"Sudah sedari dulu, aku memang hanya pemuas nafsu di ranjang mu, jadi jangan meminta lebih untuk menikahiku, karna aku tak ingin berurusan dengan istrimu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut gadis cantik bernama Diana, ia ikhlas menjadi selir dari seorang Mafia berdarah dingin padahal keduanya sudah menjalin cinta sedari masih duduk di bangku SMA.
Lalu apa alasan yang membuat Diana bisa menjadi simpanan dari pria yang amat mencintainya itu?
Mampukah ia bertahan dengan hubungan yang selalu disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SCSM 23
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂.
Berbulan-bulan berlalu, hubungan Adam dan Diana semakin dekat meski di Sekolah mereka tetap menjaga jarak.
Adam hanya datang menghampiri Diana jika gadis cueknya itu tak juga membalas pesannya dari bangun tidur sampai jam istirahat selesai.
Diana yang nampak biasa saja dalam mengekspresikan perasaannya justru selalu di buat pusing dengan prilaku Adam yang dianggap terlalu posesif dan banyak mengaturnya.
"Aku gak bisa anter pulang" ucapnya saat mencegat Diana di toilet.
"Gak apa-apa, aku bisa pulang sendiri" jawab Diana santai. seperti biasa.
"Gak nanya kenapa aku gak bisa anter kamu pulang?"
Diana mengernyitkan dahinya, itu adalah salah satu sikap Adam yang terkadang membuat Diana tak habis pikir, Semua yang dianggapnya bisa selesai detik itu juga nyatanya harus di bawa berputar lebih dulu oleh pemuda yang bisa mengirimnya pesan ucapan cinta lebih dari lima puluh kali dalam sehari.
"Emang kenapa? mau pergi" akhirnya Diana pun bertanya.
"Iya, aku di ajak makan siang sama keluargaku, males banget padahal" jawabnya kesal.
"Keluarga yang utama, pergilah"
Diana berucap sambil tersenyum sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Adam, pemuda itu hanya diam menatap punggung gadis kesayangannya sampai akhirnya hilang dari pandangan.
Aku mencintaimu Dee...
***
Di salah satu restoran ternama, Adam duduk di antara orang tua dan kakaknya. Ia nampak jengah saat melihat Bagas begitu pintar memainkan dramanya sebagai anak terbaik di keluarga Biantara. Ia yang di puji tak ada habisnya justru sangat di kasihani oleh Adam.
"Sekolah mu tinggal beberapa bulan lagi, kamu bisa kuliah di Universitas kakakmu dulu" titah Papa tanpa menatap kearahnya.
"Sudah ku bilang, jangan campuri hidupku!" jawabnya kesal.
"Lalu mau sampai kapan kamu akan terus jadi anak brandal?" Papa yang kesal tak kalah menaikan nada bicaranya.
"Aku nggak seburuk yang kalian bayangkan!" pekiknya sambil bangun dari duduk kemudian pergi keluar resto dengan perasaan menahan emosi dan amarah. Ingin rasanya ia kini mengacak-acak seisi restauran tapi ia masih ingat untuk tidak mencoreng nama baik keluarganya.
Kapan kalian bisa melihat ku sebagai Adam
Bisakah menerima ku menjadi yang aku inginkan?
Aku bukan pecundang pah....
Aku anak kalian yang mungkin memang belum baik
Tapi aku akan mencobanya dengan caraku sendiri.
Tak perlu dengan arahan kalian yang mengikatku sesuka kalian.
Sayangi aku tanpa harus memaksaku memberi kalian imbalan
Adam terus saja bergumam dalam hati sepanjang perjalanan dengan menggunakan motor besarnya, kini tanpa arah ia pun membelah jalanan yang mulai nampak ramai, awan yang mendung membuat ia sesekali mendongakkan wajahnya ke atas langit yang menghitam separuh.
Bayangan Diana terlintas saat ia melewati halte dekat sekolah, senyum tersungging di ujung bibirnya.
"Ke rumahnya ah" ucapnya pelan dibalik helm hitam yang ia pakai untuk melindungi Kepalanya.
Sampai di pertigaan, Adam membelokkan sepeda motornya itu ke arah kanan ke tempat pemukiman penduduk yang lumayan cukup padat dan ramai jika sore hari.
Rumah bercat putih itupun kini semakin jelas terlihat di depan matanya yang sendu menahan rasa sedih dalam hatinya.
Adam turun dari motor lalu meletakkan helm tanpa melepas jaketnya, ia berjalan pelan menuju pintu utama bercat coklat yang tertutup rapat lalu mengetuknya dengan sedikit keras
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikan Hiu minum cuka
I love you buat yang buka...
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Eaalaaaah.. dasar DamDam.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣