NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Di sebuah ruangan ICU rumah sakit pusat, Ethan berbaring di atas ranjang dengan tubuh yang penuh bekas luka dan perban. Selang infus menempel di lengan, monitor jantung berbunyi pelan beep... beep... beep menandakan tanda vitalnya perlahan stabil.

Namun sesuatu yang aneh terjadi. Luka-lukanya yang seharusnya membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk pulih, bahkan tulang yang seharusnya remuk akibat hantaman brutal, kini perlahan utuh kembali seolah waktu berbalik.

Seorang dokter senior yang merawatnya mengusap wajahnya dengan tangan gemetar, mata penuh kebingungan.

“A-aku tidak… mengerti lagi cara kerja dunia ini,” gumamnya pelan, menatap layar monitor yang menunjukkan perkembangan pasien yang tak masuk akal.

“Ini... mustahil. Bahkan dengan teknologi regenerasi terbaru sekalipun, ini tidak mungkin terjadi dalam waktu kurang dari dua belas jam.”

Perawat di sampingnya ikut terdiam, menatap Ethan dengan ekspresi tak percaya.

“Dok… apa mungkin dia seorang Hunter tingkat tinggi yang menyembunyikan kemampuannya?” bisiknya.

Dokter itu hanya menghela napas panjang.

“Entahlah. Dunia Hunter sudah terlalu aneh. Yang jelas, pasien ini akan segera pindah ke ruang rawat biasa jika kondisinya terus membaik seperti ini.”

Di luar ICU

Di kursi tunggu dekat pintu ICU, Jinwoo duduk dengan tenang, sementara Lily, adik Ethan, duduk di pangkuannya sambil menikmati es krim cokelat.

Malam terasa sunyi, hanya suara mesin rumah sakit yang samar terdengar.

Jinwoo menutup mata sebentar, merasakan denyut aura Ethan. Senyum tipis muncul di bibirnya.

“Sepertinya Esensi Jiwa bekerja dengan baik,” gumamnya dalam hati.

“Dia akan segera pulih.”

Lily menatap Jinwoo dengan mata penuh kekhawatiran.

“Paman… kapan aku bisa melihat Kak Ethan?” tanyanya dengan suara lembut.

“Aku khawatir dia akan sendirian di dalam sana.”

Jinwoo mengusap lembut rambut Lily, senyumnya hangat namun mengandung rasa sedih yang tersembunyi.

“Sebentar lagi,” jawabnya pelan.

“Setelah kakakmu dipindahkan ke ruang rawat biasa, kau bisa menjenguknya. Dia pasti senang melihatmu.”

“Benarkah?” Mata Lily berbinar penuh harap.

“Ya. Jadi, jangan khawatir,” ujar Jinwoo sambil menatap pintu ICU.

Tak lama, dokter keluar dengan wajah yang masih terlihat bingung.

Jinwoo berdiri perlahan, auranya tetap tenang namun penuh wibawa.

“Bagaimana keadaan Ethan?” tanyanya dengan nada lembut.

Dokter itu melihat Jinwoo dari ujung kepala hingga kaki, sedikit kaget karena aura yang samar-samar terasa darinya begitu berat.

“Ah… apakah Anda keluarganya?” tanya dokter itu ragu.

“Bukan,” jawab Jinwoo sambil menggeleng.

“Aku hanya temannya, dan ini adiknya.”

Dokter itu mengangguk, lalu berkata, “Pasien bernama Ethan… pemulihannya luar biasa cepat, bahkan untuk seorang Hunter. Tulang-tulang yang sempat hancur perlahan menyatu kembali, dan luka dalamnya sembuh seperti ada yang mempercepat proses regenerasi.”

Dia menghela napas panjang.

“Saya tidak mengerti… tapi saya sudah melihat banyak hal aneh dalam dunia Hunter. Yang jelas, Ethan akan segera dipindahkan ke ruang rawat biasa.”

Jinwoo tersenyum tipis.

“Itu kabar baik.”

Dokter itu kemudian menambahkan, “Namun… saya juga perlu membicarakan biaya pengobatan. Karena ini termasuk perawatan intensif, biayanya tidak sedikit.”

Lily menatap Jinwoo dengan wajah cemas, seolah merasa bersalah.

“Paman…” bisiknya pelan. “Aku… aku tidak punya uang. Kak Ethan juga tidak punya banyak…”

Jinwoo menunduk, menatap Lily dengan lembut.

“Tenang saja. Biarkan paman yang mengurus semuanya,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.

“Sekarang kau fokus saja pada kakakmu.”

Lily mengangguk, matanya berkaca-kaca.

“Terima kasih, Paman…”

Jinwoo lalu berbalik pada dokter itu.

“Selain itu, tolong periksa juga kesehatan anak ini,” pintanya sambil mengelus kepala Lily.

“Dia… memiliki penyakit bawaan yang unik.”

Dokter itu tampak sedikit kaget, lalu mengangguk serius.

“Baiklah. Saya akan mengurus pemeriksaan lengkap untuknya.”

“Kalau begitu, Lily,” Jinwoo berjongkok agar sejajar dengan Lily.

“Tunggu sebentar di sini bersama dokter, ya? Paman harus mengurus pembayaran kakakmu.”

Lily mengangguk pelan, meski matanya sedikit cemas.

“Baik, Paman…”

Jinwoo berjalan menuju meja administrasi. Area itu ramai dengan keluarga pasien yang sedang mengantri untuk membayar biaya rumah sakit.

Jinwoo berdiri tenang di barisan, tangannya berada di saku, ekspresi wajahnya datar.

Namun tepat saat dia hendak melangkah maju…

Suara merendahkan terdengar dari belakang.

“Hei… kau.”

Suara itu dingin, penuh keangkuhan.

“Minggir dari jalanku.”

Seluruh area administrasi terdiam.

Orang-orang yang mengantri perlahan menoleh dengan ekspresi ngeri, dan begitu melihat siapa yang berbicara, wajah mereka pucat seperti kain putih.

Jinwoo mengangkat alis, lalu menoleh perlahan.

Di belakangnya berdiri seorang pria tampan berambut pirang dengan jas hitam yang elegan.

Aura emas samar menyelimuti tubuhnya, tekanan magis yang bahkan membuat dinding bergetar ringan.

“Alexander…” bisik seorang suster dengan suara gemetar.

“Hunter Rank S Amerika…”

Beberapa orang langsung mundur ketakutan, bahkan ada yang hampir jatuh berlutut.

Seolah kehadiran Alex saja sudah cukup untuk menghancurkan keberanian mereka.

Alexander menatap Jinwoo dengan mata dingin, lalu mengulang dengan nada lebih tajam.

“Apakah kau tuli? Aku bilang… menyingkir dari jalanku.”

Jinwoo tetap berdiri tenang, ekspresinya tak berubah sedikit pun.

“Apakah kau tidak tahu tata krama untuk mengantri?”

Nada suaranya terdengar lembut, namun seperti pedang yang menusuk.

Hening.

Udara seolah membeku.

Mata Alexander berkedut, dan untuk sesaat, dia benar-benar terdiam.

Tidak ada yang pernah berbicara padanya seperti itu — apalagi seorang asing yang bahkan tak terlihat seperti Hunter Rank tinggi.

Kerumunan di sekitar mulai gemetar. Mereka tahu satu kalimat ini bisa memicu bencana besar.

Suster di balik meja administrasi, dengan wajah pucat, mencoba memperingatkan Jinwoo.

“T-Tuan… sebaiknya Anda menyingkir saja sebentar, tolong!” bisiknya panik.

“Orang di depan Anda ini adalah Hunter Rank S Amerika, Alexander! Jangan sampai Anda terlibat masalah dengannya!”

Alexander mendengar itu dan tertawa kecil, sinis, penuh penghinaan.

“Ohh… sekarang kau mengerti siapa aku, kan?”

Dia melangkah maju, auranya mulai berdenyut, membuat kaca di ruangan itu bergetar.

“Apakah kau akan bersujud dan meminta maaf padaku sekarang?”

Semua orang menahan napas. Beberapa bahkan sudah mundur sejauh mungkin, takut terkena dampak bentrokan yang akan terjadi.

Namun Jinwoo… hanya menatap dingin.

Tatapannya seperti samudra gelap yang tak berdasar, membuat Alexander merasakan sesuatu yang aneh di dadanya — sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Jadi…” Jinwoo berbicara perlahan, suaranya dingin seperti es.

“Hanya karena kau Hunter Rank S, kau pikir bisa bertindak seenaknya?”

Dia melangkah maju setengah langkah, tatapannya menusuk seperti tombak.

“Di mana tata krama mu?”

Suara Jinwoo semakin tajam.

“Apakah orang tuamu tidak pernah mengajarmu tentang sopan santun?”

Ruangan itu pecah dalam keheningan total.

Napas semua orang tercekat.

Wajah Alexander mengeras, matanya memerah karena kemarahan.

“Apa maksudmu… rakyat jelata?” geramnya, auranya meledak seperti badai emas yang menghantam seisi ruangan.

Orang-orang di sekitar mulai menjerit dan mundur, beberapa jatuh terduduk sambil menutup telinga mereka.

Lampu-lampu di langit-langit bergetar, bahkan meja administrasi mulai retak akibat tekanan aura.

Namun Jinwoo berdiri tanpa bergeming, aura tenangnya seperti dinding besi yang tak terguncang.

Dia memandang Alex dengan tatapan yang membuat pria itu merasa seperti ditelanjangi, seluruh kekuatannya terasa tak berarti.

Sementara itu, Elizabeth sedang berada di area parkir rumah sakit, menelpon kontraktor untuk membicarakan renovasi salonnya yang hancur.

Dia berjalan santai, namun tiba-tiba bulu kuduknya berdiri.

“Hm?”

Dia berhenti melangkah, napasnya tertahan.

“Kenapa… udara malam ini dingin sekali?”

Elizabeth memejamkan mata, merasakan fluktuasi aura yang sangat kuat berasal dari dalam gedung rumah sakit.

Matanya langsung terbuka lebar.

“Itu… bukan aura biasa! Siapa yang cukup gila memprovokasi Alex hingga auranya meledak seperti itu?!”

Namun yang membuatnya lebih merinding adalah…

Di balik badai aura emas Alex, dia samar-samar merasakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan, sesuatu yang membuat nalurinya berteriak untuk kabur.

Elizabeth menggenggam ponselnya erat-erat.

“Kenapa..aku merasakan sesuatu yang familiar? Apa yang sedang terjadi di dalam sana?”

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!