Follow IG author : arafaq_9
Jangan lupa like dan komentarnya ❤
Ketika Jordan Rodriguez, seorang pria tampan dan kaya yang dikenal sebagai pria yang tak terkalahkan dalam bisnis dan hubungan, bertemu dengan Grace, seorang wanita muda yang penuh dengan ambisi dan keinginan untuk sukses, keduanya langsung terseret dalam kisah cinta yang liar dan penuh gairah. Namun, di balik pesona dan kebahagiaan yang tampaknya sempurna, terselip rahasia gelap yang mengubah segalanya.
Seiring hubungan mereka berkembang, Jordan mulai menunjukkan tanda-tanda kecemburuan dan posesif yang tidak wajar. Jordan menyembunyikan identitas yang sebenarnya, terkait dengan masalalunya yang gelap dan berbahaya.
Saat rahasia terkuak, Grace harus memilih antara melarikan diri dari kegelapan yang mengancam atau mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan hubungan mereka. Dalam pergulatan antara cinta dan ketakutan, Grace menghadapi pilihan yang sulit. Yang akan mengubah takdir mereka selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arafaq_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MURKANYA JORDAN
***
Keesokan paginya,
"Shhhssss," desis Jordan, pria itu membuka pejaman matanya secara perlahan. Kedua matanya mengerjap, ia mencari kesadarannya.
"Fuck!" umpat Jordan saat mengingat sesuatu, pria itu langsung menyibak selimut dan terbangun.
Jordan menuruni ranjang, pria itu mengambil ponselnya yang ada di nakas dan mencari nomor Thomas.
Jordan menghubungi Thomas, namun Thomas tidak menjawabnya. Membuat Jordan menggeram, amarahnya memucak.
"Brengsek! Kau tidak akan bisa membawanya jauh dariku. Luke, arghhh brengsek!"
Pyarrr!
Pyarrr!
Bugh!
Bugh!
Jordan melemparkan semua barang di dekatnya hingga jatuh dan pecah berkeping-keping, pria itu juga memukul dinding. Melampiaskan kemarahannya atas kepergian Grace.
"Kau benar-benar sialan, Luke. Tidak akan ku biarkan kau membawa jauh milikku, Grace milikku. Sampai gadis itu mati pun akan tetap menjadi milikku!" Jordan mengeraskan rahangnya, pria itu mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih.
***
Sementara Thomas, pria itu baru saja tersadar seperti Jordan. Beberapa anak buahnya yang bertugas pun sama halnya dengannya.
Thomas memijit pelipisnya, pria itu melihat ponselnya dan melotot.
"Shit!" umpat Thomas, pria itu segera berlari menuju kamar Jordan. Setibanya di depan kamar Jordan, Thomas menghentikan langkahnya saat Jordan baru saja membuka pintunya.
Bugh!
Satu pukulan mendarat di perut Thomas, dan hal itu berasal dari Jordan.
"Bagaimana bisa kau lengah, Thomas! Karenamu Luke membawa Grace bajing*n!" sentak Jordan dengan penuh amarah, pria itu mencengkram kerah kemeja Thomas. Membuat Thomas ketakutan.
"M-maafkan saya, Tuan. Sungguh saya tidak mengerti bagaimana bisa saya pingsan bersama yang lainnya," jelas Thomas dengan terbata, Jordan mendecih. Pria itu melepaskan cengkramannya hingga membuat tubuh Thomas tersungkur ke lantai.
"Cari tau keberadaan Grace, dalam waktu dua jam aku sudah harus mendapatkan informasinya. Kau mengerti, Thom?"
"S-saya mengerti, Tuan," ujar Thomas, Jordan melangkahkan kakinya menjauh dari Thomas. Seperginya Jordan, Thomas menghembuskan nafasnya lega.
***
Sementara di sisi Luke, Jasmine, dan Grace. Kini ketiganya tengah berada di dalam pesawat pribadi milik Luke.
Setelah memastikan kondisi Grace dengan menyeluruh, Luke memutuskan untuk membawa Grace pergi dari Wellington pagi ini. Luke juga menyiapkan peralatan medis dan membawa beberapa petugas medis untuk menemani Grace dan memantau agar kondisi Grace tetap stabil.
"Grace, ayo makan dulu. Kau belum makan sedari tadi, hm." Jasmine mengelus lembut tangan Grace, wanita itu menatap sendu ke arah Grace yang sejak sadar tidak mengeluarkan suaranya sepatah kata pun. Bahkan tatapan mata Grace terlihat kosong.
Grace seperti mayat hidup, dan hal itu membuat Jasmine dan Luke terluka.
"Aku suapin ya? Kau harus makan, kasihan putramu. Ayo makanlah." Jasmine menyuapi Grace, dengan gerakan perlahan. Grace membuka mulutnya dan menerima suapan Jasmine.
Suapan demi suapan Jasmine berikan, dan Grace tidak menolak. Wanita itu terus menerima suapan Jasmine dengan air matanya yang terus mengalir, Jasmine sendu menyuapi Grace sembari tangannya yang juga mengusap air mata Grace.
Jasmine menggigit bibir bawahnya, wanita itu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menangis di depan Grace.
"N-nah sudah habis, kau sangat pintar. Grace, putramu pasti bangga memiliki Mommy sehebat kau. Sekarang tunggu di sini, aku akan membawakan obatmu." Jasmine mengusap air mata Grace, sebelum akhirnya wanita itu berdiri dan melangkah menjauh.
Jasmine menuju sebuah kamar, wanita itu meluruhkan tubuhnya dan menangis sejadi-jadinya. Jasmine ingin menjerit, namun tidak bisa, ia hanya bisa menangis dan memukul dadanya yang sesak.
"Kau brengsek, Jordan! Kau sangat brengsek! Kau sudah menyakiti Grace, dan membuatnya seperti ini." Jasmine terus memukul dadanya yang sangat sesak, tubuhnya bergetar. Luke yang melihat langsung saja memeluk Jasmine.
"Tenanglah, Jasmine. Jangan menyakiti dirimu sendiri, percayalah Grace akan segera sembuh," ucap Luke, pria itu merasakan sesak di hatinya saat melihat Grace dan Jasmine.
Apa yang di lakukan Kakaknya sungguh membuatnya terpukul, dan kecewa.
"Bagaimana bisa aku tenang jika sahabatku seperti mayat hidup, Luke? Bagaimana hah? Jordan telah melukainya, membuat hidupnya hancur. Bahkan berniat membunuh darah dagingnya sendiri, hingga membuat Grace seperti sekarang! Lalu dimana letak aku bisa tenang, Luke? DIMANA?" teriak Jasmine, wanita itu semakin terisak.
Luke sendiri hanya bisa memeluk, dan menenangkan Jasmine. Apa yang dikatakan Jasmine adalah kebenaran, dan Luke tidak menyangkalnya sama sekali.
***
Sedangkan di sisi Jordan, pria itu menunggu kabar dari Thomas. Kini ia tengah menikmati wine di tangannya.
"Tuan." Thomas menunduk, pria itu baru saja datang.
"Bagaimana?" Jordan berdiri dari duduknya, ia memasukkan tangan kirinya di dalam saku celananya.
"M-maaf, Tuan. Kita sudah kehilangan jejak Tuan Luke, Tuan Luke benar-benar sudah membawa Nona Grace meninggalkan Wellington dan menutup semua aksesnya dari kita,"
"Bajing*n!"
Pyarrrr!
Jordan melemparkan gelas di tangannya hingga pecah, pria itu menatap Thomas penuh amarah. Jordan mendekati Thomas, dengan sekali sentakkan. Jordan mencekik leher Thomas.
"T-tuan," panggil Thomas dengan suara tercekat, tenggorokannya terasa sakit. Wajahnya memerah.
Sungguh Jordan terlihat sangat menakutkan ketika murka.
"Aku tidak mau tau, Thom. Cari wanita murahan itu sampai ketemu, sekalipun dia sudah mati. Bawa mayatnya ke hadapanku, kau mengerti?" ujar Jordan sembari tangannya semakin mencekik leher Thomas.
Thomas memejamkan matanya sebentar, pria itu mengangguk lemah.
"Pergilah!" Jordan melepaskan cekikikannya, membuat Thomas memegang lehernya dan mengambil nafasnya dalam-dalam. Sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Jordan.
"Brengsek! Kau benar-benar brengsek, Grace!" teriak Jordan, pria itu menghancurkan barang-barang di ruang kerjanya dengan amarah yang meluap-luap.
Kemudian Jordan mengambil ponselnya, ia melihat foto Grace saat tersenyum. Foto yang ia ambil ketika Grace pergi berjalan-jalan dengannya.
"Arghhh brengsek!"
Pyarrrr!
Jordan melemparkan ponselnya, pria itu berteriak frustasi. Setelahnya teriakan tersebut tergantikan oleh kekehan.
"Kau tidak akan pernah bisa pergi dariku, Grace. Aku akan membunuh siapapun yang berusaha merebutmu dariku!" ujar Jordan dengan terkekeh, seringai tipis terlihat di bibirnya.
***