Aku Juga Istrimu

"Hmmm ... Hidup satu atap bersama Btari tidak buruk buruk amat, ternyata wanita ini penuh perhatian! Dia mengerjakan tugasnya sebagai istri dengan baik, semua kebutuhanku selalu disiapkan olehnya, mulai dari pakaian, makanan, dan hal hal lain! hanya satu yang belum Btari penuhi, urusan ranjang!" Fauzan bemonolog.

"Tak apa .. jika aku tidur dengan Btari, berarti aku mengkhianati Fara, ngomong ngomong tentang Fara, sejak aku hidup satu atap dengan Btari kenapa aku sedikit pun tidak ingat padanya? aku bahkan tidak pernah menghubunginya .. Marah tidak ya Fara?" Fauzan jadi merasa bersalah.

"Nanti saja aku hubungi Fara, kalau aku menelponnya di sini .. Bisa ditendang keluar dari rumah sama Btari, dia paling benci diduakan." Fauzan tidak ingin cari masalah.

Entah apa yang ada di benak Fauzan. Tidak ingin kehilangan Btari tapi juga tidak mau melepaskan Fara. Dasar laki laki kemaruk. Mungkin andai bisa, ia akan menikahi dua duanya ... Btari dan Fara.

"Abang mau bawa bekal lagi atau tidak?" Btari berseru di depan pintu.

"Iya .. Nanti siang aku ada operasi .. Gak sempat kalau makan diluar." jawab Fauzan, setiap hari sejak tinggal satu atap dengan Btari dan makan makanan masakan istrinya ini, Fauzan jadi kecanduan masakan Wanita ini.

Saat hendak berangkat bekerja, ia ditawari membawa bekal, jelas Fauzan mau. Masakan Btari sangat lezat. Bahkan dengan masakan juru masak di rumah utama lebih enak masakan Btari. Sejak saat itu, Fauzan selalu membawa bekal makanan hasil masakan sang istri.

Karena itu wajar saja jika Fauzan sampai melupakan Fara. Perhatian yang tulus ditambah masakan Btari yang memanjakan lidahnya membuat Fauzan benar benar merasakan nikmatnya punya istri.

"Kamu beneran tidak mau bareng aku ke tempat kerjamu?" Fauzan menatap Btari, istrinya ini akan berangkat bekerja sebagai terapis di sebuah klinik kecantikan.

"Nanti kalau aku bareng abang, pulangnya repot mau naik apa, mending aku naik sepeda motor sendiri." jawab Btari.

"Tapi Btari bersepeda motor sendiri itu berbahaya ... Lebih baik kamu naik taksi online!" Fauzan tidak tega melihat Btari bersepeda ke tempat kerjanya.

"Aku sudah terbiasa naik sepeda motor, dan aku akan berhati hati! Sudah sana abang berangkat gih!" Btari mengusir.

"Baik lah .. Hati hati di jalan .. Sampai ketemu nanti sore di rumah!" Fauzan mengulurkan tangannya.

"Iya .. Abang juga hati hati di jalan, jangan ngebut!" ucap Btari, menyambut uluran tangan Fauzan .. Menyalami dan mencium punggung tangannya.

"Kamu juga jangan ngebut!" Fauzan mengecup kening Btari, hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan mereka berdua. Jika tidak melakukan ini Fauzan merasa ada yang kurang.

Fauzan segera masuk mobil, lalu mengemudikan mobil miliknya keluar dari carport. Btari juga mengendari sepeda motornya keluar rumah. Setelah mengunci pintu pagar, Btari segera melajukan sepeda motornya cukup kencang.

Saat akan keluar dari gerbang perumahan, Btari melihat mobil Fauzan. Btari segera menyalip sambil membunyikan klakson. Fauzan tercengang melihat sepeda motor Btari yang menyalip mobilnya.

"Sembrono banget istriku ini .. Mana mengemudinya kencang sekali! Padahal sudah kuwanti wanti agar tidak ngebut dan dia juga memperingatkan aku untuk tidak ngebut .. Eh dia sendiri malah ngebut!" Fauzan ngomel.

Sepeda motor Btari sudah menyusuri jalanan yang berdebu. Pagi ini ia dapat job dari klinik kecantikan tempat dia bekerja secara freelance sebagai terapis. Hanya satu customer. Itu pun reservasi dengan harga promo. Jadi waktunya tidak lama.

Beauty spa tempatnya bekerja sedang mengadakan bulan promo untuk menarik banyak pelanggan. Dan ternyata berhasil. Banyak customer yang tertarik dan mendaftar reservasi. Padahal reservasi dengan harga promo ini waktunya dikurangi.

Setelah dari klinik, Btari akan segera pergi ke tempat kerjanya Pijat sangkal putung Pucang Anom. Sejak Fauzan tinggal bersamanya, Btari memajukan jam kerjanya menjadi agak siang. Tidak mungkin ia kerja sesudah subuh. Kini ada suami yang harus ia urusi. Meski belum seratus persen menjadi pasangan suami istri, tetap saja Btari harus memperhatikan dan mengurusi Fauzan.

Fauzan telah sampai di rumah sakit. Sudah banyak pasien yang menunggunya. Fauzan segera melakukan tugasnya sebagai dokter. Pagi itu Fauzan sibuk dengan pasiennya. Dan saat siang, Fauzan punya jadwal operasi. Hingga laki laki itu lupa kalau tadi ia berniat menghubungi Fara.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Fauzan telah menyelesaikan operasi pada pasien. Kondisi pasiennya sudah stabil. Fauzan segera kembali ke ruang kerjanya. Sesampai di ruang kerjanya, Fauzan segera mandi di dalam kamar mandi yang ada di ruang kerjanya. Setiap usai melakukan operasi, Fauzan memang membiasakan dirinya untuk mandi. Usai mandi dan berganti pakaian bersih, Fauzan segera mengeluarkan kotak bekal yang dibawakan Btari.

Senyum Fauzan terbit saat melihat isi kotak bekalnya. Makanan favoritnya. Fauzan makin kagum pada istrinya, Btari benar benar jago masak. Selain lezat, Masakan Btari juga makanan sehat. Setiap hari menunya selalu berbeda. Seolah wanita itu mempunyai banyak menu di pikirannya. Fauzan segera memakan bekalnya dengan nikmat.

Fauzan baru saja menghabiskan bekal makanannya, saat terdengar pintu ruang kerjanya dibuka dari luar. Fauzan heran, siapa orang yang berani masuk ke ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu?

Fauzan tercengang saat melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya. Fara sudah berdiri di depan pintu sambil tersenyum lebar. Fauzan baru ingat kalau tadi ia berniat menelpon Fara, tapi lupa karena sibuk bekerja. Akhir akhir ini ia sering melupakan wanita ini.

"Hai Mas Fauzan .. Maaf aku langsung datang ke sini, habisnya aku kangen sama Mas." Fara tanpa malu mendekati Fauzan dan langsung merengsek duduk dia pangkuan Fauzan dan memeluk erat lelaki itu.

Fauzan gelagapan. Kenapa Fara sekarang begitu agresif? Sudah berani naik ke pangkuannya. Mereka memang sering berpelukan untuk melepas rindu saat lama tidak bertemu karena kesibukan masing masing. Itu pun hanya pelukan singkat.

"Fara turunlah! Jangan seperti ini .. Ini ruang kerjaku ... Tidak enak kalau sampai ketahuan! Di sini sering keluar masuk para perawat." pinta Fauzan.

"Sebentar lagi ya .. Aku masih kangen sama kamu mas!" Fara memperat pelukannya, bokongnya bergerak gerak di atas pangkuan Fauzan.

Fauzan makin risih dengan tingkah Fara. Wanita ini sepertinya sengaja menggodanya dengan menggerak gerakkan bokong dan pinggulnya. Sebelum sesuatu terbangun karena ulah Fara, Fauzan segera mengangkat wanita itu turun dari pangkuannya.

Fara berdiri cemberut. Usahanya untuk menggoda Fauzan gagal. Sudah hampir tiga minggu laki laki ini tidak pernah menghubunginya satu kali pun. Berkali kali ia datang ke apartemen Fauzan untuk menemuinya. Tapi ternyata apartemen Fauzan kosong. Fauzan tidak tinggal di sana.

Fara beralih mencari Fauzan ke rumah utama, barangkali Laki laki itu sudah kembali tinggal di sana. Ternyata Fauzan masih tidak diperbolehkan tinggal di rumah itu. Umu Azizah bahkan tidak tahu kalau putranya tidak tinggal di apartemen. Pesan dan telpon Fara tidak pernah direspon oleh Fauzan.

"Aku harap kamu tidak melakukan hal seperti ini lagi Fara .. Ingat kita bukan muhrim." Fauzan memperingatkan, tidak perduli Fara marah padanya.

"Kalau begitu segera halalkan aku." pinta Fara.

"kamu tahu aku tidak bisa melakukan itu, aku ini masih bestatus suami Btari." Fauzan jengkel.

"Kita bisa nikah siri, tak apa aku menjadi yang kedua! Toh meski hanya istri siri dan yang kedua, aku akan kamu perlakukan sebagai istri satu satunya bukan mas?" Fara tersenyum manis.

"Jangan ngaco Fara .. Aku tidak akan menyetujui ide gilamu!" Tukas Fauzan.

"Lalu sampai kapan aku mas gantung seperti ini? Kalau Mas Fauzan tidak mau segera menikahiku, kenapa kemarin mas datang untuk membujukku dan berjanji akan bertanggung jawab padaku!" Fara melotot marah.

"Bukan kah aku memintamu menunggu?" Fauzan kebingungan.

"Aku capek menunggu .. sekarang aku mau Mas Fauzan segera menikahiku walau hanya nikah siri .. Titik! Jadilah lelaki yang selalu menepati kata kata yang diucapkannya." Fara mengancam.

Fauzan diam. Tidak bisa menjawab. Hatinya makin dilema. Saaf ini Fauzan sudah merasa nyaman dan bahagia bersama Btari istrinya. Fauzan ingin mempertahankan pernikahannya dengan Btari. Tapi di sisi lain, dia juga tidak ingin meninggalkan Fara. Ia sudah berjanji pada wanita itu untuk bertanggung jawab dan menikahinya. Benar benar rumit.