NovelToon NovelToon
BENCONG UNDERCOVER - My Bencong Is Aman-zing

BENCONG UNDERCOVER - My Bencong Is Aman-zing

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / One Night Stand / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Roman-Angst Mafia
Popularitas:505
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Nama besar - Mykaelenko... bukan hanya tentang kekayaan.
Mereka mengendalikan peredaran BERLIAN
— mata uang para raja,
Juga obsesi para penjahat.

Bisnis mereka yang resmi. Legal. Tak bernoda
— membuat mereka jauh lebih berbahaya daripada Mafia Recehan.

Sialnya, aku? Harus Nikah kilat dengan Pewarisnya— Dimitry Sacha Mykaelenko.
Yang Absurdnya tidak tertolong.

•••

Namaku Brea Celestine Simamora.
Putri tunggal Brandon Gerung Simamora, seorang TNI - agak koplak
- yang selalu merasa paling benar.

Kami di paksa menikah, gara-gara beliau yakin kalau aku sudah “di garap” oleh Dimitry,
yang sedang menyamar menjadi BENCONG.

Padahal... sumpah demi kuota, aku bahkan tak rela berbagi bedak dengannya.
Apalagi ternyata,,,
Semua cuma settingan Pak Simamora.

⛔ WARNING! ⛔
"Cerita ini murni fiksi, mengandung adegan ena-ena di beberapa bab.
Akan ada peringatan petir merah di setiap bagian — Anu-anu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Simamora Menggelegar!

***

"Oy, Irham! Kalau ngomong jangan keras-keras. Aku gak mau anakku dengar. Bisa hancur semua rencana kita."

What?

Yang barusan ngomong... itu suara Ayahku, loh.

Dan—

APA YANG GAK BOLEH AKU DENGAR?

Rencana siapa yang bakal hancur? Maksudnya apa?

Aku refleks mau langsung dobrak pintu. Tapi otakku masih jalan:

Kalau aku buka sekarang, mereka pasti berhenti ngomong. Aku malah gak jadi tau apa-apa.

Jadi...

Ya udahlah. Aku nguping aja sekalian. Pokoknya aku HARUS tau.

"Salahmu juga, Bang. Siapa suruh rencanain semuanya diam-diam. Untung kami sempat datang."

Yang nyahut itu... Manguda Irham.

"Lagian dari awal aku gak pernah setuju kamu pakai rencana ini, Yah. Kok kamu tega sih? Jebak anakmu sendiri? Ini sama aja kamu lagi usaha hancurin keinginan dia."

Itu suara Mamakku.

Yang sukses bikin jantungku jungkir balik.

JEBAKAN, katanya?

Siapa yang di jebak siapa?

"Ya mau gimana lagi, Sayangku. Kalau gak pakai cara ini, aku gak tau harus gimana lagi biar mereka cepat nikah. Dimitry udah kupaksa deketin Bea dengan caranya sendiri. Tapi dasar lembek, mana bisa cepat kalau caranya cemen kayak gitu!"

Oh. My. Gawt.

INI BUKAN MIMPI, KAN? Ayah bilang dia suruh Dimitry dekatin aku? Maksudnya apaan sih? Bukannya mereka baru ketemu pas ngamuk kemaren?

"Kau nekat pakai rencana itu bukan cuma karena Dimitry gak mau tancap gas, kan? Kau pasti mau jalur cepat supaya Bea gak diganggu lagi sama si Renggo, ya?"

Suara berat dan geram. Dari Opung Gio.

Dan detik itu juga, aku makin oleng. Ini makin kemana-mana. Aku makin gak paham.

"Kalau dia cuma ganggu biasa sih masih bisa ku hadapi. Tapi ini udah hampir bunuh orang, loh! Gara-gara Bea, dia bisa nekat! Renggo itu sosiopat, Gi. Kalau aku gak minta tolong sama Dimitry, mau sama siapa lagi?"

Renggo...? Mau bunuh orang...?

INI APA-APAAN?!

"Udahlah, jangan bahas yang itu lagi. Kalaupun kalian nanya apa aku nyesel udah jahat sama Bea?"

Suara Ayahku dingin.

"Jawabannya jelas: gak. Aku gak nyesel. Biar aja dia anggap aku jahat. Yang penting dia selamat dari anak setan itu."

TENG. TENG.

Kepalaku... SEPANENG.

Dunia rasanya muter.

Jadi... selama ini... semuanya jebakan? Kejadian aku nginep itu, cuma settingan?

"Tapi gak harus pakai rencana itu juga, Bang! Tega kali kau suruh Dimitry kerjain anakmu sendiri sampai pingsan. Kalau dia betulan digarap sama cowok itu, gimana? Mau kau, ha? Dia itu cewek, Bang. Dimitry itu cowok. Bisa aja timbul hasrat, apalagi cuma berdua di kamar, dan... dalam keadaan telanjang—"

Klik.

Omongannya itu kayak pelatuk pistol di kepalaku.

Kukuku nancep ke telapak tangan. Gak kerasa. Saking nyeri di kepala udah nutup semua rasa lain.

"Tenang aja, Irham."

Kata Opung Gio, santai banget.

"Dimitry gak mungkin macem-macem sama Bea. Dia gak suka cewek."

JENG. JENG. JENG.

JENGGGGGGGG!!!

Jadi... beginilah warna asli keluargaku?

Yang katanya sayang?

Yang berapa hari ini pura-pura kaget, pura-pura kecewa, pura-pura gak tau...

Padahal semua itu TIPU-TIPU?!

Bahkan...

Mereka tega jebak aku sama Dimitry.

Pura-pura kecelakaan, terus di paksa nikah secepatnya?!

ASTAGA.

Apa lagi sih... yang mereka sembunyiin?

Masih ada rahasia lain yang lebih JAHAT dari ini?

"Bea… Kamu… ngapain di situ? Eh, mana tasku?"

Dan—

Tiba-tiba suara Dimitry muncul, sukses ngerusak semua momen. 

Dia,,,, Si suami bencong, sok polos.

Padahal dia yang udah tau semuanya.

Tapi bukannya ngomong jujur, malah ikut-ikutan jebak aku juga?

Kurang ajar kali kan?!

Aku langsung balik badan, dan dengan suara paling nyaring yang kupunya, aku teriak:

"KAMU! GAK USAH MASUK KAMAR MALAM INI! TIDUR AJA DI JALANAN!!!"

Suara-suara di balik kamar langsung diam total.

Pintu kebuka cepat, kayak disambar petir siang bolong.

Empat wajah muncul bersamaan:

Mamakku.

Ayahku.

Manguda Irham.

Dan Opung Gio.

Ekspresi mereka?

Kaget campur rasa bersalah.

Muka-muka orang yang baru ketahuan bohong.

"Bea... Bea… Bea, tunggu dulu, Nak! Ayah bisa jelaskan!"

Ayahku buru-buru ngejar.

Tapi aku udah gak mau denger apa-apa lagi.

Aku langsung lari masuk kamar.

Tutup pintu sekencang mungkin.

"DUAAARR!!"

Suaranya menggelar kayak bom kecil, tapi versiku, versi homemade, yang jelas lebih emosional, dan bikin nafasku megap-megap.

"BRAKK! BRAKK! BRAKK!!"

Pintu kamarku langsung digedor brutal.

Udah jelas itu pasti ulah Pak Simamora. Siapa lagi?

"Bea, buka pintunya, Nak... Ayah cuma mau ngomong sebentar aja..."

Sebentar, katanya.

Lucu ya.

Sebentar apanya?!

Aku udah nguping dari tadi kayak maling ayam kesasar.

Udah cukup! Semua udah jelas, kenapa masih sok-sokan pengen klarifikasi?

Sumpah, lucu. Yang bener aja?

"Bea... buka pintunya, Nak. Ini mamak...

Tolonglah buka pintunya ya, Nak. Biar mamak bisa ngomong semuanya sama kamu..."

Sekarang suara mamakku yang ngomong tapi sambil nangis.

Aku hampir goyah.

Apalagi nangisnya itu... sesenggukan, dan masih sempat nyemprot Ayah.

"Liat itu, Brandon! LIAT! Udah kau hancurkan anakmu sendiri! Sekarang jangan harap dia mau percaya sama kita!"

Tanganku sempat nyentuh gagang pintu, mau buka. Jujur aku gak tega liat Mamakku sampe begitu. 

Tapi…

Mendadak muncul lagi bayangan ekspresi sok kecewa Mamak, waktu dia kasih aku silent treatment empat hari penuh. Yang semuanya cuma demi nutupin kebohongan.

Langsung buyar rasa ibaku. 

Ini bener-bener nyakitin. Sumpah.

Aku gak nyangka...

Keluargaku bisa sejahat itu.

Makin dipikirin, makin sakit kepala.

Kupingku juga panas.

Karena di luar... suara mereka udah kayak sarang tawon dikeroyok semut api.

Dengan geram, aku ambil secarik kertas.

Ku coret asal. Tulisan ala Bea yang frustasi.

“KALIAN SEMUA DIAM. BIARIN AKU TENANG DULU.

KALO NGGAK MAU AKU MINGGAT BENERAN!”

Kusorong kertas itu dari bawah pintu.

Dan ajaibnya... mereka langsung diam.

Sempet bingung, ternyata ampuh. 

Tapi gak lama...

"Oke, Nak... Kami gak ganggu dulu," suara Ayah nyahut. 

"Tapi kau harus janji ya, jangan minggat. Di luar sana bahaya. Ada Renggo yang ngintai kau tiap hari."

Hampir aja aku terharu. Ternyata Ayahku masih khawatir juga.

Tapi langsung lenyap rasa harunya...

Di makan kalimat berikutnya:

"Awas kau ya! Kalau kau nekat minggat,

Kupasang jeruji besi di jendela sama pintumu kamarmu. Biar sekalian gak bisa keluar!"

Oh my gosh. Pak Simamora selalu gitu.

Kalau gak bikin aku emosi sekali sehari, hidupnya kayaknya gak lengkap.

Aku mendesah panjang.

Muterin bola mata sampai capek.

Terus... kutendang pintu sekali.

BRAK.

Auto disamber sama dia. 

"Jangan kau tendang pintunya, Bea! Dia gak salah. Aku yang salah.

Sini, kau tendang aku aja sekalian!"

Dan,,, 

Trak!

Langsung ku dengar suara khas dari tongkat Opung Gio.

Kalau suaranya renyah gitu, udah pasti kepala Ayahku yang jadi tumbal.

"Udah gila kau ya? Bisa-bisanya kau masih ngancam-ngancam dia!

Cepat kau masuk kamar. Jangan keluar sebelum ku panggil!"

Yah. Gitu lah keluargaku yang bocor. 

Di atas Mamak, ada Ayah yang sok jenderal.

Tapi di atas Ayah...

Masih ada Opung Gio, embahnya para jenderal.

Dan yang paling bikin aku bingung adalah...

Kenapa mereka sampai minta tolong Dimitry buat beresin si Renggo?

Memangnya bencong itu bisa apa?

*** 

1
Xavia
Jelek, bosen.
Yuni_Hasibuan: Boleh di skip ya say.

Lain kali, lebih baik diam daripada dapat dosa, karena menghina karya orang lain.
total 1 replies
Esmeralda Gonzalez
Aku suka banget sama karakter tokoh utamanya, semoga nanti ada kelanjutannya lagi!
Yuni_Hasibuan: Sip,,,,
Terimakasih banyak Say.
Tetep ikutin terus.. Ku usahakan baka update setiap hari.


Soalnya ini setengah Based dari true story. Ups,,, keceplosan.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!