Tidak terbayang kehidupan Elina yang tadinya biasa-biasa saja berubah dalam sekejap mata. Hari dimana ia mendapatkan kabar dari sang kekasih berselingkuh dan berhubungan intim dengan kekasih gelapnya.
Detik itu juga Elina bersumpah perasaan dan juga cintanya ia akan kubur sedalam dalamnya. Baik itu mantan pacarnya atau pria lain semuanya sama brengsek dimata gadis itu.
Namun naasnya malam itu saat ia bertemu dengan pria bernama Damian Aditama Sanjaya janji itu ia ingkari sendiri. Karena insiden itu seorang anak lahir ke dunia.
Bagaimanakah kelanjutan hidup Elina selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimMy75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23 Pergi ke rumah sakit
Perusahaan group Sanjaya sedang gempar mengenai berita tentang istri CEO itu. Sepanjang hari para karyawan terus membahas pertengkaran kedua wanita berstatus istri sah Damian. Lebih mengejutkan mereka ialah Elina asisten yang baru diangkat oleh Damian rupanya menyandang status istri kedua. Fakta ini tidak mendapat opini positif.
Sejumlah karyawan hanya menyalahkan Elina. Sebagian karyawati yang sempat dekat dengan Elina mereka juga menjelekan nama gadis itu dengan menyebarkan rumor kalau Elina dulu berkerja menjadi wanita hiburan. Ini berhasil membuat Elina dipandang rendah oleh karyawan disana.
"Gila nggak sih Elina kok bisa dapetin seorang Damian yang kita tahu kalau pria itu punya tempramental buruk terus tatapan dinginnya itu loh nakutin…" Seorang gadis dengan gaya khas kantoran berpendapat tentang sifat Damian.
Teman-temannya yang mendengarkan juga sependapat. Dari salah satu mereka pernah ada yang mencoba merayu Damian dan hampir naik keranjang pria itu. Namun rencananya tidak berhasil alhasil dia sendiri yang kena imbasnya.
"Aku udah kapok pokoknya berurusan dengan Damian, dia itu kayak monster tahu!" beber karyawati itu menyadari bulu-bulu disekunjur tangannya naik.
"Yakin aja deh si Elina nggak bakalan masuk kerja lagi kan sifat aslinya udah terungkap," ucap yang lain.
"Betul banget denger-denger tuh cewek kerjanya emang nggak bener sejak awal dia udah jadi wanita penghibur tahu!" ungkap wanita tadi.
Brag!
Ketiga wanita itu langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Mereka spontan menunduk hormat dengan pria yang menatap tajam nan dingin. Walau Damian sering berwajah dingin tapi satu hal yang tidak akan pernah hilang dari kenyataan bahwa pria itu memanglah sangat menawan dan gagah.
"Kalian tahu sedang membicarakan siapa, hah!? Dia istri ku tidak ada yang boleh menceritakan kejelekan orang ku. Saya bisa saja memecat kalian sekaligus sekarang," tekan Damian dingin.
Gery yang disebelah pria itu menghela nafas. Sejak kemarin amarah Damian tidak terkendali. Kalau saja dia belum mendapatkan informasi tempat tinggal Elina mungkin kemarahan pria itu akan dilampiaskan olehnya.
"Tuan, kami berhasil menemukan informasi tempat tinggal Elina dan juga anaknya," jelas Gery kepada Damian untung pria itu meresponnya cepat dan tidak marah-marah lagi.
"Kita bicarakan diruangan ku saja," ujarnya singkat sambil merapikan jasnya.
Kedua pria itu menuju ke ruangan.
"Dimana kamu menemukan Elina," lontarnya tanpa basa-basi.
"Mereka tinggal di kos dekat jalan mawar tuan," lapor Gery.
"Kamu serius disitu tempatnya," ujarnya ingin memastikan.
Assisten pribadinya menanggapi dengan anggukan. "Benar tuan."
Tritt!
Suara ponsel berdering mengganggu pembicaraan mereka. Damian teralihkan ke benda pintar di saku blazernya. Nama si pemanggil sungguh membuatnya kesal. Ia sungkan untuk mengangkat panggilan itu.
"Kenapa kamu menelpon ku?" tanya Damian ketus.
[Maaf mengganggu mu mas, kamu bisa datang sekarang ke rumah sakit Liora sedang kritis] balas Lily disebrang sana.
"Bagaimana bisa!? Baiklah aku segera kesana," ujar Damian seketika langsung mematikan panggilan tersebut.
"Tuan kenapa cemas apa yang terjadi?" tanya Gery melihat Damian begitu cemas.
"Putriku… Liora masuk rumah sakit," lirihnya. "Kita harus ke rumah sakit sekarang," sambungnya.
"Baik tuan saya akan menyiapkan mobil sekarang!" seru Gery kemudian mereka berdua menuju ke mobil butuh bermenit-menit kendaraan itu sampai dirumah sakit yang dikatakan Lily.
***
Damian terburu-buru memasuki rumah sakit disusul Gery yang berjalan membelakanginya.
"Permisi pasien bernama Liora Aditama Sanjaya dirawat di kamar mana?" Damian bertanya pada resepsionis.
"Tunggu sebentar saya cek dulu tuan," jawabnya.
Perempuan itu lalu mengecek daftar nama pasien dan menemukan kamar yang ditempati merawat Liora.
"Kamar VVIP di lantai tiga nomor 405."
"Terimakasih sus." Gery kembali menyusul Damian yang meninggalkannya.
Damian lelaki itu tidak habis pikir kemarin putrinya baik-baik saja kenapa tiba-tiba dia dirawat ke rumah sakit. Setahunya Liora juga jarang sakit.
Lelaki itu membuka pintu kamar dan segera masuk dengan cemas dia mencari putrinya. Anak perempuan yang terbaring lemah di kasur. Membuatnya sang ayah itu mengerang keras.
"Liora! Mengapa dia bisa seperti ini!? Kamu sebagai ibunya tidak becus menjaganya!!" sergah Damian naik pitam.
Lily mengerutkan dahinya.
"Dia juga anakmu mas, kamu sadar tidak selama ini sebagai ayahnya kamu tak pernah perhatian padanya," serang Lily
Padahal yang sebenarnya Liora bukanlah anak kandung Damian tetapi dia terus menuntut lelaki itu yang tidak bertanggung jawab.
"Aku? Bukannya kita sama-sama sibuk diluar sana tapi kamu hanya menyalahkan ku," tantang Damian membalikkan fakta.
Cklek!
Pintu kamar terbuka seorang dokter menatap heran kearah mereka.
"Maaf tuan dan nona, ini rumah sakit hargai pasien disini jangan buat keributan," tegur dokter itu seraya menghampiri kasur Liora. Lalu, memeriksa keadaan anak itu dengan stetoskop nya.
"Dok, anak saya kenapa?" tanya Damian cepat.
"Anak anda baik-baik saja, tapi yang perlu kalian ketahui Liora kekurangan gizi kalian sebagai orangtuanya kan seharusnya jaga pola makannya," jelasnya dengan rinci tentang keadaan Liora.
"Kekurangan gizi?" Damian cukup terkejut.
Dokter itu mengangguk lalu membalas ucapan Damian.
"Saya akan menuliskan resep obat untuk Liora dan lain kali jagalah kesehatan anak kalian," pamit dokter tersebut berlalu dari sana.
Damian langsung melempar tatapan tajam kepada istrinya itu.
"Oh… jadi ini masalahnya Liora masuk rumah sakit, pasti dia seperti ini karna kamu sering mengabaikan makanan yang dimakan Liora," hardiknya.
"Itu… aku samasekali tidak tahu maafkan aku mas! Aku janji menjaga Liora dengan baik," pinta Lily memelas.
Karena suara mereka terlalu kencang Liora akhirnya terbangun.
"Mommy, Daddy kenapa Liora ada disini?" ucap Liora tampak kebingungan.
"Liora sayang akhirnya kamu bangun juga mommy khawatir banget, tahu." Lily memeluk anaknya.
Damian menghembuskan napas melihat putrinya yang sekarang baik-baik saja. Pria itu meminta Gery keluar sebentar bersamanya. Diluar Damian mengatakan jika dia harus pergi menemui Elina. Dan menyuruh Gery tetap mengawasi Liora.
"Beritahu padaku nanti kalau Liora kenapa-kenapa mengerti," titahnya.
Selanjutnya Damian lekas pergi dari rumah sakit. Lily yang terus mengawasi pembicaraan sang suami mendengus marah dibalik pintu gadis itu berdecak.
"Ini tidak cukup membuatnya tetap tinggal, sepertinya Damian menginginkan hal yang lebih berbahaya dari ini…"
Lily menyunggingkan senyum licik dibalik wajah cantiknya.
***
Rumah kos-kosan didepan trotoar menjadi pemberhentian mobil Damian. Pria tampan itu dengan wajah tegasnya mengetuk rumah yang terlihat kumuh diantara perumahan lainnya.
"Kenapa gadis ini memilih tempat seperti ini." Damian membatin.
Begitu lama Damian menunggu dibukukan pintu. Pria itu tidak sabaran tatkala menggedor-gedor pintu kayu tersebut. Damian yang tak sadar jika pintu tadi telah dibuka, seseorang yang baru melihatnya sedang menatap dirinya.
"Ayah…"
BERSAMBUNG…
Yuk dukung author dengan memberi Like dan Vote sebanyak"nya ya…🥺☺️
Sampai jumpa di part selanjutnya!
ninggalin jejak dulu ❤️