NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kunjungan mengejutkan

Tiga minggu sudah berlalu. Dewi selesai menjalani operasi dan akan segera memulai kemoterapi. Meski cobaan berat menimpa, keluarga Wijaya berusaha tegar, dan saling menguatkan. Rencana orang tua Devanka untuk berkunjung ke Malang pun tertunda, karena Rama Pratama, ayah Devanka yang juga anggota DPR RI, sibuk luar biasa di Jakarta.

Pagi ini, suasana sarapan berlangsung hangat. Rambut Dewi sudah mulai rontok, jadi diputuskan untuk digunduli. Kini dia lebih sering memakai hijab, bahkan saat di rumah. Meski wajahnya tampak lelah, matanya tetap berusaha memancarkan semangat.

"Bu, hari ini mau ke mana?" tanya Syima sambil mengaduk-aduk bubur ayam, lebih banyak diaduk daripada dimakan.

"Nggak ke mana-mana. Pengen di rumah aja," jawab Dewi, tersenyum tipis.

"Iya, Bapak juga lagi pengen ngabisin waktu di rumah." Ahmad menimpali sambil menggenggam tangan istrinya.

Percakapan mereka mengalir ringan. Hanya Syama yang tampak gelisah, berulang kali melirik ponselnya. Beberapa hari yang lalu dia akhirnya jujur pada orang tuanya bahwa dia butuh waktu lebih lama untuk persiapan pernikahan. Syama masih ingat reaksi Ahmad ketika Dewi menyampaikan keinginan Syama untuk menunda pernikahan. Ahmad sempat kecewa, tapi akhirnya mengerti setelah Dewi menjelaskan kekhawatiran putrinya.

"Yang penting Syama sudah yakin dengan keputusannya dan Mas Devan mau menunggu," kata Ahmad waktu itu.

Namun yang menjadi pikirannya sekarang dia belum sempat berbicara dengan Devanka soal penundaan itu. Karena Devanka tengah disibukan dengan seminar dan menangani proyek, jadi dia lebih jarang berkunjung dan komunikasinya dengan Syama berkurang drastis. Terakhir hanya bilang sedang ada seminar di Jakarta, sekalian mengunjungi orang tuanya. Hal ini membuat Syama gelisah kapan waktu yang tepat menyampaikan penundaan pernikahan.

Suara bel rumah terdengar, membuat semua orang menoleh. Ahmad mengernyitkan dahi, siapa yang bertamu pagi-pagi begini?

"Syima coba buka pintunya," suruh Ahmad.

"Iya," jawab Syima sedikit malas.

Syima berjalan ke arah pintu depan dan mengintip melalui jendela kecil. Dia melihat sebuah mobil mewah sedang parkir di depan rumah mereka, dan seorang pria paruh baya yang tidak dikenalnya berdiri di teras bersama seorang wanita paruh baya dengan penampilan elegan.

"Selamat pagi," sapa pria itu ketika Syima membuka pintu. "Saya Rama Pratama, dan ini istri saya, Sinta. Kami ingin bertemu dengan Bapak Ahmad Kusuma Wijaya."

Syima terkejut mendengar nama 'Rama Pratama'. Namanya cukup dikenal, seorang anggota DPR yang sering muncul di televisi dan koran.

Sebelum Syima sempat merespons, Devanka turun dari mobil menghampiri mereka. Mata Syima membulat sempurna. Dia kini menyadari kalau dua orang di depannya ini adalah orang tua Devanka.

"Syima, Bapak Ibu ada?" tanya Devanka tenang.

"Oh iya ada, masuk, Pak. Bapak sama Ibu lagi di ruang makan," jawab Syima, menyingkirkan tubuhnya dari ambang pintu. "Sebentar saya panggilkan."

Devanka mengangguk dan mengarahkan orang tuanya untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Rama dan Sinta saling bertukar pandang singkat, lalu masuk ke rumah dengan langkah penuh wibawa, menyebarkan aroma parfum mewah di setiap langkahnya.

Syima menutup pintu dan berjalan tergesa menuju ruang keluarga.

"Siapa, Syi?" tanya Dewi melihat Syima sedikit berlari menghampiri mereka.

"Ada orang tua Pak Devan. Sama Pak Devan juga," jawab Syima.

Dewi dan Ahmad terkejut. Mereka tahu bahwa orang tua Devanka berencana berkunjung, tetapi tidak menyangka akan secepat ini dan tanpa kabar sebelumnya. Syama yang gelisah kini menegakkan bahunya, matanya bergerak penuh kecemasan.

"Kamu tahu mereka mau datang?" bisik Syima pada Syama

"Kan aku udah bilang kemarin Mas Devan jarang hubungi aku. Jadi aku nggak tahu," jawab Syama yang juga ikut berbisik. Syima langsung membulatkan bibirnya, sambil mengangguk-ngangguk.

"Syama, ayo ke depan. Mereka pasti mau ketemu kamu," panggil Ahmad, melihat kedua putrinya malah saling berbisik.

Ahmad dan Dewi langsung menuju ruang tamu. Dewi sempat menahan napas beberapa detik ketika menyadari siapa tamunya. Ahmad mengernyit, tangannya refleks merapikan kemeja yang dikenakannya.

"Assalamualaikum," sapa Rama mantap, sambil berdiri menjabat tangan Ahmad dengan erat, diikuti Sinta, "Saya Rama Pratama. Ini istri saya, Sinta."

Ahmad balas menjabat, wajahnya berusaha tetap tenang meski jelas dia terkejut setelah mengetahui siapa orang tua Devanka.

"Waalaikumsalam. Silakan duduk, Pak, Bu."

Setelah menyalami orang tua Syama, Devanka pun ikut duduk di samping orang tuanya,

Dewi tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa gugup. "Alhamdulillah, akhirnya bisa ketemu."

Sinta menatap Dewi dengan penuh perhatian, lalu tersenyum hangat. "Iya, Bu Dewi. Maaf, kami baru sempat datang. Ini ada sedikit bingkisan." Sinta menyerahkan parsel buah pada Dewi.

"Terima kasih. Padahal gak perlu repot-repot," ucap Dewi sedikit canggung menerima parselnya dan menyimpan di meja.

"Kami juga sudah dengar kabar kondisi kesehatan Ibu, semoga lekas membaik ya, Bu. Allah akan selalu memberi kekuatan dan kesehatan," ucap Sinta tulus.

Dewi tersentuh. "Terima kasih banyak, Bu."

Tak lama Syama akhirnya ikut bergabung bersama Syima di belakangnya. Wajah Syama tampak pucat, langkahnya ragu. Pandangannya langsung bertemu dengan Devanka, mencari penjelasan mengapa dia datang tanpa memberi kabar.

"Syama," panggil Devanka lembut.

Rama dan Sinta langsung menoleh pada Syama. Senyum terkembang di bibir mereka. "Apa kabar, Syama?" tanya Rama akrab.

Syama menunduk gugup. "Baik, Om."

Syama segera mendekat mencium tangan Rama dan Sinta. Melihat itu, Syima pun melakukan hal yang sama. Bahkan Syima malah mencium tangan Devanka saking canggungnya. Melihat kelakukan Syima yang terlihat lebih kikuk dibanding Syama, membuat Devanka mengulum senyum geli.

Syama duduk di sofa bersama Ahmad dan Dewi, sementara Syima celingak-celinguk mencari kursi kosong.

"Duduk di sini aja, Nak." Sinta menepuk ruang kosong sempit di sampingnya. Rama dan Devanka ikut bergeser untuk memberi ruang.

Syima langsung menggeleng. "Oh nggak usah, Bu. Aku mau ke belakang lagi. Bagian piket cuci piring," jawab Syima tanpa berpikir, lalu langsung berjalan cepat ke belakang.

Ahmad dan Dewi melongo mendengar jawaban Syima, karena selama ini Syima paling malas diberi tugas mencuci piring.

"Maaf ya, Bu. Adiknya Syama kalau ngomong suka ceplas-ceplos," Dewi merasa tidak enak.

"Nggak masalah, Bu. Tadi saya sempat mengira itu Syama, cuma kaget kok rambutnya pendek," jawab Sinta.

Percakapan mengalir hangat, meski ada ketegangan tersembunyi. Syama terus melirik Devanka, mencoba memahami maksud kedatangan mendadak ini. Devanka sendiri hanya tersenyum penuh arti pada Syama.

Rama menatap semua orang di ruangan itu. Sorot matanya tajam namun terukur. "Sebenarnya kami datang karena ingin menyampaikan niat baik kami," kata Rama.

"Devan sudah bercerita tentang rencana pernikahannya dengan Syama. Kami tahu bahwa sebelumnya sempat ada kesepakatan untuk menunda hingga Syama lulus kuliah."

Syama menegang mendengar kalimat itu. Devanka menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Namun setelah kami pikirkan matang-matang, mengingat usia Devan yang sudah tidak muda lagi dan juga melihat kondisi kesehatan Ibu Dewi, kami merasa sebaiknya pernikahan tidak ditunda terlalu lama," lanjut Sinta.

"Kami datang untuk membicarakan kemungkinan mempercepat rencana pernikahan. Mungkin bisa dilaksanakan dalam 2-3 bulan ke depan, karena kebetulan untuk dua bulan kedepan saya banyak jatah cuti," tambah Rama sedikit bercanda.

Tapi perkataan Rama membuat suasana ruang tamu menjadi hening. Ahmad dan Dewi saling bertukar pandang, sementara Syama terlihat terkejut dengan usulan tersebut. Karena sangat bertentangan dengan keputusan yang sudah susah payah dia buat beberapa minggu lalu.

"Kalau saya semua keputusan saya kembalikan pada Syama. Karena Syama yang akan menjalani pernikahannya," ucap Ahmad berusaha lebih bijak. Apalagi sebelumnya Syama sudah menyampaikan keberatannya soal menikah akhir-akhir ini.

"Gimana Syama? Mau kan jadi istri Devan?" tanya Sinta lembut dan sangat tulus.

Syama menatap Sinta bingung, sekilas dia menoleh pada Devanka yang terlihat harap-harap cemas. Kalau menolak di saat orang tua Devanka sengaja datang di sela kesibukannya, berarti Syama tidak menghargai mereka. Maka dari itu, meskipun dirinya belum siap Syama mengalah demi nama baik orang tuanya juga.

"Iya, Ma. Syama mau," jawab Syama, langsunh di sambut rasa syukur dari kedua orang tua Devanka.

Ahmad dan Dewi yang terkejut dengan keputusan Syama yang tiba-tiba, ikut mengucap syukur. Syama hanya berharap di beri kemantapan hati, sambil berjalan waktu mempersiapkan pernikahannya.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!