KAKAK KANDUNGKU RACUN RUMAH TANGGAKU

"Wanda ini maksudnya apa?" teriak Irwan saat semua aset - aset yang mereka miliki berpindah tangan atas nama Wanda.

"Kenapa mas?Ada apa teriak - teriak?" ujar Wanda santai.

"Kenapa ini kamu lakukan wanda. Tega kamu mengambil semuanya tanpa menyisakan secuil pun untuk mas." ujar Irwan yang terlihat emosi.

"Ooh,mas baru sadar. Mari aku ingatkan kembali. Mas tau saat pertama kita menikah mas itu bukan siapa - siapa dan tidak mempunyai harta secuil pun. Mas bisa seperti sekarang itu berkat aku. Aku yang merekomendasikan mas untuk bekerja di perusahaan om aku,dan mas pasti juga baru tahu bahwa perusahaan itu adalah perusahaan warisan dari ibu kandungku." kekeh Wanda yang nampak kilatan kebencian dimatanya terhadap calon mantan suami.

"Tapi kan selama ini aku yang kerja banting tulang Wanda. Tanpa aku mana mungkin perusahaan ibu akan maju seperti sekarang." oceh Irwan yang mencoba menahan emosi yang terasa mau meledak.Ia sebenarnya kaget karna baru mengetahui jika tempat ia bekerja ternyata milik istrinya sendiri.

"Tapi kamu sudah menikmati semua fasilitasnya kan? Kamu juga terlalu royal memakai uang perusahaan untuk menyenangkan wanita ular yang tak tahu terimakasih itu." jawab Wanda sesantai mungkin. Ia tidak mau terbawa emosi menghadapi manusia sampah yang ada didepannya sekarang.

"Maksud kamu apa,Wan?" gugup Irwan bertanya.

"Alah aku sudah tau semuanya,mas. Ga perlu kamu sembunyikan lagi. Sudah lama aku tahu hubungan gelap mu dengan kak Ina.Kamu membelikannya rumah,mobil dan membukakan usaha toko Roti untuknya. Dan kamu memanipulasi keuangan perusahaan." Wanda membongkar kebusukan suaminya sampai ke kulit-kulitnya.

"Satu lagi,mas. Aku masih ada rasa kasihan padamu dan kak Ina makanya ini tidak aku bawa keranah hukum. Sebenarnya bisa aja sih,tapi karna rasa persaudaraan terpaksa aku maafkan." Ujar Wanda sinis.

Irwan tidak bisa berkutik,semua rahasia yang serapi mungkin ia simpan akan terbongkar oleh istrinya.

"Tapi Wan..."Ucapan Irwan terputus.

"Mulai besok tolong tinggalkan rumah ini,aku sudah membereskan semua barang - barang mas.Aku sudah tidak sudi tinggal satu atap dengan laki - laki penghiatan seperti kamu." ucap Wanda meninggalkan Irwan yang masih duduk lesu di ruang tamu.

Tampak Irwan menyugar rambutnya beberapa kali,menarik nafas berat dan menghembuskan. Berharap beban di kepalanya sedikit berkurang. Memandang sekeliling rumah,dimana dulu menjadi tempat yang nyaman untuk pulang setelah seharian lelah bekerja.

Setiap jam pulang kantor,Wanda dengan senyum yang manis akan menyambut kepulangannya.

"Sore mas,gimana kerjanya hari ini." Wanda mengambil tas kerja suaminya.

"Alhamdulillah,lancar. Mas mandi dulu." Irwan langsung ke kamar untuk mandi dan Wanda akan menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.

"Kamu masak apa hari ini,Wanda. Mas laper."bujar Irwan setelah selesai memakai pakaian.

"Aku udah masak makanan kesukaan,mas. Rendang dan sayur sop ceker." ujar Wanda.

"Wah mendengarnya saja sudah membuat mas ngiler." kekeh Irwan memeluk istrinya dari belakang.

"Katanya lapar,kok malah peluk - peluk."

"Biar begini sebentar." Irwan meletakkan kepalanya diceruk leher istrinya. Mencium aroma tubuh istrinya yang terasa menenangkan.

"Udah ah,geli mas." Wanda merasa geli dengan hembusan nafas suaminya dilehernya.

Irwan mengurai pelukannya dan merangkul pinggang istrinya menuju meja makan.

Irwan termenung menyesali kesalahan yang ia lakukan. Rumah tangganya akhirnya kandas. Tak akan ada kesempatan untuknya memperbaiki diri. Tinggal kini meratapi nasib.