NovelToon NovelToon
CUP OF TEA

CUP OF TEA

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:167
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Di balik hutan Alaska, Rowan menikahi cinta pertamanya, Anna. Mereka tinggal di rumah yang ia bangun dengan harapan suatu hari akan di penuhi tawa anak-anak. Tapi Anna belum siap menjadi ibu dan Rowan menghargainya.

-
Kabar tak terduga tiba “Rowan, Anna mengalami pendarahan di Prancis”.

-
Pria muncul di tengah penantian Rowan, Anna tengah mengandung.
“Aku ingin melakukan Tes DNA pada bayi kembar itu!!”

-
Kesetian, Kepercayaan, Penghianatan serta Penantian.
Segelas teh hangat di tengah hutan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergian malaikat kecil

Daisy dan Rowan segera melihat ke dalam ruangan, tubuh Rowan tegang seketika ia merasakan dingin di kulitnya menatap khawatir pada bayinya.

“Akhhhh tidak bayi kuu..” Anna berteriak saat seorang suster menutup kaca di depan mereka, satu-satunya cara mereka tetap dapat mengetahui keadaan bayi mereka.

“Tuhann tolong selamatkan bayi kuuuu..” Anna segera berlutut di lantai rumah sakit yang dingin.

“Kumohon tuhannn…” Anna dengan cemas dan menangis, Rowan mundur perlahan hingga bersandar pada dinding di belakangnya mengepalkan kedua tanganya berdoa pada tuhan dalam hatinya.

Daisy segera menghubungi Velma dan Benjamin, Carol ikut berdoa dalam

dalam situasi ini.

Di dalam ruangan, suster segera memberikan masker oksigen pada bayi mungil itu, mereka mengeluarkannya dari inkubator segara melakukan CPR setelah melihat layar monitor yang menunjukan garis yang semakin melemah.

“Berikan suntikan” ucap dokter, suster segera melakukanya.

Mereka semua menatap cemas pada layar monitor dan tubuh bayi yang bernapas sangat lemah saat ini, namun garis di layar monitor tidak menunjukan perubahan. Semua menatap pada tubuh mungil dengan harapan ia akan bergerak.

Bip bip bip bip bipppppppppp…….

Monitor menunjukan garis lurus, dokter segera menyentuh tubuh mungil itu untuk memeriksa kembali namun tidak ada respon dari kehidupan suci di tengah ruangan ini.

“Waktu kematian pukul 19:01:20 detik” dokter menatap jam di tanganya, semua orang di dalam menundukan kepala dokter melepaskan masker pada bayi itu dan menyelimutinya.

Dokter membuka pintu untuk menyampaikan kabar ini pada keluarga mereka.

“Dokter, dia baik-baik saja?” Anna segera berdiri dengan air matanya yang masih mengalir menunggu jawaban dokter dengan cemas.

Rowan pun menghampiri dokter, dokter menatapnya dan melepasnya pelindung kepalanya.

Jantung Rowan berhenti sesaat tubuhnya menjadi kaku dan udara terasa sangat berat saat ini.

“Kami sudah melakukan yang terbaik untuk menolongnya, akan tetapi dia telah menghembuskan napasnya terakhirnya”

“Maafkan kami” dokter itu menundukkan kepalanya.

“Akhhhhhhhh!!!! Bayi kuuuuu” Anna segera terjatuh, Carol menahanya.

“Bayiiii kuuuuuu…” tangisan Anna pecah bersimpuh di lantai.

“Bayi kuuuu, akhhh!!!!” ia menangis dengan pilu dalam pelukan Carol.

Rowan meneteskan air matanya, dunia terasa berhenti baginya, ia tidak dapat mendengar apapun saat ini menatap dengan hampa ke dalam ruangan itu.

“Rowannn..” Velma segera memeluknya dan menangis.

Rowan hanya diam menangisi putra kecilnya yang telah ia nanti selama bertahun-tahun,

Putra yang baru bersamanya dalam hitungan jam,

Bayinya pergi sebelum ia memberikanya nama,

Bayi kecilnya.

Lorong itu di penuhi tangis pilu atas kepergian bayi mungil mereka, di dalam ruangan suster melepaskan alat-alat medis pada bayi itu.

......................

Deritan kursi roda memasuki ruangan di sertai isak tangis, di dalam ruangan yang dingin dan sunyi hanya terdengar dentingan jam dinding. Anna memasuki ruangan untuk melihat bayinya yang telah di bersihkan, terbaring dengan kain putih yang menutupi tubuh mungilnya.

Dengan jari yang gemetar Anna perlahan membuka kain itu, wajah tenang bayi dengan kulit yang pucat ia menyentuh wajah bayi itu merasakan dingin di jarinya.

“Sayang ku…” Anna memeluk bayi itu dengan tangisannya bergema di ruangan yang sunyi.

“Maafkan ibu sayangku..”

“Maafkan ibuu” Anna memeluk bayinya mengecup wajah dinginya, Carol melihat ini ia menangis ikut merasakan kesedihan Anna.

“Anna, kita harus pergi..” Carol mengingatkan Anna setelah melihat jam di dinding karena mereka harus bergantian dengan keluarga Rowan, Anna yang masih memeluk bayinya tidak ingin pergi.

“Anna.., bayi mu yang lain membutuhkan mu” Carol membujuknya, Anna pun mengecup untuk terakhir kalinya sebelum meletakan kembali bayinya.

“Maafkan ibu sayang kuu, ku harap kau bahagia di sana..” Anna mengelus wajah tenang bayinya sebelum Carol mendorong pergi kursi roda dari ruangan itu.

Selang beberapa saat kini giliran keluarga Rowan yang masuk ke dalam ruangan dingin itu.

“Rowan kau yakin akan melihatnya?” Benjamin menepuk punggung putranya yang nampak sangat lelah.

“Aku baik-baik saja ayah, aku harus melihatnyaa…” jawab Rowan dengan pelan matanya masih memerah, Velma di sampingnya membantunya berjalan.

Di ambang pintu Rowan terdiam menatap ke arah kain yang tertutup, dengan langkah berat ia mendekat pada bayinya. Waktu terasa sangat menyiksa, udara di dadanya begitu sesak hingga ia kesulitan bernapas, tubuhnya tidak lagi memiliki tenaga untuk menjalani setiap dentingan waktu di jam dinding.

“Rowann..” Velma dengan lembut, Rowan pun perlahan membuka kain yang menutupi bayinya air matanya kembali menetes dan kehampaan.

Rowan menggendong bayinya yang terasa sangat ringan, menyetuh tanganya yang dingin.

“Dia mengenali ku saat di ruang inkubator” Rowan mengelus-elus kepalan tangan mungil bayinya.

“Dia seharusnya dapat tumbuh dengan kuat dan sehat” ia mengecup kening bayinya.

“Aku akan membesarkannya, mengajarinya berjalan, menganyunkan sepeda, memancing, memotong kayu, mengantarnya sekolah..” ia mengayun-anyunkan bayi di pelukanya seolah-olah sedang membuatnya nyaman untuk tidur.

“Aku akan membesarkannyaa..”

“Putra ku tersayang…” Rowan di tengah tangisnya mencium kembali tubuh dingin di tanganya.

Velma di sampingnya menangis mengingat bayi pertamanya, Benjamin dan Daisy menangis dalam diam mereka.

“Kita kehilangan cucu kembali” Daisy mengelap air matanya bersandar pada Benjamin.

......................

“Terimakasih, kami mungkin akan berada di sini hingga pagi hari”

“Andrew dengarkan bibi Rose dan bermain dengan Milo dengan baik okee??”

“Sampai jumpa, I love u” Velma menutup telponnya untuk mengabari keluarga Milo yang menjaga sementara waktu Andrew karena mereka belum pulang.

Rowan bersandar di tempat duduk menutup matanya dengan lelah, mereka harus menunggu hasil tes DNA walaupun Rowan sudah tidak peduli dengan hasilnya.

“Makanlah” Benjamin memberikan burger pada Rowan.

“Aku tidak lapar ayah” Rowan tidak memiliki nafsu makan saat ini, ia sangat lelah.

“Isi perut mu, kau harus kuat untuk mengurus hal lain” isyarat Benjamin mengenai pemakaman bayinya, mendengar itu Rowan membuka matanya mengambil makanan di tangan ayahnya dan mulai memakanya.

Terdengar suara tangisan bayi dari kamar Anna, Rowan menatap ke arah jendela mendengar tangisan itu.

Benjamin melihat putranya tiba-tiba memakan semua burger di tanganya dengan lahap, ia pun memberikan bungkusan lainya. Rowan segera memakanya untuk mengisi tenaganya.

“Ya!! Aku masih memiliki bayi lainyaa” dalam hati Rowan saat mendengar tangisan bayi lain di kamar Anna.

Daisy dan Velma mendekat setelah melihat Rowan yang makan dengan lahap mereka cukup heran dan menatap pada Benjamin hanya mengangkat kedua bahunya.

Dokter masuk ke dalam kamar segera keluarga Rowan berdiri dan memasuki ruangan itu, masih ada harapan bagi Rowan.

“Kami ikut bersedih atas kepergian bayi anda Mr.Rowan” dokter itu menjabat tangan Rowan ia tersenyum tipis.

“Ini merupakan hasil tes DNA dari kedua bayi itu” dokter membagikan amplop pada Rowan, Orlando serta Anna.

Orlando segera membukanya dan membaca hasil tes DNA ia segera mencium rambut Anna dengan senang berbanding terbalik dengan Rowan harapanya telah hilang mundur untuk mencari tempat duduk.

Mengepalkan kedua tanganya dengan erat menatap bayi lain di samping Anna yang tengah tertidur, menatapnya dengan hampa. Melihat reaksi Rowan, Velma segera mengambil kertas yang terjatuh dan membacanya bersama kedua orang tuanya mereka terkejut dengan hasilnya.

“Bagaimana ini bisa terjadi dokter? Mereka memiliki ayah yang berbeda?”

“Dan bayi yang telah pergi merupakan anak Rowan?” Velma menatap bingung pada dokter.

“Ya, kondisi kehamilan seperti bisa saja terjadi walaupun sangat jarang terjadi. Saat wanita melepaskan dua sel telur yang berbeda kemudian di buahi oleh sperma dari dua pria yang berbeda dalam waktu yang berdekatan”

“Makan kehamilan kembar non-identik dapat terjadi” jelas dokter itu menatap Orlando dan Rowan.

Semua orang di dalam kamar tidak percaya dengan hal ini dan menatap Anna dengan heran terkecuali Orlando yang nampak bahagia di samping Anna. Sementara itu, Anna hanya terdiam dan menatap Rowan yang duduk di sana.

“Boleh aku mengendongnya untuk terakhir kali?” ucap Rowan di tengah kebingungan keluarganya.

Anna mengangguk.

...----------------...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!