Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 24.
"Bisakah kau memberi tahuku ruangan Elvano?" tanya Rania pada Bianca. Melihat resepsionis memanggil Bianca, Rania jadi menilai jika wanita ini pastilah memiliki jabatan penting dan dekat dengan pemimpin perusahaan.
Rania sedari tadi berusaha menghubungi Elvano, untuk memberi tahu bahwa ia sudah tiba di perusahaan NAV Corp, tapi tidak ada jawaban dari pria itu.
Bianca terkesiap, ia berusaha menyadarkan diri dari perasaan terkejut setelah mendengar siapa Rania sebenarnya.
"Bi-sa, Nona. Ayo ikut saya, saya akan tunjukkan ruangan Tuan Elvano pada Anda."
Rania tersenyum, ia mengiringi langkah Bianca yang langsung membawanya memasuki lift khusus.
Bianca berulang kali mencuri pandang pada Rania, masih ada sedikit keraguan sebenarnya untuk mempercayai ucapan wanita asing itu. Tapi, dilihat dari penampilan, Rania cukup mendukung untuk menjadi pasangan atasan mereka. Cantik, berpenampilan menarik, sebelas, dua belas lah dengan dirinya menurut Bianca.
Namun, ada yang berbeda, wanita asing dihadapannya ini memiliki signature style dan begitu high class dengan pancaran old money yang begitu kuat. Seperti aura seorang wanita yang sangat Bianca kenal, yang juga berada di perusahaan ini dan begitu ia benci, si Sena.
Astaga! Bianca langsung mengeram kesal dalam hati saat mengingat nama team sekretaris pembangkang itu.
Prilaku Bianca yang diam-diam memperhatikannya, sangat Rania sadari. Sehingga ia pun bertanya, "Ada apa? Apa ada sesuatu? Dari tadi kau memperhatikanku?"
Bianca masih menatap intens Rania dan cukup tajam, membuat Rania tidak nyaman.
"Apa benar... Kau tunangannya Tuan Elvano?"
Rania mengangguk. Ia mulai paham dan juga mengerti, para karyawan di perusahaan ini pasti terkejut dan mungkin tidak percaya dengan ucapannya. Rania tidak masalah dengan itu semua.
Bianca terlihat menarik napas, ia mengubah posisinya berdiri dengan mengarah ke depan, tak lagi memperhatikan Rania. Benar atau tidaknya wanita asing ini adalah tunangan bos mereka, Bianca akan tahu saat ia sudah mengantar wanita ini ke ruangan sang atasan.
Lift tiba di lantai teratas gedung NAV Corp, Bianca lebih dulu keluar, memimpin langkah Rania menuju ruangan sang atasan.
Namun, baru beberapa langkah Bianca berjalan, ia dengan tiba-tiba berhenti, netranya menangkap seseorang di ujung sana, baru saja keluar dari pantry.
"Nona, Anda tunggu di sini sebentar, saya akan kembali segera," ucap Bianca cepat pada Rania. Bianca langsung beranjak pergi begitu saja, tanpa menunggu persetujuan Rania yang merasa kesal karena ditinggalkan.
"Sena!" Bianca melebarkan langkahnya untuk menghentikan Sena yang ingin mengabaikannya. "Tunggu dulu! Tolong aku sebentar, perutku mules. Kau bisa mengantar Nona yang ada di sana ke ruangan bos kita. Dia adalah rekan kerja Tuan Elvano."
Sena terlihat enggan menanggapi perintah Bianca, ia masih kesal terhadap wanita arogan itu.
"Tolonglah, Sena. Perutku sakit sekali. Mungkin mereka memiliki proyek penting, segera antarkan Nona itu." Bianca memutar-mutar tangan di area perutnya, membuat Sena mengernyit, dan sedikit merasa iba.
Tanpa suara Sena pun meninggalkan Bianca dan mengarah pada wanita yang masih berdiri diam di depan lift, setelah sebelumnya ia meletakkan kopi serta cemilan yang ia bawa dari pantry.
Bianca tersenyum licik memperhatikan punggung Sena. "Kau mengaku-ngaku sebagai kekasih Tuan Elvano. Sekarang lihatlah, kau akan tahu posisimu sebenarnya, Sena. Kau tidak lebih dari seorang simpanan." Bianca terkekeh kecil, merasa puas saat membayangkan wajah Sena ketika mengetahui bos mereka ternyata sudah memiliki tunangan.
Meski kabar yang ia dengar ini juga membuatnya patah hati, tapi rasanya akan terobati saat melihat Sena yang begitu berani mengaku sebagai kekasih Tuan Elvano di depannya itu melihat sendiri sang bos bersama dengan tunangannya,
Sena mendekat pada Rania, dua wanita itu berdiri berhadapan, dan Sena menyapa Rania dengan begitu ramah.
"Nona ingin ke ruangan Tuan Elvano? Mari, saya akan menunjukkannya."
Rania tersenyum dan mengangguk, ia mengikuti langkah Sena, perasaan kesalnya terhadap Bianca sedikit hilang saat melihat ada karyawan Elvano yang ramah padanya.
"Terima kasih, kau sangat baik."
Sena tersenyum menanggapi pujian yang ia dapatkan. "Sudah tugas saya, Nona. Apa jadinya jika rekan kerja yang datang ke perusahaan ini tersesat saat mencari ruangan pimpinan, tidak akan ada kerja sama nantinya."
Rania tertawa mendengar ucapan Sena. Karyawan Elvano ini ternyata mengira dirinya adalah relasi bisnis dari bos mereka.
"Sebenarnya, aku tidak hanya rekan bisnis. Aku memiliki hubungan yang lebih spesial dengan Elvano."
Deg!
Langkah Sena tepat berhenti di depan pintu ruangan presedir Nav Corp, tangannya yang sudah nyaris mengetuk pintu itu kini menggantung di udara.
Sena berbalik, ia tersenyum pada Rania. "Benarkah?" tanyanya dengan wajah yang teramat ceria di mata Rania.
Sehingga membuat Rania pun kian antusias untuk menanggapinya. "Ya. Aku adalah tunangan Elvano. Kami akan menikah dalam waktu dekat," lanjut Rania dengan tersenyum, tanpa menyadari betapa besar dampak kata-katanya terhadap Sena.
"A-pa... sudah lama?" tanya Sena pelan. Wajahnya masih bisa tersenyum, tapi suaranya hampir tidak bisa keluar.
"Aku dan El sudah dijodohkan, kami menyetujuinya dan akan melangsungkan acaranya di sini."
Duar!
Sena mematung. Ia berusaha keras mencerna semua ucapan yang kini membuat tubuhnya terasa kaku, dingin dan membeku.
Netranya terangkat untuk menatap pada wanita yang ada di hadapannya. Wanita yang mengaku sebagai tunangan Elvano. Bibir itu tersenyum bahagia, matanya memancarkan cahaya kejujuran. Tak ada kebohongan di sana yang dapat Sena temukan.
Sena memberikan senyuman, senyum tulus atas kabar yang membahagiakan bagi Rania sekaligus mengejutkan dan meluluhlantakkan dunianya.
"Se-lamat...," kata Sena dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Ia berbalik dan tanpa mengetuk pintu lagi, Sena sudah langsung membuka pintu ruangan Elvano.
Elvano yang tengah fokus bekerja itu menoleh saat pintu ruangannya terbuka, dan langsung tersenyum ia saat melihat kedatangan Sena.
"Sayang...," panggilnya bersemangat, Elvano segera berdiri, ingin menghampiri Sena, tapi terhenti saat melihat seseorang yang muncul dari belakang Sena dan tersenyum bahagia ke arahnya.
"Kau menyambutku dengan panggilan spesial, El."
Elvano membeku ketika Rania sudah memeluknya. Pandangannya bertemu dengan netra dingin Sena yang memperhatikan kebersamaan mereka.
"Sena..."
"Ah, dia yang sudah menunjukan ruanganmu padaku, El. Dia karyawanmu yang sangat baik," ucap Rania membuat perkataan Elvano tertahan. Rania tidak menyadari situasi antara Elvano dan Sena yang tidak baik-baik saja.
Sena tersenyum pada Rania, ia sama sekali tidak menatap pada Elvano. "Sudah tugas saya, Nona. Saya permisi, Anda sudah bertemu dengan tunangan Anda." Sena menunduk kecil dan setelahnya, Sena lekas meninggalkan ruangan itu.
"Sena, tunggu!" Elvano mengejar Sena, membuat Rania terkesiap di tempatnya berdiri. Calon tunangannya itu bahkan sampai berlari, berusaha menahan kepergian karyawannya.
"Sena!" teriak Elvano ketika melihat Sena sudah masuk ke dalam lift.
Elvano semakin berlari, berusaha menghentikan pintu lift yang mulai menutup. Elvano bisa melihat wajah Sena yang kosong dan dingin dengan air mata yang mulai mengalir di pipi wanitanya.
Tatapan Sena sejenak bertemu dengan Elvano yang berlari menghampiri, dan untuk sesaat, mereka terhubung dalam kesedihan dan keputusasaan. Sebelum akhirnya, pintu lift lebih dulu tertutup rapat. Memisahkan mereka berdua dengan begitu kejamnya.
"Brengsek!!" marah Elvano saat gagal mencegah kepergian Sena.
Elvano langsung berlari menuju tangga darurat. Menuruni ribuan anak tangga dengan begitu cepat. Kaki panjangnya bahkan menuruni dua, tiga anak tangga sekaligus untuk dapat menahan kepergian Sena.
Sedangkan Sena yang berada di dalam lift masih terdiam membisu. Tatapannya kosong lurus ke depan. Tidak ada isakan tangis. Namun, air matanya tetap menetes.
Tangan Sena bergerak kaku, ia berusaha meraba ponsel yang ada di dalam saku blazernya. Mengetik pesan singkat dengan jari jemari yang sudah mati rasa dan mengirimkannya pada seseorang.
Aku ingin pulang, Kak.
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/