"Mas Dani, apa yang kamu lakukan?" Tanya Ita saat masuk ke dalam rumah.
Betapa kaget nya Ita saat melihat sang suami tengah bermesraan dengan wanita lain di rumah mereka, lebih tepat nya tetangga baru samping rumah mereka.
"I-ita ..." Ucap Dani gugup.
"Permisi saya mau pulang saja dulu mas" ucap wanita itu sambil berlalu keluar rumah. Namun, Ita mencegah nya agar ia tetap duduk di dalam rumah.
"Mau kemana kamu pelakor?"
"Heh jaga ucapanmu itu ya, aku bukan pelakor."
"Kalau bukan pelakor lalu apa namanya yang bermesraan dengan suami orang lain?"
"Kamu tanya saja sama suami mu itu, siapa aku sebenarnya."
Ita langsung menoleh ke arah Dani seolah meminta penjelasan dari nya, namun bukan penjelasan yang ia dapat melainkan perlakuan kasar dari Dani.
"Ayok kita bicara kan di dalam kamar saja, Dina kamu pulang saja ke rumah mu."
"Baik lah mas, dadah sayang."
Ita di seret hingga masuk ke dalam kamar, setelah di dalam kamar ia di banting di atas kasur dengan sangat keras oleh Dani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Saat aku sedang duduk bermain hp, tiba-tiba Bu RT tempat tinggal ku dulu mengirimkan pesan padaku yang memberitahukan bahwa Ita ada di rumah lama. Sungguh hati ini menjadi senang saat istri yang selama ini pergi kembali lagi.
"Mas Dani, itu mbak Ita ada di rumah. Tapi sepertinya ia hanya ingin mengangkut barang saja."
aku mengkerut kan kening saat membaca pesan itu hingga akhir, apa maksud Bu RT dengan mengangkut barang? Tanpa basa-basi aku langsung bangkit dari duduk ku dan bersiap ke rumah lama.
"Mas, kamu mau kemana?"
"Aku mau ke rumah lama ku dulu dek, di sana ada Ita."
"Apa? Bukan nya ia pergi ya mas?"
"Iya, mungkin saja ada titik terang dimana surat-surat berharga itu."
"Aku pergi dulu ya dek," lanjut ku.
"Tapi mas ..."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam."
Aku pergi menggunakan mobil milik Bella, yang Dina ketahui bahwa mobil itu milik kantor ku.
Sepanjang perjalanan aku terus bertanya-tanya kenapa Ita sampai membawa semua barang, ku lajukan mobil ku dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai tujuan. Beruntung nya jarak rumah Dina dan Ita tidak terlalu jauh dan bukan area macet.
Sesampainya di sana terlihat mobil berwarna hitam terparkir di depan rumah ku, ada seorang laki-laki gagah juga di sana. Mungkin saja ia hanya taxi pesanan Ita.
Aku turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah, saat sampai di dalam rumah benar saja terlihat Ita sedang sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Ita ..." Dengan refleks ia langsung menoleh ke arah ku.
"Apa?" Jawab nya enteng.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Apa kamu buta mas?"
Terjadi percekcokan kami di dalam rumah, bukan hanya ada kami berdua melainkan juga ada Ajeng tetangga samping rumah kami dan ternyata Bu RT juga ada.
Bahkan ia mencemooh ku laki-laki tidak tahu di untung, aku malu sungguh aku malu. Memang semua yang ada di rumah ini di beli dengan menggunakan uang Ita.
Dulu saat aku belum mendapatkan pekerjaan seperti sekarang ini, aku meminta Ita untuk membeli barang-barang rumah tangga menggunakan uang milik nya. Karena aku berpikir bahwa kami akan terus bersama dan tidak akan terjadi nya perselingkuhan seperti yang ku lakukan sekarang ini.
Setelah perdebatan itu ia meninggalkan ku dan berpesan bahwa aku harus segea mengemasi semua barang-barang yang ada di rumah ini, aku tidak mau kalah dong dari dia.
Ku tantang balik dia untuk menyerah kan hak asuh Tiara pada ku, karena aku ayah nya. Namun, ternyata istri ku ini jauh lebih pintar dari ku.
Ia menjawab semua nya dengan sangat enteng, setelah ia melajukan mobil nya. Aku membuntuti mobil itu agar aku tahu dimana ia dan anak ku tinggal sekarang.
"Awas saja kamu Ita, akan ku buat kamu menyesal karena sudah memilih bercerai dengan ku. Lagian kenapa sih harus pisah segala? Kan enak kalau masih bersama, enak di dia enak di aku juga bisa bergilir. Senin dan Selasa di rumah istri tua, Rabu dan Kamis di rumah Dina, Jum'at dan Sabtu di rumah Bella. Sedangkan hari Minggu aku bawa jalan-jalan semuanya. Kan senang!"
Namun, saat Dani tersadar dari haluan nya itu. Ia kehilangan jejak mobil sang istri. Dan mau tidak mau ia harus putar arah pulang kembali ke rumah.
Bukan nya pulang ke rumah Dina melainkan ke rumah Bella, yang jarak nya tidak terlalu jauh dari tempat nya sekarang.
Namun, sebelum itu ia menelfon Dina terlebih dahulu memberitahu nya bahwa ia harus ke kantor. Padahal kantor tempat nya bekerja sedang cuti bersama.
"Hallo dek, maaf mas tidak langsung pulang ke rumah. Mas harus ke kantor lebih dulu karena ada pekerjaan."
"Iya mas, hati-hati di jalan ya sayang."
"Dah sayang" tuttt.
Dani memutuskan sambungan telfon dan kembali melajukan mobilnya ke arah rumah milik Bella.
Sesampainya di sana, Bella di buat keheran dengan sang suami pasal nya ia baru saja pulang ke rumah Kaka madu nya dan sekarang ia malah kembali lagi ke rumah nya.
"Loh mas?"
"Mas kangen sama kamu, dek."
"Kan kamu baru saja pulang ke rumah mbak Dina, mas."
"Apa tidak boleh mas singgah ke rumah ini?"
"Tentu saja boleh, mas sudah makan?"
"Belum, tapi mas pingin makan kamu dulu."
"Ish mas genit, kan tadi sebelum pulang sudah mas."
"Mau lagi," rengek Dani.
"Tapi ..."
"Kenapa sayang?"
"Aku lagi halangan mas, baru aja tadi pas abis main datang."
"Yahhh ..."
"Ya udah pake cara lain saja."
"Cara lain?"
