NovelToon NovelToon
Menanti Cinta Sang Letnan

Menanti Cinta Sang Letnan

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Menikahi tentara
Popularitas:103.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hasna_Ramarta

FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.

Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.

Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.

Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?

Yuk kepoin.

Semoga banyak yang suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baab 24 Penolakan Mama Arda

     Dari lantai lima, seseorang tengah memperhatikan gerak-gerik Davira yang saat ini mulai merapikan meja resepsionis.

     Arda tersenyum tipis, dia begitu bahagia. Terbayang sebuah rencana dalam kepalanya yang sudah ia susun dari sebelum-sebelumnya. Arda mulai mengayun langkah menuju lift untuk ke bawah.

     Davira baru saja selesai merapikan meja kerja ketika Arda mendekat. Senyumnya khas, menenangkan. Kilatan tekad itu semakin jelas di wajahnya.

     “Vira,” panggilnya pelan.

     Davira menoleh, tersenyum sopan. “Iya, Mas Arda? Ada yang bisa saya bantu?”

     Arda menggeleng. “Bukan soal pekerjaan. Aku ingin bicara, kalau kamu tidak keberatan," ujar Arda sambil melayangkan tatap yang mengundang rasa penasaran Davira.

     Hati Davira berdebar. Ia mengangguk ragu. “Boleh, Mas.”

     Arda menarik napas, lalu menatapnya serius. “Aku mau ajak kamu ke rumah. Mau aku kenalin sama orang tua.”

     Davira sontak terdiam. Matanya membesar, wajahnya memucat. “Apa? Ke rumah….?”

     “Iya.” Arda tersenyum, berusaha meyakinkan. “Kamu tahu, aku nggak punya banyak teman perempuan. Kamu sudah seperti orang yang penting buat aku. Aku ingin orang tuaku tahu, ada seseorang yang berarti di hidupku.”

     Davira tercekat. Hatinya berperang antara rasa sungkan, takut, sekaligus bingung. “Mas, tapi hubungan kita ... kita hanya teman. Apa tidak terlalu berlebihan kalau saya harus ...."

     Arda cepat memotong. “Bukan berlebihan, Vira. Aku serius. Aku pengen Mama dan Papa kenal kamu. Anggap saja silaturahmi. Tidak lebih.” Nada bicara Arda terdengar memaksa.

     Davira menggigit bibir, ragu. Dalam hatinya ia merasa malu. Ia hanyalah seorang resepsionis biasa, tidak punya gelar tinggi, tidak punya keluarga terpandang. Apa pantas ia masuk ke rumah keluarga seorang manager?

     Namun tatapan Arda begitu tulus. “Tolong, Vira. Aku janji, nggak akan bikin kamu nggak nyaman. Aku cuma ingin kenalin kamu.”

     Setelah beberapa saat hening, Davira akhirnya mengangguk pelan. “Baik, Mas. Kalau memang hanya silaturahmi.” 

     Hari Minggu yang ditentukan pun tiba. Davira menyiapkan diri sebaik mungkin. Ia mengenakan gamis sederhana berwarna biru pastel dengan jilbab putih bersih. Tidak berlebihan, tapi tetap sopan. Sepanjang perjalanan di mobil Arda, tangannya tak henti berkeringat.

     “Tenang, Vira. Kamu seperti akan diajak ke mana saja, kok tegang begitu?" tegur Arda sambil meliriknya. “Orang tuaku ramah. Kamu nggak perlu khawatir," bujuknya lagi.

     Davira tersenyum kikuk. “Semoga saja.”

     Mobil berhenti di depan rumah besar bergaya klasik. Pagar besi hitam menjulang, taman tertata rapi, dan aroma bunga kamboja menyambut di halaman depan. Davira menelan ludah. Hatinya semakin ciut. Kakinya segan untuk melangkah.

     Arda menggenggam sebentar tangannya, memberi semangat. “Ayo, kita masuk.”

     Di ruang tamu yang luas, Papa Arda, Pak Hanan menyambut dengan ramah. Lelaki paruh baya itu mengenakan batik, senyumnya hangat. “Oh, ini yang sering kamu ceritakan, Da? Temanmu di kantor?”

     “Iya, Pa.” Arda menoleh Davira. “Ini Davira.” Arda langsung memperkenalkan Davira pada papanya.

     Davira menunduk sopan, mencium tangan Pak Hanan. “Assalamu’alaikum, Pak.”

     “Wa’alaikumussalam.” Pak Hanan tersenyum lebar. “Senang sekali bisa ketemu kamu, Nak.”

     Namun, sambutan hangat itu berbanding terbalik dengan ekspresi Bu Hanin, Mamanya Arda. Perempuan elegan dengan gaun warna krem itu duduk anggun di sofa, menatap Davira dari ujung kepala hingga kaki.

Pandangannya dingin, bibirnya menipis, seolah sedang menilai barang yang tidak sesuai ekspektasi.

     Arda segera memperkenalkan dan menghampiri sang mama. “Ma, ini Davira. Temanku, resepsionis di kantor.”

     Bu Hanin mengangkat alis. "Oh, ini teman kantor kamu yang sering kamu ceritakan itu?" Bu Hanin balik bertanya. Mukanya masih dingin dengan mata yang terus mengamati Davira.

     Davira menunduk dalam. Wajahnya terasa panas. Ketika ia menatap wajah Bu Hanin yang mimiknya datar seperti kurang suka. Davira tahu, sepertinya mamanya Arda kurang suka melihat dirinya. Kalau bisa, ia ingin sekali menghilang saat itu juga.

     Arda berusaha mencairkan suasana. “Iya, Ma. Ini Davira."

    Bu Hanin tidak menjawab, hanya menyesap tehnya pelan. Tatapannya tetap tajam, seolah berkata, hanya resepsionis?

     Percakapan berlanjut seadanya. Pak Hanan banyak bertanya tentang keseharian Davira, dan ia menjawab dengan sopan meski suara bergetar. Sementara Bu Hanin lebih banyak diam, sesekali menghela napas dengan ekspresi tidak puas.

     Hati Davira makin menciut. Ia menyesali keputusannya menerima ajakan ini. Seharusnya ia menolak sejak awal. Apalagi di dalam hatinya, nama Kaffa masih terus melekat tanpa bermaksud sedikitpun menghilangkan dari ingatannya.

     Setelah hampir satu jam, Davira pamit. “Terima kasih banyak, Pak, Bu, sudah menerima saya. Mohon maaf kalau ada salah kata. Saya pamit."

Pak Hanan menepuk pundaknya lembut. “Tidak usah sungkan, Nak. Kamu anak baik. Semoga sukses selalu.” Ucapan itu terdengar begitu tulus.

     Bu Hanin hanya tersenyum tipis, menyiratkan dia senang karena Davira berpamitan, tanpa berkata apa-apa.

    Keluar dari rumah itu, Davira menahan napas panjang. Matanya berkaca-kaca. “Mas Arda, maaf kalau saya bikin suasana jadi nggak enak.”

     Arda menggeleng cepat. “Bukan salahmu, Vira. Mama memang begitu. Tapi percayalah, mama senang kamu mau datang. Mama hanya belum terbiasa."

     Davira menunduk, menahan perasaan yang campur aduk. Ada hangat karena dukungan Arda, tapi juga luka karena tatapan merendahkan Bu Hanin.

   "Tapi, sepertinya mamanya Mas Arda tidak menyukai kehadiran saya. Saya jadi menyesal, kenapa tadi saya tidak menolak saja ajakan Mas Arda," tutur Davira mengungkapkan isi hati sebenarnya.

     Arda sedikit terhenyak lalu menatap Davira dengan perasaan tidak enak. “Dengar, Vira. Aku nggak peduli Mama suka atau tidak. Yang penting, aku tahu siapa kamu. Aku tahu kamu berhati baik. Itu yang terpenting.”

     Kata-kata itu membuat hati Davira bergetar. Ada rasa dihargai, ada rasa dimengerti. Tapi, tetap saja sikap mamanya Arda membuat dia enggan lagi apabila nanti diajak kembali ke rumah Arda.

***

     Malamnya, di dalam kamarnya, Davira termenung lama. Ia memeluk bantal, matanya menatap langit-langit dengan kosong.

     Pertemuannya tadi dengan kedua orang tua Arda, kembali terbayang. Davira sadar, dirinya bukan siapa-siapa di hadapan mereka.

     "Kenapa, situasinya begitu rumit? Aku bukan siapa-siapa Mas Arda. Tapi, aku merasa sulit untuk menolak ajakan Mas Arda."

     Dan di balik semua itu, ada satu rindu yang terus hidup. Rindu pada seseorang yang mungkin masih mencarinya, meski takdir belum juga mempertemukan.

     Sementara itu di kediaman Arda, Arda duduk di ruang kerjanya malam itu. Ia menatap foto kecil yang diam-diam diambil saat gathering kantor, menampilkan Davira dengan senyum sederhana.

     "Aku nggak akan menyerah, Vira,” gumamnya. “Apapun kata orang, aku akan tetap di sampingmu.”

     Di luar sana, hujan tiba-tiba turun. Arda kembali meletakkan foto itu ke dalam laci meja kerjanya.

1
Rieya Yanie
marini kebakaran rambut ini panas
Ella
bisa² gagal kulia ini davira🤣🤣🤣
Ella
hahahahaha niat bareng² giliran ketahuan main ilang aja tu bu reta🤣🤣🤣
Sur Yanti
buat davira gk takut ya thore sama marini 🙏🙏🙏
semangat 💪💪💪 lanjut up thor
Sari Nilam: Duh marini gayamu ...angkuh sekali belum tahu aja kalau davira calonnya kaffa , kejang2 ntar yang ada. Jadi cewek matre sih gak ,gak setia.
ayo davira lawan marini dengan main cantik
total 1 replies
Marufah Rufah
ngapain tuh si marini sibuk urus Kaffa kok gk urusin cwok slingkuhn mu itu marini
Neng Itay"85"
sejak kapan ya,, Kaffa jadi Yoda🤔🤔
Sholikhah Sholikhah
nama baru atau panggilan kesayangan itu ..... ?
Penapianoh📝
Yoda siapa thor🥴🥴🥴
Nasir: Typo Kak... 🙏
total 1 replies
Jana
lha Yoda lg... 🤭🤭
Nasir: Typo Kak 🙏
total 1 replies
Tini Uje
koq yoda thor..ngantuk yaaaa 😅
Sholikhah Sholikhah
ketemu isteri bawaannya langsung ngegasssss aja tu kaffa
Jana
semangat kak
Nasir: Mksh byk Kak... 🥰
total 1 replies
Rina Nurvitasari
ceritanya bagus, seru dan bikin penasaran👍👍👍
dewi_nie
tiba2 Kaffa jd romatis mungkin Krn menghirup asap pembakaran bandrek jampi2 vira🤭 trima ajalah yg penting Kaffa GK tensian lagi sama kamu vir..
Nasir: Wkwkwkwkkwk🤭🤭
total 1 replies
Jana
kak othor ini karakter Kaffa apa beneran sekaku itu.. ga ada manis2 nya gitu sama vira 🤭🤣
Nasir: Kaffa sih memang sejak awal karakternya dingin, diceritakan selama menjadi Kakak angkat juga dia karakternya dingin jarang bicar. Nanti deh ya, sedikit dibuat lebih luwes, klo langsung bucin, rasanya enggak natural. 🙏🙏
total 1 replies
Ella
Thor..pengen Sa maki ini si marini 🤭
Nasir: Maki aja Kak gpp. 😄😄😄
total 1 replies
Ella
Jauhkn dari segla hal buruk amin🙏
Nasir: Aamiin...
total 1 replies
Sabaku No Gaara
mantav Arda
Sabaku No Gaara
buat kaffa jera sejera²nya kak...
gedek bayikk
Sabaku No Gaara
iiihhh...mauknya ini si Kaffa...
buat Vira pergi lagi ...biar nyaho kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!