Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Berpura-pura Manis
Jasmine dan Keenandra reflek menolak bersamaan permintaan mama Anya. Orang tua paruh baya itu pun sedikit terkejut. Dia bisa menebak jika putranya sama sekali belum menyentuh sang calon menantu.
"Mungkin kalian masih malu-malu! Mama yakin seiring berjalannya waktu kalian berdua bisa saling melengkapi."
Mama Anya mencoba untuk bersikap tenang di hadapan anak mantu dan besannya. Ia tidak ingin kentara jika sang putra memang dari sejak awal tidak menyukai Jasmine.
"Iya, Bu Anya benar anak mantu kita mungkin masih terlihat malu-malu. Mungkin mereka menikah karena perjodohan," ucap umma Hanin yang sebenarnya merasakan kejanggalan melihat anak mantunya.
Wanita berhijab lebar itu berusaha untuk menekan rasa su'udzon -nya. Mengingat sang menantu sempat tertangkap basah merokok membuat umma Hanin khawatir jika Keenandra akan mempersulit putrinya.
"Umma, Tante Anya, maaf aku dan mas Keenan memang masih dalam proses mengenal satu sama lain. Iya kan, Mas Keenan?" ungkap Jasmine berpura-pura manis dihadapan umma Hanin dan juga mertuanya.
Jasmine pun nekat melingkarkan tangannya di lengan Keenandra. Tidak sampai disitu ia pun menyandarkan kepala di pundak kekar sang suami. Sehingga membuat sang empunya jiwa merasakan panas dingin efek dari sikap manja dan lembutnya Jasmine.
"Apa ini? Mengapa jantungku rasanya tidak aman?" batin Keenandra dengan tubuh bergetar karena menahan rasa gugup yang menyerangnya.
"Aku yakin setelah ini jantungmu tidak akan aman pria sombong! Bismillah, setelah ini kau tidak akan pernah bisa lepas dariku. Kamu yang memulai permainan. Maka, jangan salahkan aku jika ku ikuti permainanmu!"
Jasmine menunjukkan sisi manjanya sebagai istri. Dia benar-benar membuat Keenandra tak berkutik.
"Maa syaa Allah, kalian manis sekali, Nak! Mama suka melihat keromantisan kalian.'' Mama Anya menatap penuh kasih pada anak mantunya.
"Oh, iya nak Jasmine, jangan panggil tante! tetapi panggil mama saja. Kamu, kan sudah menjadi menantu keluarga Kalandra. Tidak perlu ragu ataupun malu," ujar mama Anya sembari mengusap lembut puncak kepala sang menantu.
"Iya, Ma."
Jasmine tersenyum manja, dia sama sekali tidak menunjukkan rasa tidak suka terhadap Keenandra. Ia benar-benar pintar bermain peran.
"Keenan, ayo peluk mama. Mama sudah mau pulang, papa sudah menunggu di luar dengan Abah Hanan. Asisten Kyan pun sudah bersiap-siap untuk mengantarkan kami pulang," ujar mama Anya sembari merangkul pundak putranya.
"Iya, Ma. Hati-hati! Keenan akan tinggal di apartemen setelah menghabiskan bulan madu di hotel," ungkap Keenandra yang juga pura-pura manis di hadapan orang tua mereka.
Padahal, ia mengatakan hal demikian hanya ingin menggertak Jasmine. Benar saja, sekujur tubuh Jasmine mendadak gemetar, ia khawatir Keenandra melanggar kesepakatan di antara mereka.
"Jangan sampai ia menyentuhku! Aku tidak mau pria arogan itu sampai nekad meminta haknya. Bukankah dia mengatakan tidak akan memperlakukan layaknya suami-istri. Baiklah, akan aku ikuti permainan peranmu," gumam Jasmine di dalam hati.
"Nak, umma juga ingin pamit. Kasian adikmu Qafiya, ia pun sedang menunggu di luar hotel. Kami semua sepakat untuk pulang malam ini. Umma harap putri umma bisa menjadi istri yang sholihah dan penyejuk pandangan untuk suami."
Umma Hanin merangkul putrinya. Ada perasaan lega di hati saat melihat putrinya bahagia.
"Iya, Umma. Jasmine akan senantiasa merindukan umma, abah dan Qafiya." Jasmine pun menatap penuh kasih pada keramat hidupnya. Ia pun merasa berat hati berpisah dengan ibu yang telah melahirkannya tersebut.
"Sering-seringlah berkunjung ke rumah meskipun sudah menikah. Kamu tetap putri sulung umma yâng masih tetap sama seperti pertama kali kamu hadir mewarnai kehidupan kami."
Umma Hanin merasa sang puteri tetaplah bayi mungil seperti dua puluh lima tahun yang lalu. Saat di mana kebahagiaan mewarnai kehidupan mereka. Masih teringat jelas tangisan Jasmine untuk pertama kalinya di ruang persalinan dahulu.
"Insya Allah, Umma. Nanti Jasmine akan mengajak mas Keenan berkunjung ke rumah. Iya kan, Mas?" ucap Jasmine terdengar manja.
"Iya, Sayang." Keenandra merangkul pundak sang istri.
Sumpah demi apapun rasanya Jasmine ingin mual mendengar panggilan sayang dari Keenandra. Rasanya ia tergelitik geli dengan ucapan pria arogan tersebut.
"Maa syaa Allah, anak mantu kita sudah menyematkan panggilan manis, Umm. Kita harus cepat-cepat pulang biar anak menantu kita bisa menikmati bulan madu." Mama Anya menarik lengan sang besan. Dia merasa senang melihat perubahan terbesar putranya.
"I-iya, Bu. Mari!" umma Hanin pun meninggalkan putrinya dengan perasaan bahagia. Dia pun telah menyampaikan pesan agar Keenandra menjaga putri mereka dengan baik.
Sepeninggal kedua keramat hidup mereka Keenandra pun mendorong kasar tubuh Jasmine hingga menjauh darinya. Ia pun gegas ke kamar mandi mencuci tangannya yang sempat menyentuh Jasmine. Tidak hanya sampai di situ, Keenandra pun berkumur-kumur membersihkan mulutnya yang sempat berucap 'sayang' pada Jasmine di hadapan orang tua mereka.
"Menjijikan sekali!" umpat Keenandra sembari keluar dan membanting pintu dengan keras.
"Astaghfirullah, apa yang kau lakukan?" pekik Jasmine.
Gadis bercadar itu merasa terkejut melihat sikap Keenandra yang kembali arogan. Padahal, baru saja sang suami bersikap manis. Tetapi, sekarang kembali lagi ke setelan pabrik.
"Kamu jangan besar kepala ya! Aku telah mencuci tanganku yang tak sengaja bergandengan denganmu. Aku pun sudah mencuci mulutku setelah tadi berpura-pura manis di hadapan orang tuaku," cecar Keenandra dengan ucapan pedasnya yang melukai perasaan Jasmine.
"Sekotor itu aku di hadapanmu? bisakah kau menghargaiku walaupun hanya sedetik saja!" harap Jasmine dengan perasaan yang begitu hancur.
"Jangan bermimpi! itu tidak akan pernah terjadi Jasmine Qurattul Ain! Menjauhlah dariku," cecar Keenandra. Dia menganggap Jasmine seperti benalu yang mengotori pandangannya.
"Baiklah, jika itu maumu Keenandra Nareswara Kalandra, mari kita jalani kesepakatan ini!" ucap Jasmine tak kalah pedasnya.
"Dasar perempuan keras kepala!" oceh Keenandra sembari menghempaskan tubuhnya di ranjang pengantin mereka. Sedangkan Jasmine duduk di sofa karena sang suami tidak ingin satu ranjang dengannya.
Jasmine terlanjur sakit hati dengan ucapan Keenandra sontak. Dia pun sontak membuka kembali kontak WhatsApp Cairo yang telah diblokir oleh sang suami beberapa menit lalu.
Saat ini hati Jasmine benar-benar merasa tercabik-cabik oleh perlakuan kejam pria yang telah menjadi suaminya. Dia tidak ingin Keenandra terus-menerus menginjak harga dirinya sebagai seorang wanita.
Wa'alaykumussalam warramahtullahi. Mas Cairo, 'afwan aku tadi seharian dalam kesibukan. Semoga kuliah mas di sana berjalan dengan lancar. Aku pun di sini baik-baik saja seperti halnya dirimu~Jasmine Qurattul Ain.
***
Sementara di ranah Mesir.
"Dia membalas isi pesanku?"
Cairo yang baru saja menyelesaikan muroja'ah merasa bahagia dengan isi pesan Jasmine. Pria berwajah teduh itu pun rasanya begitu sangat bahagia setelah sekian lama tidak bertukar pesan dengan sang bidadari hatinya.
"Maa syaa Allah, senyam -senyum sendiri, Akh. Jarang ana melihat anta sebahagia ini?'' ucap Azzam teman Cairo yang juga satu asrama dengannya di Mesir.
"Dari sayap bidadari," ungkap Cairo dengan tersenyum bahagia.
Pria berwajah teduh itu tidak menyadari jika wanita yang baru saja membalas pesannya sudah menjadi istri orang lain. Entah apa jadinya nanti jika ia mengetahui kebenaran wanita yang ia cintai telah termiliki.
"Semoga Allah meridhoi niat baik kalian, Akh! Jangan tunggu lama-lama jika memang nanti benar-benar merasa sudah cocok. Sebab, anta tahu sendiri godaan syaitan itu sangatlah halus. Sekelas Nabi Adam dan Siti Hawa pun sempat terperdaya oleh bujuk rayu syaitan. Apalagi kita yang hanyalah umat akhir zaman," nasehat Azzam sembari menepuk pundak sang sahabat.
"Insya Allah, enam bulan lagi ana akan segera melamarnya," ucap Cairo penuh keyakinan.
"Alhamdulilah, semoga Allah mudahkan niat baik kalian, Akh." Azzam ikut tersenyum bahagia dengan kebahagiaan sang sahabat.
"Aamiin." Cairo tersenyum membayangkan pesona Jasmine yang tertutup cadar.
"Bidadari surga yang ku rindukan," batin Cairo sembari mengingat pertemuannya dengan Jasmine dua tahun yang lalu.
Meskipun mereka saling menyimpan kontak pesan WhatsApp hanya di waktu tertentu saja keduanya berinteraksi selebihnya tak ada percakapan apa-apa. Dengan ini pun sudah tiga bulan dua insan itu baru bertanya kabar lagi sebab Cairo selalu fokus dengan kuliahnya.
Jasmine sendiri sibuk dengan proses belajar mengajarnya di TPQ dan TK Qurattul Ain miliknya. Sehingga tidak ada waktu untuk berbagi pesan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Meskipun rasa rindu terhadap Cairo begitu sangat menggebu. Kedua insan itu saling menjaga hati agar tidak kebablasan dan tergoda oleh tipu rayuan syaitan.
"Mas Cairo ...."
"Brughhhh."