Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Sarapan bersama
Adzan berkumandang, Ken pun terbangun dan dia langsung mengucek matanya, kemudian dengan gontai dia keluar dari mobilnya berjalan menuju mesjid.
Sedangkan Nadira, dia terlonjak kaget ketika melihat waktu telah menunjukkan pukul lima pagi hari.
"Gawat kesiangan gue, gue kan mau memasak seafood untuk di bawa ke RS, keburu kaga ya?" Nadira bergegas menuju dapur untuk mencairkan udang dan lain-lain. Kemudian kembali ke kamar untuk mengambil wudhu dan sembahyang.
Setelah selesai shalat Nadira bergegas kembali ke dapur untuk menyiapkan segala bumbu untuk memasak seafood salah satunya udang dan cumi.
Namun suara ponsel pun mengganggunya, Nadira menghampiri meja makan di mana ponselnya tersimpan.
"Hallo Iya Pak," Sapa Nadira dari balik telepon.
"Aku di depan bawa sarapan, tolong buka!" seru Ken di balik telepon.
Nadira pun langsung menutup teleponnya kemudian berjalan untuk membukakan pintu.
"Ini ambillah!" Seru Ken saat Nadira telah membukakan pintunya.
"Kenapa beli Pak? aku kan sedang memasak," Tanya Nadira dengan heran dengan menatap ke arah Ken, namun tangannya memegang plastik yang diberikan oleh Ken.
"Memasak membutuhkan waktu, ambillah!" kembali Ken menyuruh Nadira untuk mengambil satu plastik berisi nasi bungkus.
"Terimakasih, masuklah Pak!" ajak Nadira ramah.
"Aku di mobil saja," tolak Ken.
"Aku tau Bapak sungkan kan, karena kita bukan muhrim?, tapi Bapak tamu saya, masuklah biar pintu ini aku buka," timpal Nadira dengan ramah dan tersenyum.
"Hmm baiklah terimakasih," jawab Kendrick singkat.
"Duduk dulu Pak, aku ambil piring dan sendok," ujar Nadira kemudian berlalu menuju dapur.
Ra ... tolong maafkan aku, aku tidak tahu harus berbuat apa? aku ini terlalu pengecut . Batin Ken dengan menatap punggung Nadira.
"Ini Pak, ayo kita makan," Ajak Nadira tanpa melirik Ken sedikitpun.
"Terimakasih loh ya Pak, karena dari semalam Bapak telah banyak membantuku hingga sekarang, sebagai gantinya aku traktir makan dengan pasakanku hari ini!" Seru Nadira dengan begitu ceria.
"Hmm ...." Ken dengan mulut yang penuh dengan nasi hanya mampu berucap demikian.
Ra, jujur aku gatau bagaimana rasa masakanmu, tapi aku ingin kamu selalu memasak untukku setiap saat. Batin Kendrick dengan tetap fokus makan.
"Bapak mau mandi di sini?" Tanya Nadira dengan mulut penuh dengan nasi.
"Ehem ... Ra, ya kalau lagi makan jangan dulu banyak ngomong, apalagi itu mulutnya penuh dengan nasi," tegur Ken dengan kembali melanjutkan makan, tanpa melirik Nadira.
Nadira pun menelan nasi dalam mulutnya, "Iya Bapak mau mandi di sini? kan tubuh Bapak belum mandi sehabis tidur dalam mobil!" Nadira mencoba menawari dengan rasa segan.
"Tidak Ra, tidak enak sama tetangga biar di ruanganku saja, sehabis ini, aku langsung ke rumah sakit. Kamu hati-hati jangan terlambat hanya karena memasak, aku tidak akan mentolerir itu!" Tegas Ken.
"Ish ... masak buat Bapak aja segitunya, tapi baiklah Bapak Ken, aku pastikan itu tidak akan terjadi." Nadira tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya.
"Bagus." Ken pun menepuk kepala Nadira dengan lembut.
"Terimakasih ya air dan piringnya, aku berangkat dulu." Ken pun beranjak dan hampir saja mengangkat lengan kanannya, namun Ken dengan segera menurunkannya.
"Ok Pak Ken hati-hati ya." Nadira pun melambaikan tangannya saat berada di ambang pintu sampai Ken menaiki mobilnya.
Ken pun melajukan kendaraannya dengan membalas melambaikan tangannya tanpa tersenyum.
Nadira pun tersenyum sendiri tatkala mendapatkan balasan lambaian dari Ken, sambil jingkrak-jingkrak memasuki dapur.
He he berasa ada suami gue di sini, ntahlah gue merasa nyaman, dia berasa ngejaga gue semalaman, sikapnya mesti dingin namun berasa melindungi banget, asli gue merasa ada suami gue di sisi gue, hehe andai saja .... Ups astaghfirullah apa yang gue hayalkan. Gue kan udah nikah ish siapa sebenarnya laki gue?, Ke mana dia?, nyebelin banget sih. Gerutu Nadira dengan mengeraskan suara alat penggorengan di atas wajan.
Tak terasa kini waktu menunjukkan pukul 7 pagi, Nadira pun telah bersiap dengan begitu cantik dengan muka berseri tidak seperti biasanya, dia pun melanggeng keluar rumah dengan tak lupa membawa Nasi beserta lauknya untuk di makan bersama di ruangan Ken.
Nadira kini telah berada di atas motornya, tak berselang lama Nadira pun melajukan kendaraannya membelah jalananan yang sesak dengan para pengendara lain.
Namun itu tidak menghambat perjalanan Nadira untuk tiba tepat waktu.
Nadira pun tiba di mejanya dan bertemu dengan Siska.
"Ini ada kue basah dari Nabila," ujar Siska.
Namun Nadira membuka ponselnya dan melihat isi chat tersebut.
Nabila: Eh enak banget Lo, pagi di tunggu nyokap ga datang ga ada kabar, untung masih ada gue yang satu tempat sama Lo, awas aja kalau lo begitu lagi sama nyokap gue!.
Nadira : He he ampun Nabil ....
Terjeda untuk melihat ke arah Siska.
"Ya ampun gue lupa, thanks Sis," timpal Nadira dengan langsung beranjak dan menuju kantin.
"Buset dia tumben-tumbenan bawa bekal begini banyak?" Tanya Siska saat melihat di bawah meja Nadira ada rantang.
"Siska Nadira mana?" Tanya Kendrick.
"Emm anu Pak, di—" Siska terjeda kala ada Nadira yang tiba secara terengah-engah.
"Maaf Pak, Nadira habis dari kantin," ucap Nadira dengan terengah-engah mendekati Kendrick.
Kendrick pun mengerutkan keningnya, tanpa terucap sepatah kata pun.
"Kita mulai ke Ke ruangan mana Pak? atau ada operasi?" Tanya Nadira sambil terengah-engah.
"Duduk dulu, minum dulu, sebentar lagi Operasi akan di mulai, coba stabilkan dulu dirimu!" ucap Ken santai.
"Oya Pak ini rantang yang tadi Bapak titip di saya, mau di ambil sekarang apa nanti?" Tanya Nadira berpura-pura.
Ken kembali mengerutkan keningnya, kemudian tersadar kala melihat Nadira memicingkan matanya ke arah Siska.
"Nanti saja kau yang bawa ke ruanganku!" ujar Ken tegas.
"Baik," timpal Nadira dengan tangan berada di keningnya.
"Ayo kita menuju ruang operasi!" Ajak Kendrick dengan melangkah terlebih dahulu.
Mereka kembali berjibaku bersama dalam ruang operasi, Ken melakukan operasi dengan penuh semangat tatkala di dampingi Nadira.
Nadira sudah semakin cekatan membantu Kendrick dengan memberikan setiap peralatan yang di butuhkan dengan sesekali menyeka keringat yang bercucuran.
Kendrick pun yang penuh ketegangan beserta keringat yang bercucuran itu pun sedikit menyunggingkan sebuah senyuman yang sangat jarang terlihat.
Nadira sempat terpaku dikala melihat seulas senyuman tersebut.
"Nadira Mana?" Tanya Kendrick dengan menengadahkan tangannya yang memecahkan lamunan Nadira seketika.
"Oh iya Pak maaf." Nadira memberikan kembali peralatan kepada tangan Ken.
Setelah selesai pasien di urus oleh suster dan keluarganya kembali menemani, sedangkan Ken dan Nadira kembali ke ruangan masing-masing.
"Kenapa lo senyum-senyum?" Tanya Siska saat melihat Nadira kembali dari ruang operasi.
"Ga cuma kaget aja wkwkw, ternyata orang dingin udah kaya kutub utara itu bisa juga ya tersenyum terlebih saat menghadapi pasien dan keluarganya, tapi sama kita ya ampun, orang itu bikin geram," ujar Nadira dengan tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Lo suka?" Tanya Siska dengan memperhatikan lekat pada wajah Nadira.
"Kaga lah gue udah punya laki," ujar Nadira sambil mendorong muka Siska.
"Ish biasa aja kali, pe dorong-dorong muka gue segala," protes Siska denga mengerucutkan bibirnya.
"Sorry ...." Nadira kembali tersenyum sambil merangkul Siska dengan candanya.
Bersambung ...