NovelToon NovelToon
INGRID: Crisantemo Blu

INGRID: Crisantemo Blu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: I. D. R. Wardan

INGRID: Crisantemo Blu💙

Di balik nama Constanzo, Ingrid menyimpan luka dan rahasia yang bahkan dirinya tak sepenuhnya pahami. Dikhianati, dibenci, dan hampir dilenyapkan, ia datang ke jantung kegelapan-bukan untuk bertahan, tapi untuk menghancurkan. Namun, di dunia yang penuh bayangan, siapa yang benar-benar kawan, dan siapa yang hanya menunggu saat yang tepat untuk menusuk dari bayang-bayang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I. D. R. Wardan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Evidente

"Dia punya, hampir."

Mata Ingrid menyipit. "Maksud kakek, dia keguguran?"

Letro mengangguk pelan. Matanya menerawang ke dalam api. "Karena hal itu, dia tak bisa lagi mengandung."

"Aku turut berduka," lirihnya.

Letto kembali melihat ke cucunya, senyumnya kembali mengembang bagai musim semi setelah musim dingin panjang. "Itu sudah sangat lama berlalu. Kakek pikir, saatnya untuk makan malam, perutku sudah berteriak," candanya.

Ingrid mengangguk, Letro kembali menaruh buku itu ditempatnya semula. Kemudian, berjalan bersama menuju ruang makan.

"Apa kau dekat dengan anak lelaki, itu. Anak angkat ayahmu?" tanya Letro seraya mengunci ruangan istimewanya.

"Frenzzio?"

"Hm, ya. Itu dia namanya, kurasa." Mereka berjalan beriringan.

"Tidak juga." Ingrid sendiri tidak tahu dia tengah berbohong atau tidak.

"Bagus," sahut Letro.

"Kakek membencinya?"

"Aku tidak bilang aku membencinya, hanya tidak suka."

"Kenapa?"

"Aku hanya merasa dia bukan orang yang dapat dipercaya seutuhnya."

"Aku juga merasa begitu." Kali ini Ingrid yakin dengan ucapannya.

Mereka berbelok, melewati lorong dengan cahaya hangat yang sama yang menyinari seluruh rumah. Pemilihan terakota sebagai lantai mansion ini menambah rasa khas dari sentuhan Mediterania. Mereka berbelok lagi, Letro membuka pintu kayu berukir yang besar. Dan keduanya pun tiba di ruang makan yang mejanya mampu menampung enam belas orang itu.

Letro menduduki kursi kepala keluarga di tengah ujung meja. Ingrid mengambil tempat di kursi di dekatnya. Vesa belum berada di sana.

"Apa dia mengganggumu?" tanya kakek, Ingrid segera menggeleng dusta.

"Dia bersikap biasa saja."

Letro mengangguk paham. "Katakan saja bila ia macam-macam denganmu." Ingrid mengangguk lagi.

"Sudah kukatakan untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke kamarku apapun alasannya. Kenapa Ayah tetap menyuruh pelayan membersihkan kamarku, tanpa sepengetahuanku?!" gerutu Vesa, saat memasuki ruangan.

"Dan membiarkan rumahku yang indah tercela karena kamarmu? Tidak," sahut Letro.

Vesa tak melanjutkan gerutuan dari bibirnya. Tapi, dari mimik wajahnya Ingrid dapat menebak Vesa melanjutkannya di benaknya.

Letro menepik tangannya dua kali. Tak lama, para pelayan masuk, menyajikan segala hidangan yang akan tuan mereka santap malam ini.

Setelahnya, Ketiga orang yang memiliki hubungan darah itu menyantap makanan mereka dengan tenang tanpa satu pun kata terlontar dari bibir mereka. Letro tidak menyukai kebisingan di meja makannya.

Makan malam usai, sesudah makanan penutup selesai disantap.

"Sayang sekali, Vilia dan Marcello tidak dapat bergabung malam ini. Aku belum mengunjungi Marcello karena baru kembali dari luar negeri, apa keadaannya sudah membaik?"

"Dia sudah lebih baik. Aku belum mengunjunginya hari ini."

"Kakek akan menjenguknya setelah ini, kau ingin ikut? Ibumu pasti senang melihatmu." tawar Letro.

Ingrid sangat meragukannya. "Aku ikut."

"Aku sangat lelah, aku akan pulang," ujar Vesa tak peduli.

Letro menggeleng pasrah, menyaksikan kelakuan putri bungsunya itu.

•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•

Letro beserta Ingrid tiba di rumah sakit. Mereka menuju kamar Marcello dirawat.

Sampai di ruangan Marcello, Letro segera mendekati cucu laki-laki satu-satunya itu dengan raut cemas yang dramatis.

"Cucuku, bagaimana keadaanmu? Ayahmu sudah keterlaluan!"

Marcello tampak terkejut dengan kedatangan kakek dan saudarinya. "Kakek sudah kembali? Bagaimana Kakek bisa bersama Ingrid?" Bukannya menjawab Marcello justru balik melempar pertanyaan.

"Kami makan malam bersama tadi. Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, bodoh! Katakan! Kau baik-baik saja?"

Marcello melihat Ingrid sambil menghela napas panjang. Lalu, beralih pada sang kakek. "Aku sudah baik-baik saja, Kakek. Besok aku sudah bisa pulang."

"Kakek tidak akan diam jika ayahmu melakukan hal ini lagi padamu, apalagi pada saudarimu."

"Kakek jangan lakukan apapun," saran Marcello.

"Maaf aku baru menjengukmu," sesal Ingrid.

"Tidak perlu minta maaf. Kemari, peluk aku." Ingrid tersenyum, ia langsung berhambur ke dalam pelukan saudaranya.

Kedua sudut bibir Letro terangkat." Di mana ibumu, Marcello?" Sedari tadi Letro tak melihat tanda-tanda keberadaan putrinya.

‎"Ibu sudah pulang setengah jam yang lalu, aku menyuruhnya pulang dan beristirahat," terang Marcello.

‎Perasaan Ingrid melega begitu mendengarnya. Dia tak harus berdebat dengan wanita itu di depan kakeknya.

‎"Bunga Tiger lily? Siapa yang memberikannya? Sangat Indah." Ingrid terpana melihat sebuket bunga Tiger lily di nakas.

‎"Itu? Navarro memberinya. Dia kemari sore tadi."

‎"Dia kemari?"

Marcello mengangguk pelan. "Ya, cukup lama juga dia di sini."

Ingrid merasa kini hubungannya dengan sepupunya itu merenggang sejak dia pindah ke kediaman Constanzo. Bahkan di sekolah, dia tak pernah berpapasan dengan Navarro. Sikap Navarro padanya saat terakhir bertemu juga tak sehangat dulu. Padahal, Navarro adalah orang pertama yang dapat menghiburnya saat dia berduka. Apa ini kesalahannya? Apa karena pertengkaran mereka tempo hari?

"Ingrid kenapa kau melamun?" tanya Marcello.

"Tidak, tidak ada." Ingrid mencoba tersenyum.

Ingrid dan Letro duduk di sofa yang berada tak jauh dari Marcello.

"Kakek, bisakah Kakek ceritakan tentang hubungan ibu, ayah Ricc, bibi Vesa, dan ayah Giorgio? Karena semuanya masih abu-abu di mataku," bujuk Ingrid pada kakeknya. Dia rasa kakeknya adalah orang yang tepat untuk dapat meluruskan semua benang kusutnya.

"Kau yakin?" Ingrid mengangguk tegas. "Baiklah, kalau begitu."

Semua bermula saat perjodohan antara Vilia dan Giorgio yang diatur oleh kedua keluarga. Meskipun keduanya tak saling mencintai. Dan ternyata Vilia memiliki hubungan gelap dengan Riccolo, yang pada saat yang sama tengah menjalin hubungan asmara dengan adik Vilia yang tak lain adalah Vesa.

Vesa akhirnya mengetahui hubungan gelap keduanya. Namun, tak rela jika melepas pria yang dia cintai. Jadi dia bertahan, memutuskan untuk tetap berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan antara keduanya. Dia berharap, saat Vilia menikahi Giorgio hubungan mereka akan usai. Tetapi tidak, Vilia dan Riccolo tetap melanjutkan hubungan gelap mereka. Vesa yang geram, merasa harga dirinya terinjak-injak, akhirnya membongkar kebusukan keduanya kepada Giorgio.

Giorgio murka, dia berjanji pada dirinya sendiri akan membalas penghinaan kotor terhadapnya itu. Riccolo dan Vilia yang mengetahui hal itu, nekad kabur bersama. Tak berapa lama, mereka mengetahui bahwa Vilia tengah mengandung. Dan itu adalah anak dari Giorgio. Vilia awalnya ingin menggugurkan kandungannya, tapi dicegah oleh Riccolo.

Hingga tiga bayi kembar yang manis pun lahir, Irina, Ian, dan Ingrid.

Ricc memalsukan identitasnya dan Vilia, mereka pun menikah. Walau pada faktanya Vilia masih istri sah dari Giorgio, yang berarti pernikahannya dengan Ricc tidak sah di mata hukum. Sementara Giorgio juga menikahi Vesa demi mengisi kosongnya posisi nyonya Constanzo.

Bertahun-tahun berlalu, Vilia muak hidup dengan berpindah-pindah, kepura-puraan, dan kemiskinan. Suatu hari, dia kembali menghubungi Giorgio. Memberi tahunya tentang Anak mereka, tapi yang dia sebutkan hanyalah Irina yang saat itu telah tiada dan Ian. Giorgio yang tidak memiliki anak dari Vesa senang mendengar kabar itu. Dia segera memerintahkan bawahannya untuk menjemput Vilia dan Ian.

1
pikacuw
Karya pertama? udah bagus dan rapih bgt loh buat cerita perdana, gaya bahasa mudah dimengerti juga, enak bacanya. Smangatss thorr/Determined/
I. D. R. Wardan: Terima kasih🥰💙
total 1 replies
Riska
thorrr aku sangat menantikan bab selanjutnya /Smile//Smile//Smile/
lopyu thorr
I. D. R. Wardan: Love you toooooo💙💙
total 1 replies
Emi Widyawati
ceritanya bagus, beda sama kebanyakan novel. good jobs thor.
I. D. R. Wardan: makasih ya🥹jadi makin semangat nulisnya🔥Love
total 1 replies
minato
Terhibur banget!
I. D. R. Wardan: makasih udah mampir, semoga gak bosan ya🥹💙
total 1 replies
Yuno
Keren banget thor, aku jadi ngerasa jadi bagian dari ceritanya.
I. D. R. Wardan: Makasih ya🥹
total 1 replies
Yoh Asakura
Menggugah perasaan
I. D. R. Wardan: Makasih ya🥹 author jadi makin semangat nulisnya 💙
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!