NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mira dan Azzam

Aku sampai di rumah jam tujuh malam. Setelah perjalanan dari Kuala Lumpur, tubuhku serasa digiling mesin cuci. Kepala berat, kaki pegal, dan punggung rasanya minta dipijat seminggu penuh. Koper kubiarkan di depan pintu kamar dan aku langsung merebahkan diri di atas kasur. Ranjangku yang empuk seolah memanggil untuk tidur panjang tanpa akhir.

"Adeeekkk," suara Mama terdengar dari dapur. "Jangan tidur!. Mandi dulu, abis itu makan."

"Iya, Ma," jawabku setengah sadar. Tapi tubuhku tetap tergeletak di tempat. Alih-alih ke kamar mandi, tanganku malah meraih ponsel yang sejak tadi mati gaya di tas.

Aku membuka WhatsApp. Ada banyak notifikasi dan story yang belum terbuka. Salah satunya story Erina.

Aku buka.

Foto pertama: sepiring besar buah-buahan beserta sambal rujak. Caption: Ngerujak gaes.

Foto kedua: selfie ramai-ramai. Ada Erina, Mira, Nayla, Rafa, Azzam dan dua cewek yang aku nggak kenal. Kayaknya tadi sore mereka makan bareng di rumah Erina.

Alisku sedikit mengerut. Sejak kapan Mira dan Erina akrab dengan Nayla? Bukannya mereka tahu Nayla itu rival abadiku di kelas sejak kelas 10?

Dan Rafa juga? Apa dia nemenin Azzam? Atau mungkin... Mira ngajak mereka semua? Emang Mira kenal Rafa darimana kalau tidak dari ceritaku?

Tapi aku cepat-cepat menepis pikiranku. Bukan urusanku juga. Teman dekatku boleh berteman dengan siapa saja. Hak mereka. Aku nggak punya kuasa menentukan siapa yang boleh ada atau tidak di lingkaran mereka.

Aku membuka chat satu per satu.

...Nizan...

Udah sampai rumah belum?

Aku balas singkat.

^^^Udah, Zan.^^^

Nggak lama kemudian,

Besok aku jemput, ya?

Aku tersenyum kecil.

^^^Okey Zan. ^^^

Kemudian aku lanjut membuka pesan dari Azzam.

...Azzam...

Sya, jangan lupa besok istirahat pertama ketemu gue. Gue mau cerita.

^^^Iyaa.^^^

Entah kenapa aku sedikit penasaran. Tapi ya, cerita itu bisa ditunggu.

Aku masuk ke grup yang isinya aku, Mira, Yumna, Erina, dan Salsa.

...Grup CYEYE...

Yumna

Lo kapan sekolah Sya?

^^^Tisya^^^

^^^Besok. Kangen ya?^^^

Salsa

Kangen banget.

Erina

Iyaaa sih, kangen oleh-oleh.

Mira

Kangenn.

Yumna

Jangan lupa oleh-olehnya.

Aku tersenyum. Kami memang jarang banget chat pribadi. Kecuali lagi galau masalah cinta.

...****************...

Besok paginya Nizan menjemput tepat waktu. Aku menyodorkan bingkisan kecil berisi cokelat dan gantungan kunci.

"Ini buat kamu," kataku.

"Makasi banyak Tisyaa," Nizan tersenyum. "Aku juga bawa sesuatu."

Dia menunjuk tas ranselnya. Di resletingnya, tergantung gantungan kunci kayu. Sama persis kayak punyaku.

"Serius banget ya kamu, sampai couple-an sama aku. Nanti kamu ga dapet cewe loh dikira udah punya pacar," aku bercanda.

"Biarin. Aku serius banget sama kamu Sya. Kamunya aja yang ga serius," jawabnya pelan, tapi penuh penekanan.

Aku diam sebentar. Senyumku samar. Tapi aku tidak membalas kata-katanya. Aku hanya menatap jalan.

Begitu turun dari motor, suara riuh teman-temanku menyambut.

"TISYAAAA!"

"Mana oleh-olehnya!"

Aku tertawa dan membagikan satu persatu oleh-oleh. Semua berebut, bercanda, dan berteriak seperti biasa. Rasanya nyaman.

Karena pelajaran pertama hari ini Komputer Akuntansi, kami semua bergerak ke lab akuntansi.

Dalam perjalanan ke sana, aku jalan beriringan dengan Mira.

"Lo ngechat Azzam ya Mir?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Iya Sya. Lo tau darimana?" jawabnya berusaha santai, meskipun ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang terkejut dan sedikit panik.

"Tau dari Azzam."

"Gue cuma minta drakor kok Sya. Gapapa kan?"

Aku mengangkat bahu. "Oh, gapapa. Gue agak bingung aja, kenapa kemarin lo gak minta ke gue? Kok malah ke Azzam."

Mira tertawa pelan berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Waktu itu lo kan di Malaysia Sya. Terus kata lo filenya dari Azzam. Gue pikir sekalian aja minta orangnya langsung,biar ga ganggu liburan lo juga," alibinya panjang lebar.

Belum sempat aku membalas, Mira menyambung perkataanya, "Hubungan lo sama Azzam sahabatan kan, Sya?"

Aku mengangguk. "Iya. Sahabat aja. Kenapa Mir? Lo suka sama Azzam?"

Mira memiringkan kepala. "Hmm.... iya Sya. Kok lo tau sih Sya? Kan gue belum cerita. Waktu pertama kali dia ke kelas kita bantuin benerin laptop lo, gue langsung terpesona aja gitu. Ganteng banget. Mana dingin gitu kayanya anaknya."

Aku tersenyum menang karena tau tebakanku benar. "Tau la. Kita sahabatan udah lama Mir. Semua cowo yang lo suka kayaknya gue tau. Hahaha. By the way, lo dapet nomor Azzam dari siapa Mir?"

Mira tersenyum malu, "Dari Ratih Sya. Tetangga Azzam."

Aku mengangguk kecil. Tidak menanggapi lagi.

...****************...

Bel istirahat pertama berbunyi, ternyata Azzam sudah menungguku di depan kelas.

"Gaes, gue ke kantin duluan ya," kataku ke Mira dan Erina.

Kami duduk di bangku kantin yang agak sepi. Aku menyodorkan satu kantong kecil ke Azzam.

"Oleh-oleh."

Azzam tertawa. "Kaya bocil aja dapet beginian."

"Perasaan lo deh yang minta. Aneh. Kalau gamau sini balikin aja," kataku pura-pura ngambek.

"Ih enak aja. Gue kan becanda Sya. Thanks ya."

"By The Way, lo mau cerita apa?" tanyaku sambil membuka botol air minum.

"Gue mau cerita soal Mira," katanya pelan tapi jelas.

Aku langsung menatapnya. "Cieee... Lo suka sama Mira ya?"

Azzam mengernyit. "Ngga lah. Sok tau banget lo."

"Lah, kalau gak suka kenapa lo respon Azzam? Lo tuh ya emang hobi banget baperin anak orang. Dasar buaya es."

Azzam menahan tawa. "Respon karena dia bilang sahabat lo, Tisya. Kalau bukan ya ogah juga."

Aku menghela napas, mulai kesal. "Masalahnya, sahabat gue itu suka sama lo Azzam. Jangan bikin situasi gue ribet, please."

Dia menyengir sok ganteng. "Biasalah. Orang gue ganteng gini. Siapa coba yang gak tertarik?"

Aku membuang muka malas, "Ngga tuh, gue ngga tertarik."

Azzam tertawa. "Jadi lo mau cerita apa nih?" tanyaku.

"Gue cuma mau ngasih tau, kemarin Mira ke rumah gue."

Aku menoleh cepat. "Hah? Ngapain?"

"Ambil file drakor lah. Gue bilang nanti pas sekolah aja, tapi dia bilang sekalian mampir. Dia datang bareng Ratih."

Aku terdiam. Udah keberapa kalinya Mira ke rumah teman cowokku, dan semuanya tanpa ngomong dulu. Dasar cegil.

"Jadi lo sekarang maunya gimana? Gue suka juga sama sahabat lo?"

Aku menggeleng pelan. "Ngga juga sih. Kalau gak suka ya gak usah dipaksain."

"Biarin aja la sahabat lo ngejar gue dulu. Mana tau nanti gue luluh," jawabnya santai.

Aku melipat tangan di dada. "Kalau lo gak suka, kenapa lo mau diajak ngumpul makan di rumah Erina kemarin? Bukannya biasanya lo ogah gabung kalau ada cewek?"

Azzam nyengir, "Oo, itu gara-gara Rafa. Dia yang ngajak. Dia ke rumah gue bareng Ratih sama Mira. Ya gue ikut aja lah."

Aku semakin bingung, sejak kapan Mira deket sama Rafa? Perasaan aku cuma pernah cerita soal sahabatku itu, tapi ga pernah ngasih nomor Whatsapp ataupun alamat rumahnya. Darimana Mira tahu? Apa Mira memang begitu ke semua cowo yang ada di dekatku?

Aku menunduk. "Oh gitu"

Aku mencoba menenangkan diri. Tidak mungkinkan Mira menyukai semua cowo di dekatku? Apalagi sampai nyamperin ke rumah mereka? Ah, mungkin aku aja yang berlebihan, ga mungkin Mira kaya gitu.

"Lo kenapa?" tanya Azzam pelan.

"Gak apa-apa. Pokoknya awas lo ya nyakitin atau PHP-in Mira."

Azzam menggeleng. "Dih. Ngga la."

Aku tersenyum, walau rasanya ada yang mengganjal di hati. Aku mulai sadar, Mira mungkin bukan sekadar sahabat yang polos. Mungkin dia juga sedang mendekati semua lelaki di dekatku. Dan mungkin caranya sedikit berbeda dari yang aku bayangkan.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!