Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ternyata kenal di game
Di dalam mobil sport merah Tiffany, Narynra duduk di sebelah penumpang dengan santai dan Tiffany di sebelah pengemudi dengan wajah serius. Sabuk pengaman belum terpasang. Kursi kulit yang lembut dan nyaman, dengan dasbor yang dilengkapi teknologi canggih.
"Fan, gue pengin ketawa deh kau inget kejadian tadi", ucap Narynra dengan ekspresi senyum dan mata yang berbinar, sambil menggelengkan kepala dan mengangkat tangan dengan gerakan yang lucu.
Tiffany mengerutkan keningnya. "Kejadian yang mana?" tanya Tiffany sambil memasang sabuk pengaman dengan ekspresi bingung, sambil menoleh ke arah Narynra.
"Ya kejadian lo ketemu cowo itu, siapa tadi katanya..." Narynra coba mengingat dengan ekspresi berpikir, sambil menggaruk kepala dan menatap ke atas."Oh iya, baby boy, hahaha, trus lo baby girl nya haha," ucap Narynra sambil tertawa, sambil mengangkat tangan dan menggelengkan kepala.
Tiffany sedikit cemberut dengan ledekan Narynra, Tiffany mengingat kembali sosok cowok yang dia temui tadi, masih terngiang di pikirannya. Cowok itu memiliki tubuh yang gemuk dan tidak proporsional, dengan rambut yang acak-acakan dan tidak terawat. Gayanya yang norak dan kurang stylish membuat Tiffany merasa tidak cocok dengan selera fashionnya. Namun, yang membuat Tiffany sedikit terkejut adalah cowok itu memakai kacamata yang membuatnya terlihat seperti orang culun. Bayangan cowok itu masih terngiang di pikiran Tiffany, membuatnya merasa sedikit bingung dan tidak percaya bahwa pertemuan mereka tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Tiffany menyilangkan tangan dan menatap ke depan dengan ekspresi kesal.
"Stop it, lo jangan ngeledek gue ya", ucap Tiffany dengan ekspresi kesal, sambil mengangkat tangan dan mengacungkan jari telunjuk ke arah Narynra.
"Kenapa sih Fan hihihi," ucap Narynra tertawa kecil sambil menggelengkan kepala dan mengangkat bahu, menunjukkan kesan lucu dan tidak percaya. Narynra menatap Tiffany dengan mata yang berbinar, seolah-olah penasaran dengan alasan Tiffany.
" Tau lah, Gue badmood," ucap Tiffany dengan ekspresi lesu, sambil menundukkan kepala dan menghela napas. Tangan Tiffany sedikit mengepal, menunjukkan kesan frustrasi dan kecewa.
"Ehhh jangan badmood dong, tapi ya Fan gue penasaran lo nemu itu cowo di mana sih?" tanya Narynra sambil mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi penasaran, sambil mencondongkan tubuh ke arah Tiffany. Narynra menatap Tiffany dengan mata yang berbinar, menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
"Aku nemu dia di game online, karena kita sering main bareng, ya gue kasih kontak gue, trus kita saling chating, nah trus kemaren dia minta ketemuan, ya udah gue iyain, ekspektasi gue tuh udah tinggi banget ya ehhh ternyata bukan jauh dari ekspresi gue malah ga masuk sama sekali sama ekspektasi gue," ucap Tiffany dengan lesu dan kecewa, sambil menggelengkan kepala dan menatap ke depan. Tiffany terlihat sedih dan kecewa, seolah-olah dia merasa telah dikhianati.
"Lagian lo berekspektasi ketinggian sih, buat pelajaran lo kedepannya lain kali kalo ketemu orang di dunia maya dan lo belum tau orangnya jangan di iyain buat ketemu, biar ga shock kaya tadi," ucap Narynra dengan bijak dan memberi masukan, sambil mengangguk dan menatap Tiffany dengan serius. Narynra memberikan nasihat dengan nada yang lembut, namun tegas.
"Ga ada lain kali, kapok gue, udah cukup sekali ini aja kenal orang di dunia maya, ga mau lagi-lagi gue," ucap Tiffany dengan ekspresi tegas dan tidak ingin mengulangi, sambil menggelengkan kepala dan menatap ke depan dengan serius. Tiffany terlihat yakin dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.
Narynra hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Tiffany.
"Oh ya Ryn, lo mau gue anter pulang, atau lo mau main ke rumah gue?" tanya Tiffany. Tangan Tiffany berada di setir, namun dia menoleh ke arah Narynra dengan senyum yang hangat.
"Anter gue ke makam aja," jawab Narynra dengan ekspresi serius dan mata yang sedikit berkaca-kaca, sambil menatap ke depan dengan pandangan yang jauh. Suara Narynra terdengar lembut, namun dengan nada yang serius.
"Makam?" tanya Tiffany lalu mengangkat sebelah alisnya.
"Iya gue mau ke makam bunda gue, udah lumayan lama gue ga kesana, sejak sibuk sama skripsi," ucap Narynra dengan ekspresi sedih dan menundukkan kepala, sambil menghela napas pelan. Tangan Narynra sedikit mengepal, menunjukkan rasa sedih dan kerinduan.
"Oke gue anter lo ke sana," ucap Tiffany mengerti dan menatap Narynra dengan simpati, sambil mengangguk pelan. Tiffany terlihat memahami keinginan Narynra dan siap untuk mengantarnya.
"Ntar lo langsung pulang aja gapapa gue mungkin lumayan lama di sana," ucap Narynra dengan lembut.
"Lo ga mau gue temenin?" tanya Tiffany memastikan dengan ekspresi peduli dan menatap Narynra. Tiffany terlihat ingin menemani Narynra, menunjukkan rasa peduli dan kasih sayang.
"Ga usah Fan gue sendiri aja," tolak Narynra dengan ekspresi tegas dan menggelengkan kepala, sambil menatap ke depan dengan pandangan yang jauh.
Tiffany memahami bahwa Narynra mungkin memerlukan waktu sendiri untuk mengenang dan berbagi perasaan dengan Bundanya di makam. Dia menyadari bahwa momen ini sangat pribadi dan emosional bagi Narynra, sehingga dia tidak perlu ikut campur atau mengganggu. Dengan memahami hal ini, Tiffany memutuskan untuk memberikan ruang dan waktu yang dibutuhkan oleh Narynra, sehingga dia bisa mengekspresikan perasaannya dengan bebas dan tanpa gangguan.
"Oke gue nurut kata lo", ucap Tiffany dengan ekspresi mengerti dan tersenyum.
Tiffany mengemudi mobilnya dengan stabil dan hati-hati, sambil sesekali melirik Narynra yang terlihat tenang namun dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Setelah beberapa menit berlalu, mereka akhirnya tiba di kompleks makam yang terletak di sebuah bukit yang rindang dan tenang. Tiffany memarkir mobilnya di dekat pintu masuk makam, lalu menoleh ke arah Narynra dengan ekspresi peduli.
"Ryn, kita sudah sampai", ucap Tiffany dengan lembut.
Narynra mengangguk pelan, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Tiffany juga keluar dari mobil, namun dia tidak ikut menuju makam.
"Aku pamit dulu, ya. Lo butuh waktu sendiri, kan?" tanya Tiffany dengan nada yang lembut.
Narynra mengangguk lagi, lalu tersenyum tipis sebagai tanda terima kasih. "Iya, makasih, Fan," jawab Narynra singkat.
Setelah berpamitan, Tiffany kembali ke mobilnya dan pergi meninggalkan kompleks makam, sementara Narynra berjalan menuju sebuah toko bunga yang terletak di dekat pintu masuk makam untuk membeli bunga sebelum mengunjungi makam Bundanya.
Narynra berjalan perlahan menuju makam Bundanya, dengan langkah yang tenang dan hati yang berat. Ekspresi sedih terpancar jelas di wajahnya, sementara mata yang berkaca-kaca menunjukkan bahwa dia berusaha menahan air mata. Ketika tiba di makam, Narynra menatap nisan hitam yang elegan dengan ukiran timbul nama Valerian Laurence.