Jadilah milik ku maka akan ku singkirkan apapun yang membuatmu ragu. aku juga bisa membawa mu keluar dari semua masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MalyaIgus17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Dia Lelah
"Sorry.." Cinta berhenti dan melihat Gea yang tadi minta maaf.
"aku enggak bermaksud buat nekan kamu, tapi jujur aku enggak suka kamu terlalu terbuka dengan orang lain. Terlalu bahaya...!"
"iya paham kok. Terimakasih ya, sudah ngingetin aku. Seharusnya aku memang enggak boleh sepercaya itu dengan orang lain sekalipun itu orang yang udah kita kenal lama...!"
" kok kayak nyindir aku enggak sih..?"
" enggak ya,.."
"oke deh. Aku langsung balik.." Gea meninggalkan Cinta, dan Luna yang melihat kedua sahabatnya sudah membaik seketika tersenyum dan membuka jendela mobilnya.
"dadahhhhhh..." melambai pada Cinta.
"hati-hati...! Ucap Cinta tersenyum mengantar kepergian kedua sahabatnya.
Cinta masuk ke dalam studio tempatnya tinggal, melepas tasnya dan langsung masuk ke kamar mandi.
Tidak sampai 15 menit, Cinta keluar dengan tampilan yang lebih segar.
Seraya mengancingkan bajunya Cinta melihat layar ponselnya yang menyala, menyentuh layarnya takutnya ada pesan atau panggilan tak terjawab. Nihil
Aneh, tidak seperti biasanya. Galih sama sekali tidak menghubunginya hari ini.
Bahkan setelah beberapa hari tidak bertemu.
Selesai mengancingkan bajunya Cinta duduk sejenak di atas ranjang, melihat lama layar ponselnya. membuka aplikasi chat yang biasa dia gunakan.
Membuka ruang obrolan dengan Galih. tiga hari yang lalu. Pantas Cinta sesepi ini, sudah tiga hari berlalu semenjak terakhir mereka berkirim pesan.
Mulai men Scrol riwayat chat mereka. Semua chat dominan Galih. Tidak ada satu pun chat yang di awali oleh dirinya.
"apa Abang sakit?, atau sibuk banget..?"mulai menerka alasan kekasihnya seolah menghilang.
Tapi ini terlalu aneh, tiga hari sudah berlalu Lo ini. Biasanya Galih paling rajin menghubungi nya. kadang bisa setiap menit atau paling lama per jamnya pasti menghubungi.
Pasti ada saja sesuatu yang dia tanyakan atau sekedar dia bahas secara random.
"Aku tanya Gea aja kali ya..?" mengetuk layar ponselnya.
Bahkan makanan yang selalu di antar setiap jam makan siang dan makan malam. Sudah beberapa hari ini juga berhenti dia terima. Tapi itu memang permintaan Cinta.
Bosen kali ya..?
Bahkan pikiran itu tidak berani dia tanyakan secara gamblang meski Galih tidak ada didepannya.
Melihat jam, Cinta seolah tersadar. Sudah saat nya dia memulai shift kerjanya.
"Kerja dulu Cinta. Kamu bisa pikirkan apapun itu nanti...!" menarik tas kain yang biasa dia gunakan disaat akan bekerja.
Berlari keluar pintu dan tidak lupa menguncinya kembali.
...****************...
Rumah utama Papa Bagas, Galih tengah tertidur sejak dia tiba di rumah. Badannya seolah meminta hak nya untuk beristirahat. terlalu lelah dan Galih sadar itu.
"Pa, anak kamu itu enggak apa-apa..?" mama Dina bertanya disaat melihat suaminya santai sekali dengan buku bacaannya.
"baik ma, kalau enggak Pak Sudar pasti sudah teriak...." menjawab tenang dan tetap dengan buku sebagai fokus utamanya.
mama Dina melihat ke arah lantai atas. Putranya pulang tadi malam dari perjalanan luar negerinya tapi sama sekali tidak pernah keluar kamar. Makanannya semua di antar ke kamar.
Mama Dina khawatir dan sudah ingin mengecek dari awal tapi dengan tegas papa Bagas melarang. Dan mengatakan kalau Galih perlu istirahat.
"Kalau dia sakit gimana Pa..?" kembali dengan ke khawatiran nya.
Melepas buku tebalnya dan juga kaca mata bacanya, papa Bagas membenarkan posisi duduknya.
"sini...!" menepuk sisi sofa tepat di sampingnya.
mama Dina menurut tanpa membantah atau sekedar bertanya.
"Biasakan tenang sayang. Anak kita baik-baik saja. Dia terlalu sibuk dengan urusan di sana dengan perjalanan yang sangat singkat. Dan jangan lupakan musim disana berbeda dengan disini...." Menjelaskan dengan pelan. Agar istri nya tidak khawatir berlebihan.
"Mama mau lihat ke kamarnya boleh...?" meminta dengan tangannya menggenggam erat tangan suaminya.
"Papa enggak pernah melarang ma, papa hanya mau mama memberikan waktu istirahat yang cukup untuknya.."
"Iya paham kok. Dan sekarang sudah boleh di ganggu kan..?"
"Boleh. Tapi jangan bahas sesuatu yang enggak penting. Fokus tanyakan kondisinya saja...!"
" Ishhh. Iya pa. Kaya mama mau tanya apa saja...!"
Melepas genggaman suaminya dan naik ke lantai dua di mana kamar anaknya berada. Papa Bagas hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya.
"Biasanya juga berantem..." ucapnya melihat sampai istrinya tak terlihat.
"Gal...!"
Tok tok tok
"Mama masuk ya...!" mendorong pintu kamar putranya yang memang tidak di kunci.
Mama Dina terdiam melihat Galih yang meringkuk dengan selimut tebal memeluk tubuhnya. Bahkan dalam tidurnya Galih terlihat sangat kecil dan rapuh. Tidak terlihat wajah berwibawa dengan perawakan tingginya.
Mendekat. Mama Dina meraba suhu tubuh putranya. " Syukurlah enggak demam..." Duduk di tepi ranjang dan memandang wajah lelah putranya.
"Maaf ya, mama sama papa ngebebanin kamu...!" mengusap lembut kepala putranya. Entahlah pergerakan ini pun tidak bisa membangunkan Galih dari tidurnya.
Merapikan rambut putranya yang menutupi dahi, merapikan selimut nya bahkan pada bantal yang sedikit miring karena pergerakan Galih. semua mama Dina rapikan.
"Mama kangen banget, padahal lagi Mandang dan nyentuh kamu...!".
mama Dina bersyukur karena Galih ada di dalam hidupnya. Setelah perjuangan yang luar biasa dan di sertai penantian yang tidak pernah pupus. Akhirnya mama Dina hamil saat itu. Kehamilannya rentan, karena rahimnya terlalu lemah. Bahkan Galih harus di keluarkan sebelum waktunya karena tubuh mama Dina sudah tidak bisa lagi berkompromi saat itu.
Mama Dina hanya bisa menangis melihat tubuh mungil Galih yang sangat terlihat renta. Lahir dengan berat tidak sampai 1.5 kg membuat Galih harus di inapkan di rumah sakit selama satu bulan lebih. Mama Dina setia menunggunya. Tapi perasaan sedih itu selalu datang disaat melihat tubuh mungil itu.
Sekarang dia sangat bersyukur karena tubuh mungil itu berubah menjadi laki-laki dewasa yang tinggi dan gagah. Tapi karena struk awal yang di alami papa Bagas lagi-lagi Galih yang harus di korbankan. Dewasa sebelum waktunya. Menyerah atas mimpi yang ingin dia bangun.
Membiarkan raganya sepenuhnya dia apdikan ke pada kedua orangtuanya. Menggantikan posisi ayahnya di perusahaan besar di usia muda bukan lah hal yang mudah. Semua orang memandang skeptis. Sampai Galih berubah menjadi dingin tak tersentuh untuk mereka yang tidak mengenalnya.
Tapi di dalam keluarga nya Galih tetaplah anak tunggal yang manja. Dan sangat manis menurut mama Dina. Jadi wajar saja banyak berita soal sikap angkuh, dingin putranya yang sampai padanya dan mama Dina tidak pernah percaya itu.
Yang dia tau Galih anak yang manis. Atau lebih tepatnya yang mama Dina mau tau bahwa anaknya adalah anak yang manis dan manja.
"Ma...!" Terlalu lama menunggu, papa Bagas menyusul istrinya. " Biarkan istirahat saja ma..!"
mama Dina tidak melihat suaminya " Dia lelah pa..!" hanya itu yang di ucapkan mama Dina namun mampu meluruhkan airmata yang sejak tadi tertahan.
"karena itu, biarkan dia istirahat...!" ulang papa Bagas. " Di kantor ada Dimas yang membantunya, mama tidak perlu khawatir...!"
Menggelengkan kepalanya "Tapi dia lelah pa, badan kecilnya lelah.." Tetap fokus pada putranya.
"ckk, Dia cuma tidur ma!" rasanya kesal saja. Istrinya terlalu lebay. Padahal dulu dia juga sering mengeluh lelah tapi istrinya selalu merespon biasa saja.
"Lelah lah pak, namanya juga kerja!" hanya kalimat itu yang papa Bagas dengar setiap dia mengeluh.
Karena itu papa Bagas tidak mengerti apakah dia harus senang atau sedih karena struck nya yang datang lebih awal.
"Sudah ma, ayo papa juga perlu istirahat...!"
Mama Dina menatap tajam suaminya, seolah berkata kalau mau istirahat, istirahat saja sana. Tapi memang dasarnya papa Bagas keras kepala mana perduli dengan tatapan itu.
Dia tetap menarik istrinya untuk keluar dengan alasan ingin di temani tidur siang.
"Harus!" Katanya.
☘️
☘️
☘️