NovelToon NovelToon
JODOH WASIAT DEMANG

JODOH WASIAT DEMANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:649
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

"Genduk Mara, putu nayune Simbah Demang. Tak perlulah engkau mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin anak turunku kelak tidak terlalu membanggakan para leluhurnya hingga ia lupa untuk selalu berusaha membangun kehidupannya sendiri. Tak ada yang perlu dibanggakan dari simbah Demangmu yang hanya seorang putra dari perempuan biasa yang secara kebetulan menjadi selir di kerajaan Majapahit. Kuharapkan di masa sekarang ini, engkau menjadi pribadi yang kuat karena engkau mengemban amanah dariku yaitu menerima perjodohan dari trah selir kerajaan Ngayogyakarta. Inilah mimpi untukmu, agar engkau mengetahui semua seluk beluk perjodohan ini dengan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman. Satu hal yang harus kamu tahu Genduk Mara, putuku. Simbah Demang sudah berusaha menolak perjodohan karena trah mereka lebih unggul. Tapi ternyata ini berakibat fatal bagi seluruh keturunanku kelak. Maafkanlah mbah Demang ya Nduk," ucap Mbah Demang padaku seraya mengatupkan kedua tangannya padaku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Lastri memulai harinya menempati surau yang berada di depan rumah mas Demang. Setiap pagi, ia akan ke rumah Mbah Ibu untuk membantu memasak dan membersihkan rumah. Saat sore hari, ia mengajarkan mengaji dan mengajarkan tata cara salat pada mbah Ibu di Surau. Mbah Ibu terlihat senang sekali ia bisa mengaji dan salat dengan baik karena mendapat arahan dari Lastri yang begitu telaten. 

Saat di dapur, sesekali Lastri tak sengaja berpapasan dengan Raden Mas Demang saat ia akan makan, atau saat lelaki itu hendak menuju kamarnya yang berada di area dapur. Mata mereka saling beradu dengan tak sengaja. Tapi dengan cepat mas Demang selalu menundukkan wajahnya. Lastri pun bersikap sama seperti mas demang. 

"Sebenarnya mereka berdua sama-sama memiliki rasa cinta dalam hati. Tapi mereka masih enggan untuk mengakui dan menyatakannya cinta mereka. Biarlah waktu yang membuat mereka mau mengakui perasaan itu," ucap mbah Ibu saat melihat kedua insan yang jatuh cinta itu saling berpapasan di dapur. 

Pagi itu, kondisi rumah begitu repot sekali. Mbah Ibu ingin ke area tegal, tanah bengkok milik mas demang yang letaknya tiga kilo meter dari rumah. Hari itu waktunya ponjo tebu, penanaman bibit tebu pertama di lahan tersebut. Mbah Ibu ingin melihat kondisi tegal dan melakukan ngirim makanan dan minuman pada buruh tani yang melakukan ponjo disana. Sementara Paijo tengah menilik sawah yang tengah ditanami padi yang telah dialiri air (lep) semalam oleh mas demang. 

Karena begadang mengairi sawah semalaman, kondisi badan mas demang begitu lisuh sekali. Ia mengguyur tubuhnya di kamar mandi sebelum ia berangkat kerja hari. Hari ini jadwal mas demang adalah melakukan peninjauan area sungai di lereng gunung Kelud bagian utara, yang berbatasan dengan kota malang. Karena lokasinya lumayan jauh dari rumah, ia segera pulang dari sawah pagi hari agar bisa berangkat kerja tepat waktu. 

"Nduk Lastri, Mbah Ibu hari ini lagi repot sekali. Mbah ibu arep budal nang tegal, nginguk tanduran tebu yang waktunya ponjo karo lihat palawija sudah waktunya panen atau belum. Paijo wis nang sawah isuk mau. Wayahe lihat pari hasil lep mas demang semalam sama nge cek airnya kurang atau tidak. mari soko tegal, mbah ibu bablas arep nang pasar, blonjo barang kebutuhan pawon. Kebutuhan dapur banyak sekali yang sudah habis. Mengko nyuwun tulung siapno teh anget karo jagung godog nang meja pawon ya. Kanggo sarapan mas demang. Iku areke  lagi siram nang jeding. Biasane Raden iku mesti lali ora nggowo anduk. Mengko lak raden bengok-bengok ngongkon jupukno anduk, tulung sampean jupukne anduk nek kamare mas demang yo nduk. Nang gantungan baju cedake jendela," pesan mbah Ibu sebelum berangkat ke tegal. 

"Inggih mbah Ibu."

Mbah ibu terlihat keluar rumah dengan pedati yang telah dipersiapkan oleh seorang jongos tambahan karena Paijo tengah repot di sawah. 

Tak seberapa lama, terdengar suara dari kamar mandi saat Lastri tengah mengaduk gula dalam teh yang dipersiapkan untuk sarapan mas demang. 

"Jo, Paijo. Tolong ambilkan handukku di kamar. Di gantungan dekat jendela. Ojo suwi-suwi olehmu jupukne handuk. Aku mengko katisen nek jeding," ucap mas demang dari kamar mandi. 

Lastri segera memasuki kamar Mas Demang untuk mengambil handuk. Tak sengaja dilihatnya, jarik tempo hari yang ujungnya telah robek karena untuk membalut tangannya yang memerah akibat percikan minyak tanah bercampur api kala itu. Ternyata jarik itu dipakai sebagai selimut Mas demang saat tidur. Di sisi dekat kasur, di atas kotak penyimpanan, terdapat kertas putih yang bertuliskan kata Lastri, aku tresno karo sliramu. 

Hati Lastri berdegup cukup kencang melihat tulisan itu. Apakah Mas demang juga mencintainya? Ia tak pernah bisa berpikir dan mengira lebih jauh karena mas demang adalah lelaki yang cukup pendiam. 

"Jo, kok suwi banget tho. Aku katisen iki lho. Kamu ora mesakne aku po?" seru mas demang dari kamar mandi. 

Lastri membawa handuk dari kamar dan berjalan ke arah kamar mandi. Ia memberikan handuk itu kepada Raden mas demang. 

"Lastri, Mengapa kamu yang mengambilkan handukku? Paijo ke mana? Mbah Ibu ke mana?" tanya raden dengan terkaget karena ia masih telanjang dada. Ia juga malu karena tak terbiasa berhadapan dengan seorang perempuan dalam kondisi seperti ini. 

"Mbah ibu sedang ke Tegal. Mas Paijo sedang ke sawah. Mbah ibu tadi memintaku untuk menyiapkan teh dan jagung rebus untuk sarapan Raden. Saya juga di welingi untuk mengambilkan handuk Raden di kamar karena biasanya raden lupa tidak membawa handuk ke kamar mandi," jelas Lastri sambil menundukkan wajahnya.

"Kamu tadi ke kamarku Lastri? Kamu tidak melihat hal yang lain bukan? Maksudku, kamu tidak membersihkan kamarku kan? Kamarku masih berserakan dan berantakan sekali karena aku tadi belum sempat membersihkannya," ujar Raden Mas demang dengan wajah semburat merah menahan malu. 

"Saya tidak melihat apapun Raden. Saya tadi hanya mengambil handuk yang berada di gantungan kamar," balas Lastri dengan berbohong agar mas demang tidak merasa malu. 

"Terima kasih."

Raden Soemitro segera berjalan ke arah kamarnya dan segera berganti pakaian. Tak terasa matanya tertuju pada sebuah tulisan yang berada di atas kotak penyimpanan. Sebuah tulisan besar dengan huruf yang begitu jelas. Lastri, aku tresno karo sliramu.

Tulisan sebesar itu dan berada tepat di atas kotak penyimpanan uangnya,  mustahil Lastri yang sudah memahami baca dan tulis itu tidak membaca tulisan sebesar itu. Raden demang sangat yakin gadis itu telah membaca tulisan segede gaban itu.

"Aku sungguh mencintai Lastri. Aku sudah jatuh cinta padamu. Tapi sungguh. Aku sangat takut sekali bila aku tak bisa membahagiakanmu. Aku sangat takut sekali tidak bisa memberikan yang terbaik untuknya. Tapi disisi lain, aku juga sangat takut kehilanganmu. Aku harus bagaimana ini ya Tuhan? Rasanya aku ingin mengungkapkan perasaan ini padanya. Tapi aku malu. Malu karena ia pasti akan tahu perasaanku bila aku mengungkapkan perasan ini padanya. Aku harus bagaimana ya Tuhan? Aku bingung sekali," ucap Raden Soemitro lirih. 

"Dan jarik ini memang sengaja tidak aku cuci sama sekali. Jarik ini penuh dengan kenangan perempuan itu. Saat aku menggunakan jarik ini, untuk pertama kalinya aku melihat perempuan itu tak berpakaian sama sekali. Itu membuat darah kelelakianku begitu berdesir saat melihatnya. Dengan jarik ini pula aku menyelamatkan perempuan itu dari percobaan pemerkosaan malam itu.

Dengan jarik ini pula perempuan itu bersimpuh dihadapanku, menyerahkan tubuh dan hidupnya hanya padaku. Dengan jarik ini pula,  kurobek bagian ujungnya untuk menutupi tangannya yang begitu kemerahan karena menahan panasnya api. Malam itu, sungguh malam terindah yang tak bisa kulupakan seumur hidupku.

Aku tak bisa melupakan malam itu karena malam itu untuk pertama kalinya aku melihat perempuan itu dalam kondisi tidak berpakaian sama sekali. Jujur saja. Itu membuatku darah kelelakianku begitu berdesir. Juga kepasrahannya sebagai perempuan kala itu, sungguh membuatku mulai jatuh cinta padanya. Jatuh cinta sebagai seorang lelaki pada perempuannya," kata Raden Soemitro dalam hati. 

Seusai berganti baju dengan pakaian dinas seorang demang, Raden demang kembali ke dapur dan sarapan pagi. Melihat raden dengan seragam demang, membuat Lastri begitu terkesima.

"Terima kasih atas teh hangat dan jagung rebusnya, Lastri," kata raden Soemitro dengan lembut. 

"Sama-sama raden."

"Bagaimana aku tidak semakin jatuh cinta pada sosok demang ini? Ia semakin terlihat menarik sekali dengan baju demang itu," batin Lastri. 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!