Apa jadinya ketika dua orang insan yang terkenal tidak pernah akur tiba-tiba menikah, imbas dari keisengan seorang gadis bernama Putri Inayah yang ingin membalas kekesalan pada musuh bebuyutannya Devano putra Fathariano.
Akankah pernikahan keduanya kandas atau justru waktu bisa menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjalani rumah tangga yang sesungguhnya.
"Lo ngapain sih, pake datang ke sini segala???."
"Aku itu suami kamu, Nay, di mana salahnya kalau seorang suami menjemput istrinya??? Apalagi kalau istrinya itu pergi tanpa berpamitan." jawab Devano sambil memasangkan seat belt pada tubuh istrinya.
"Gue cuma mau ngobrol bentar sama Ayu, memangnya salah." semakin sewot saja Inayah.
"Memangnya kalian mau ngobrolin apa??? Mau ngobrolin tentang kejadian semalam ke ayu???." tak heran jika Devano berpikir demikian mengingat keduanya adalah sahabat baik.
"Aku tahu Ayu adalah sahabat baik kamu, tapi bukan berarti Ayu boleh tahu semua tentang urusan rumah tangga kita, terutama urusan ran_jang kita, Nay..." intonasi Devano terdengar serius, begitu pula dengan raut wajahnya.
Ada perasaan bersalah di hati Inayah, mengingat apa yang dikatakan Devano memang benar adanya. Meskipun ia tidak secara langsung menceritakan tentang kejadian yang terjadi antara ia dan Devano semalam kepada Ayu, namun tetap saja obrolan mereka tadi secara tidak langsung menjurus ke arah sana. "Maaf." ujar Inayah dengan pandangan tertunduk.
Devano nampak menghela napas sambil menatap Inayah yang saat ini masih menundukkan pandangannya.
"Masih sakit banget, nggak????." pertanyaan Devano sontak saja menolehkan pandangan Inayah ke arah suaminya. Inayah bukan lagi ABG labil yang tak paham kemana arah dan maksud dari pertanyaan Devano.
"Lumayan, udah nggak sesakit semalam." dengan suara terbata menahan malu, Inayah menjawab.
Mendengar jawaban Inayah ada perasaan bersalah di hati Devano, terlebih ia melakukannya di saat Inayah tidak dalam kesadaran penuh.
"Nay ...." Devano terdengar berseru, raut wajahnya pun nampak serius.
"Hem."
"Mulai hari ini aku menganggap perjanjian pernikahan diantara kita tidak pernah ada." mendengar statement Devano sontak saja Inayah kembali menolehkan pandangan pada suaminya itu.
"Apa maksud Lo??." dengan kerutan halus yang tercipta di dahinya, Inayah bertanya.
Devano mengulurkan salah satu tangannya, mengelus lembut puncak kepala istrinya. "Mari jalani pernikahan layaknya pasangan suami istri pada umumnya, Inayah!!! mungkin di hati kamu belum ada tempat untukku, tapi mari mencoba untuk saling menerima satu sama lain, mari jalani pernikahan yang sesungguhnya, Putri Inayah!!!."
"Lalu bagaimana dengan perasaan Lo sama Zena???."
"Lo nggak bisa jawab karena hati Lo masih sepenuhnya milik Zena kan???." sambung Inayah di saat Devano masih diam saja.
"Entahlah, Nay...tapi yang jelas sekarang aku tidak lagi merasakan hal yang dahulu pernah aku rasakan setiap kali melihat Zena. Perasaan itu seperti memudar dengan sendirinya setelah kedatanganmu di dalam kehidupanku." Ya, sejak merencanakan pernikahannya dengan Inayah, entah mengapa Devano merasa ada yang berbeda di dalam hatinya terhadap Zena. jantungnya yang dahulu kerap berdegup kencang setiap kali bertemu dan memandang wajah cantik Zena, kini tak lagi dirasakannya.
"Nay...." Devano menangkup wajah Inayah dengan kedua tangannya, dan tanpa meminta izin terlebih dahulu Devano semakin mengikis jarak di antara mereka, hingga kini ia kembali merasakan manisnya bi_bir mungil Inayah. Sementara Inayah yang terkejut atas tindakan Devano, hanya diam terpaku.
Setelah cukup lama akhirnya Devano pun menyudahi pagut_annya. Pria itu menarik kedua sudut bibirnya hingga tercipta senyuman manis di sana. "Terima kasih telah menjaganya untukku." ucap Devano sambil menatap kedua bola mata indah Inayah. Tatapan Devano terlihat begitu teduh, dan Inayah dapat menyaksikan itu dengan jelas.
Bukannya senang mendengar ucapan terima kasih Devano, Inayah justru berdecak kesal lalu berkata. "Nggak Adil banget, semalam untuk pertama kalinya buat gue sementara Lo sendiri, nggak tahu deh gue udah jadi cewek yang ke berapa buat Lo."
"Ya ampun, Nay....aku tidak sebe_jat itu kali. Sama seperti kamu, semalam adalah yang pertama untukku. kamu yang pertama dan akan menjadi satu-satunya, Putri Inayah."
"Sangat nggak masuk akal. Mana ada zaman sekarang laki-laki setampan kamu nggak suka main cewek." ujar Inayah dengan nada sewotnya, dan itu berhasil menciptakan senyum tipis di bibir Devano. "Jadi ceritanya istriku jealous nih...????." ujar Devano dengan nada menggoda sambil memasang seat belt pada tubuhnya.
Inayah berdecak, menepis tudingan Devano. "Enak aja, siapa juga yang jealous."
"Demi tuhan, Nay...kamu yang pertama bagiku, dan akan menjadi satu-satunya." kini gurat wajah Devano berubah serius.
Inayah membalas tatapan teduh Devano, mencari kebohongan di sana namun semua itu tak terlihat, yang ada hanya kejujuran.
"Benarkah aku yang pertama???." batin Inayah, masih terus menatap kedua manik mata hitam milik suaminya itu. entah mengapa, menyaksikan kejujuran di mata Devano, ada rasa bahagia yang tidak dapat diutarakan dengan kata-kata di dalam lubuk hati Inayah. Tak ada rasa sesal dihatinya telah menyerahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya kepada pria yang kini telah berstatus suaminya tersebut.
"Satu lagi, Nay....mulai sekarang aku mau kamu mengganti panggilan kamu!!! nggak sopan seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan nama doang, Nay." pinta Devano bersungguh-sungguh.
"Terus gue harus panggil Lo dengan sebutan apa??? sayang gitu???." kata Inayah asal bicara.
"Sayang?????." ulang Devano. "Kayaknya boleh juga." imbuhnya sambil mengulum senyum.
"Gue cuma bercanda kali, Dev." Inayah tidak menyangka ucapan asal darinya ditanggapi serius oleh Devano.
"Yang lain aja, jangan sayang ya...!!." Inayah bernegosiasi dan itu terlihat sangat menggemaskan di mata Devano. Inayah yang selama ini dikenalnya dengan sikapnya yang angkuh tak pernah mau mengalah darinya, kini nampak merayu.
"Mas Deva aja ya...." tawar Inayah.
"Hem." Devano hanya mengiyakannya dengan gumaman padahal dalam hatinya terasa hangat mendengar untuk pertama kalinya Inayah memanggilnya dengan sebutan Mas.
Devano mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan basemen gedung apartemen Ayu.
"Tapi kalau dipikir-pikir, usai kita hanya terpaut dua bulan Loh, Dev... maksudnya m_a_s Deva." Inayah coba meralat panggilannya, dan panggilannya itu pun masih terdengar kaku.
Devano menoleh sejenak. "Meskipun hanya terpaut dua bulan, tetap saja mas duluan yang ngeliat bentukan dunia ini, Nay .." sahut Devano.
"Nay....." beberapa saat kemudian Devano terdengar berseru.
"Hem."
"Mulai sekarang sebaiknya kamu mulai mengkonsumsi susu promil!!!."
"Haaaahhhh???." kedua bola mata Inayah membulat dengan sempurna. Pasalnya penyatuan di antara mereka baru terjadi semalam, tetapi suaminya itu sudah berpikir sejauh itu. Ya, tidak bisa di pungkiri sebagai seorang dokter, Devano ingin calon buah hati mereka kelak mendapatkan pasokan gizi yang cukup, dan salah satunya adalah mulai mengkonsumsi susu tinggi nutrisi apalagi semua itu sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan otak janin di masa nol sampai dengan dua bulan, dan itu semua tersedia di dalam susu promil.
"Proses buatnya pun baru semalam, tapi kamu udah mikir sejauh itu, mas. lagian mana ada baru sekali doang, udah main hamil aja." cetus Inayah. Bukannya tidak setuju dengan pendapat Devano, namun Inayah merasa Devano terlalu berlebihan.
"Sekali???." ulang Devano dengan dahi berkerut. "Semalam kita melakukannya bahkan lebih dari dua kali, Nay, dan mas tidak menggunakan pengaman." sambung Devano.
bikin judul sendiri mereka nya...