Reinkarnasi kedalam donghua soul land setelah mengalami kecelakaan misterius. sistem menghidupkannya kembali, memberi pilihan apakah ia ingin alur seperti asli atau di rubah sesuka hati, tanpa berpikir dua kali ia langsung memilih untuk merubah alur. menamai dirinya sebagai na jaegyeon. bukan novel terjemahan!!.
"Dewa? omong kosong aku akan jadi kaisar iblis!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natelashura7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8 menolak tawaran Hu liena
Great Spirit Arena adalah sebuah arena pertandingan dimana bisa memilih pertandingan satu lawan satu ataupun pertarungan antar kelompok. Lencana Spirit Fighter bertindak sebagai kartu identitas untuk semua yang berpartisipasi dalam Spirit Fights. Setiap bulan, akumulasi poin sesuai dengan kemenangan dan kekalahan dihitung dan ketika sejumlah poin diterima.
"Ayo jaegyeon!" Teriak ning rongrong.
"Jangan sampai kalah" Teriak xiao wu.
"Berjuanglah" ucap zhu zhuqing menyemangati.
"Kenapa hanya na jaegyeon yang didukung" ucap dai mubai melirik ketiga wanita.
"Ya ketika kami bertanding, sorakan nya tidak semegah ini" Timpal mang hojun.
"Yah soalnya, jaegyeon belum pernah kalah" Balas xiao wu. "Kaliankan sudah pernah kalah dalam pertandingan" Lanjutnya berucap.
"Aku masih ingat di pukul oleh nya, sakit sekali" Gumam Oscar menyentuh pipinya.
"Ayo jaegyeon aku bertaruh banyak uang untuk mu" ucap flender tanpa malu.
"Guru juga" Kaget dai mubai tercengang.
Di arena tendangan keras dari atas kebawah menberikan arena berdentum keras. Pria yang menjadi lawan terkapar tak berdaya, wasit arena mengangkat tangannya untuk menyatakan kemenangan mutlak berada ditangan....
"Na jaegyeon menang. 100 pertandingan tanpa kekalahan, ini benar-benar rekor sempurna" ucap wasit pria penuh semangat.
"Aku kaya" Teriak flender menang taruhan.
Suasana di Great Spirit Arena langsung pecah. Sorak-sorai, teriakan, dan gemuruh dari para penonton menggema seolah menyambut kedatangan legenda baru. Di tengah arena, Na Jaegyeon berdiri tenang, wajahnya tetap datar, seakan kemenangan ke-100 ini bukan sesuatu yang luar biasa. Namun, di balik ekspresi dinginnya, matanya sedikit menyipit, mengamati kerumunan teman-temannya yang melambai dan berteriak dari tribun.
"Ayo Jaegyeon! Kau luar biasa!" teriak Ning Rongrong, wajahnya berseri-seri.
"Seratus kemenangan! Tidak ada yang bisa menghentikan dia!" ucap Xiao Wu memeluk Zhu Zhuqing sambil melompat kegirangan.
"Dia memang memiliki bakat luar biasa" ujar zhu zhuqing tersenyum tipis meksipun jauh di lubuk hatinya ia benar-benar sangat kagum.
“Kenapa rasanya seperti kita cuma karakter sampingan?” gumam dai mubai memijat pelipisnya.
"Karena mungkin, ya...... Kita cuma karakter sampingan biasa" Balas ma hongjun pasrah.
"Tapi jujur saja, aku senang berada di tim yang sama dengan monster seperti dia" ucap Oscar tersenyum. "Dia orang-orang yang memuji sosis buatan ku pertama kali" Lanjutnya penuh kekaguman.
“Cepat cairkan taruhanku! Aku sudah mencium bau makan malam mewah malam ini!” Teriak Flender melambai pada wasit dan petugas arena sambil tertawa keras.
“Guru... Anda bertaruh di atas nama murid sendiri... setidaknya pura-pura khawatir, lah" ujar Dai Mubai pasrah.
“Khawatir apa? Aku tahu anak itu dari awal sudah tak bisa kalah' ucap flender tersenyum penuh tawa bahagia malam ini.
Di tengah kegembiraan itu, Na Jaegyeon melangkah keluar arena, tubuhnya masih tegap. Begitu dia melewati gerbang pembatas, Ning Rongrong langsung menghampiri dan menyodorkan sebotol air dengan senyum lebar.
“Kau hebat" ucap ning rongrong pelan, sedikit terengah karena berlari.
"Ah terimakasih" Balas na jaegyeon mengambil botol air.
"Hari ini aku untung besar, aku akan Menarkatir kalian makanan mewah. Ayo pergi ke restoran" ucap flender mengajak semua muridnya.
"Tumben sekali, biasanya kepala sekolah flender sangat pelit" ucap xiao wu berkacak pinggang.
Semua murid langsung tertawa mendengar komentar jujur dari Xiao Wu, bahkan beberapa penonton yang masih berkeliaran di dekat gerbang arena ikut tersenyum.
"Aku tidak pelit, aku hanya... hemat!" sanggah Flender cepat, sambil menepuk kantong sakunya yang kali ini tampak sedikit menggembung karena kemenangan taruhan. "Tapi hari ini pengecualian! Kemenangan Jaegyeon adalah kebanggaan bagi Akademi Shrek!" Lanjutnya berbangga.
“Ayo cepat sebelum dia berubah pikiran!” seru Oscar sambil mulai berjalan lebih dulu.
"Setuju!" sahut Ma hongjun, berlari kecil mengejar Oscar.
"Na jaegyeon" ucap Hu liena.
Suara langkah kaki membuat kebersamaan mereka tiba-tiba sirna. Wanita cantik berambut short hair kecoklatan berjalan begitu anggun, roh pelindungnya adalah roh pelindung pesona rubah. Aura di tubuh Hu liena sudah cukup membuat orang-orang jatuh cinta tidak peduli laki-laki ataupun perempuan.
"Cantik sekali" ucap dai mubai.
"Apa dia seorang dewi?" Tanya ma hongjun terpana.
"Sepertinya mereka jatuh ke dalam pesona" Gumam na jaegyeon.
"Aku terkejut kau tidak terpengaruh" Balas flender.
"Tidak semudah itu membuat ku terpesona" Jawab na jaegyeon.
Hu liena adalah salah satu murid Spirit Hall Academy. Aula jiwa adalah salah satu kekuatan besar di benua soul land, hanya orang orang tertentu saja yang mau mengganggu kekuatan besar seperti mereka. Ditambah ada banyak orang kuat yang menopang kekuatan aula jiwa dari segala aspek.
"Namaku Hu liena" ucap hu liena memperkenalkan diri.
"Na jaegyeon, panggil saja begitu" Balas Na jaegyeon.
"Aku datang secara pribadi untuk merekrut mu ke dalam
Spirit Hall Academy, kami menilai bakatmu terlalu luar biasa untuk tetap berada di Akademi shrek yang kumuh" ucap hu liena menawarkan sambil sembunyi-sembunyi mencoba membuat na jaegyeon terpesona.
"Aku menolaknya" ujar na jaegyeon tanpa basa-basi.
Hu Liena mengerjapkan mata, sedikit terkejut dengan penolakan yang begitu cepat dan tanpa keraguan. Tak ada jeda, tak ada basa-basi. Bahkan sebagian orang di sekitarnya. termasuk Flender dan para murid Shrek, ikut terdiam karena terkejut.
“Begitu cepat menolak?” tanya Hu Liena, senyum manisnya tetap terjaga, tapi sorot matanya menunjukkan sedikit ketertarikan baru — bukan sebagai perekrut, tapi sebagai pribadi. “Biasanya, orang-orang akan setidaknya berpikir dua kali... atau bertanya lebih lanjut" Lanjutnya terkejut sekali.
Hu Liena menyipitkan matanya, lalu melangkah lebih dekat. Jarak mereka tinggal setengah meter. Wajah cantiknya nyaris sejajar dengan Jaegyeon, suaranya lebih pelan dan lembut.
“Jangan buru-buru. Spirit Hall tidak akan memaksa, tapi kami memberikan segalanya. Kekuasaan, sumber daya, bimbingan. Kau bisa mencapai puncak lebih cepat bersama kami. Bukankah kau ingin menjadi yang nomor satu?” tanya hu liena mencoba menyentuh ambisi terdalam Jaegyeon.
"Aku tidak ingin berada didalam kendali orang lain. Kau mungkin benar akademi shrek adalah tempat kumuh, tapi aku akan membangunnya menjadi akademi terbaik" Balas na jaegyeon. "Bagaimana kalau sebaliknya, kau bergabung disisi ku" Lanjutnya menawarkan.
Mata Hu Liena membelalak sesaat, tak menyangka akan dibalik seperti itu. Biasanya dialah yang memberi tawaran, yang menggoda, yang menguji mental lawan. Tapi kini… pria di hadapannya justru membalikkan semua itu dengan ketenangan yang menusuk.
"Gabung... ke pihakmu?" ulang hu liena pelan, seolah memastikan dia tidak salah dengar. Senyumnya masih terlukis, tapi ada sedikit getar di ujungnya campuran antara keterkejutan dan rasa tertantang.
"Kau kuat. Cerdas. Menarik. Tapi terlalu banyak bakat hebat terbuang karena berada di bawah bayang-bayang orang lain… termasuk Spirit Hall" Balas na jaegyeon. "Tidak perlu sekarang. Saat dimana spirit Hall bukan apa-apa didepan ku, tawarkan ku akan selalu terbuka" Lanjutnya tersenyum tipis.
"Pria yang menarik" Balas Hu liena. "Aku mengingat kata-kata mu. Na jaegyeon" Lanjutnya menggoda dengan cara mengelus dada pria itu sebelum pergi
Sentuhan halus jari Hu Liena di dada Na Jaegyeon hanya berlangsung sepersekian detik, namun cukup untuk membuat udara di sekitar mereka seolah berhenti. Tatapannya menggoda, bibirnya melengkung tipis dalam senyum yang membawa makna samar.
Para murid Shrek yang menyaksikan dari kejauhan hanya bisa melongo. Xiao Wu dan Zhu Zhuqing saling bertukar pandang. Ning Rongrong menggigit bibirnya pelan, perasaannya campur aduk antara bangga, jengkel, dan mungkin... sedikit cemburu. Dibalik gang gelap Hu liena membungkuk hormat pada satu sosok wanita cantik.
"Maaf guru, ia menolak" ucap hu liena.
"Tidak masalah, cepat atau lambat ia pasti berubah pikiran" ucap bibi dong. "Kita kembali ke spirit Hall" Lanjutnya.