Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 22 Persiapan Pernikahan
Lagi-lagi Ardi membuat Brian dan Savana terkejut sebab mengatakan akan menikahi Ayasha besok.
"Bagaimana bisa kalian menikah besok? Pernikahan itu butuh persiapan," ucap Brian merasa keberatan.
"Daddy jangan khawatir. Persiapan pernikahan biar aku sama Ardi yang atur," ucap Ayasha membuat Brian menatap Ayasha lalu beralih menatap Ardi.
"Kita memiliki keluarga besar, karyawan perusahaan juga rekan bisnis yang nggak mungkin nggak kita undang. Apa kalian sanggup mengatur itu semua dalam satu hari?" tanya Brian.
Ayasha melirik Ardi menanti jawaban. Terus terang Ayasha bila tanpa Ardi Ia tidak akan sanggup melakukannya.
"Ya, kami sanggup melakukannya," ucap Ardi dengan yakin.
Brian menatap Savana yang mengangguk lalu Ia pun mengangguk.
"Baiklah. Kalian atur saja semua," ucap Brian menyerahkan.
Ardi mengangguk.
"Satu lagi, Pak. Untuk hari ini hingga satu minggu kedepan saya akan cuti menikah sehingga tugas dan pekerjaan sementara waktu saya serahkan pada Dimas," ucap Ardi.
"Ya, kamu atur saja. Saya percayakan semuanya sama kamu," ucap Brian.
Setelahnya Ardi berpamit pergi kekantor terlebih dahulu baru setelahnya Ia akan menjemput Ayasha untuk mempersiapkan pernikahan.
Tinggalah Ayasha diruang keluarga bersama kedua orang tuanya.
Ayasha bangkit dari duduknya.
"Ayasha, jangan kemana-mana. Daddy masih mau bicara sama kamu," ucap Brian menbuat Ayasha kembali duduk.
"Iya, Dad. Ada apa?" tanya Ayasha.
"Apa yang membuat kamu ingin cepat menikah dengan Ardi? Kamu nggak sedang hamil 'kan?" tanya Brian menatap penuh selidik pada putrinya.
Brian ingat belakangan ini Ayasha selalu bersama Ardi karena perintah darinya agar tidak membiarkan Ayasha kemana-mana sendiri.
Brian juga tahu Ayasha sering pulang malam dan susah dihubungi sehingga Ia berfikir seperti itu.
"Daddy tega tanya seperti itu sama aku?" tanya Ayasha tak percaya.
"Kenapa nggak? Daddy ingin tahu alasan yang sebenarnya kamu ingin cepat menikah dengan Ardi. Nggak mungkin 'kan kamu ingin cepat menikah kalau nggak terjadi sesuatu," ucap Brian masih menatap Ayasha penuh selidik.
"Astaghfirullah, Daddy. Pikiran Daddy jelek sekali," ucap Ayasha.
"Katakan saja yang sebenarnya. Kamu hamil atau nggak, Ayasha?" tanya Brian lagi.
"Aku nggak hamil, Dad. Gandengan tangan sama Ardi aja nggak pernah apa lagi sampai tidur bersama dan hamil. Kalau Daddy masih nggak percaya aku bisa buktikan," ucap Ayasha.
"Kalau memang nggak hamil, kenapa kamu ingin cepat menikah dengan Ardi. Kenapa nggak menunggu satu atau dua minggu dulu sambil mempersiapkan pernikahan?" tanya Brian lagi membuat Ayasha jadi kesal padanya.
"Daddy, niat baik itu harus disegerakan. Kalau kami bisa mempersiapkan pernikahan dalam satu hari kenapa nggak?" ucap Ayasha.
Brian hendak bicara lagi namun Savana menahannya.
"Sudahlah, Mas. Bukannya kamu sudah merestui mereka menikah. Lalu kenapa sekarang dipermasalahkan. Ayasha juga sudah menjelaskan kalau dia nggak hamil, jadi kita percayakan saja persiapan pernikahan sama mereka," ucap Savana yang sejak tadi hanya diam.
Lama kelamaan Ia juga kesal pada Brian sebab terlalu berprasangka buruk pada Ayasha.
Brian menghela nafas.
"Oke, Daddy percaya sama kamu dan Ardi. Ingat! Jangan sampai mempermalukan keluarga," ucap Brian memperingati Ayasha.
"Daddy tenang saja. Kami nggak akan mempermalukan keluarga," ucap Ayasha.
Brian mengangguk.
"Ya sudah, kamu boleh pergi. Hati-hati dijalan kalau mau berangkat," ucap Brian.
"Iya, Dad," ucap Ayasha lalu mencium tangan Brian dan Savana sebelum pergi.
Setelah keluar dari ruang keluarga, Ayasha kembali kekamar dan menutup pintu dengan rapat.
Ayasha lalu duduk disofa sambil memegang paperbag pemberian Ardi.
Sejak tadi Ayasha sangat penasaran dengan isi paper bag namun belum sempat Ia buka, sehingga kini Ayasha hendak membukanya.
Tok tok tok.
Baru saja Ayasha hendak membuka, suara ketukan pintu membuat Ayasha mengurungkan niatnya dan membuka pintu.
"Non, di bawah ada Pak Ardi lagi nungguin," ucap pelayan memberi tahu Ayasha.
"Cepat sekali dia datang," gumam Ayasha lalu melongok untuk melihat Ardi.
Ayasha melihat Ardi tengah sibuk menelpon.
"Bi, bilang sama Ardi tunggu sebentar. Aku ganti baju dulu," titah Ayasha.
"Iya, Non."
Lalu Ayasha menutup pintu setelah pelayan pergi.
Ayasha membuka lemari pakaian miliknya lalu mencari pakaian yang akan Ia kenakan.
Tadi Ia masih mengenakan pakaian rumahan sehingga menggantinya dengan salah satu gamis miliknya.
Tak lupa Ayasha mengenakan hijab dan merias wajahnya.
Setelah selesai Ayasha bergegas menemui Ardi yang sudah menunggunya.
"Aku lama ya, Ar," ucap Ayasha.
Ardi yang membelakangi Ayasha berbalik menatap Ayasha yang mengenakan gamis lengkap dengan hijabnya. Sangat berbeda dari biasanya yang mengenakan pakaian casual hijab.
Ayasha sangat cantik dan Ardi mengakuinya namun Ardi sungkan memujinya.
"Kita berangkat sekarang," ucap Ardi.
Ayasha mengangguk.
"Ya, Ar."
Lalu mereka pergi bersama meninggalkan rumah untuk mengurus pernikahan. Mereka akan mendatangi KUA.
Dijalan Ayasha menoleh pada Ardi yang fokus mengemudi.
"Ar," panggil Ayasha.
"Hem," sahut Ardi dengan deheman.
"Kamu yakin kita bisa mempersiapkan pernikahan dalam satu hari?" tanya Ayasha.
"Ya, aku yakin bisa melakukannya. Memangnya kenapa?" tanya Ardi balik.
"Aku takut kita nggak bisa melakukannya dan pernikahan besok justru mempermalukan keluarga," jelas Ayasha yang mengingat Brian memperingatinya.
Ardi menaikkan sebelah alis dan menoleh pada Ayasha.
"Bukannya kamu yang ingin kita segera menikah?" tanya Ardi.
"Tadinya aku pikir cukup keluarga kita saja yang menyaksikan kita menikah. Tapi ternyata banyak yang akan diundang dipernikahan kita," jelas Ayasha yang ditanggapi Ardi yang tersenyum miring.
"Kamu nggak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Lagipula undangan, gedung, prasmanan, dan WO aku sudah mengurusnya," ucap Ardi membuat Ayasha menatapnya tak percaya.
"Kamu serius, Ar, sudah mengurus itu semua?" tanya Ayasha.
"Hem," jawab Ardi dengan berdehem. Ia masih fokus mengemudi.
"Bukannya tadi pagi kamu baru menemui orang tuaku. Lalu kapan kamu mengurus semua itu?" tanya Ayasha.
Ardi menoleh pada Ayasha.
"Baru saja aku mengurusnya," jawab Ardi semakin membuat Ayasha tak percaya.
Namun Ayasha mengingat Ardi memiliki banyak koneksi yang tentunya akan Ardi gunakan sebaik mungkin.
"Kita tinggal mengurus pernikahan di KUA dan fitting baju pengantin. Jadi kamu nggak usah memikirkannya lagi," ucap Ardi.
"Bagaimana kamu bisa melakukan semua itu secepat ini, Ar?" tanya Ayasha.
Ia jadi semakin kagum pada Ardi yang bergerak cepat tanpa menunda-nunda.
Ardi tak menjawab dan tetap fokus mengemudi hingga tiba di KUA dan mereka mengurus pernikahan.
...***...
Ditempat berbeda Barra tengah melihat gedung yang akan digunakan untuk melangsungkan pertunangan dengan Ayasha.
Melihat ponselnya, Barra tidak melihat tanda-tanda Ayasha membuka pesannya.
"Padahal aku ingin kasih tahu dekorasi pertunangan kita, tapi kamu justru nggak membuka pesanku," ucap Barra.
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..