata Aksa. Dan saat itu, sebuah bisikan aneh muncul di benaknya, sebuah bisikan yang memintanya untuk pasrah.

​Namun, bisikan itu menghilang secepat ia datang. Calya tersadar. Ia tidak bisa membiarkan dirinya jatuh dalam jebakan Aksa. Ia tidak bisa membiarkan dirinya tergoda. Dengan sekuat tenaga, ia mengumpulkan semua kekuatannya, lalu mendorong Aksa dengan keras.

​"Gue bilang lepasin!" teriaknya lagi, lalu melompat dari atas tubuh Aksa.

​Aksa terkejut, ia tidak menyangka Calya akan melawan sekuat ini. Ia menatap Calya yang kini berdiri jauh darinya, terengah-engah, dengan mata yang dipenuhi kebencian.

​"Lo jahat, Aksa," bisik Calya, air mata membanjiri wajahnya. "Lo jahat."

​Aksa tidak menjawab. Ia hanya menatap Calya, merasa ada yang hancur di dalam dirinya. Ia tahu, ia sudah keterlaluan. Namun, ia tidak tahu bagaimana caranya menghentikan dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!