Ikutin kisahnya yang berakhir dengan perpisahan dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Yoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Dae masih diam sejenak. Dia bimbang mau memberitahukan atau tidak. Dae khawatir Ani tidak bisa menjaga mulutnya. Dia bisa saja keceplosan saat dipaksa berbicara.
Lalu Dae menatap kearah Ani yang sudah sangat siap mendengar cerita sahabatnya.
"Lo serius banget sih An. Santai dong, rileks jangan terlalu tegang. Kayak orang mau melahirkan aja Lo kelihatan tegang gitu, ckckckck," ledek Dae sambil cekikikan.
"Isssssh Lo nih Dae. Gw udah nungguin nih, buruan ceritanya. Gw lagi banyak waktu nih dengerin cerita Lo," kesal Ani.
Lalu Dae menarik nafasnya lagi dan menghembuskannya dengan lemas.
"Hah..., gw sama Presdir Ilyas hanya sebagai teman. Dan mengenai Presdir Edy, dia memang menyatakan cintanya. Tapi gw belom menjawabnya. Terus gw harus gimana dong An....! Huhuhuhu," Dae menundukkan kepalanya dengan berakting di depan Ani.
Sesekali Dae melirik ke depan melihat ekspresi sahabatnya itu.
"Loh kenapa Lo jadi nangis gini Dae...?! Apanya yang salah?" tanya Ani yang bingung melihat sahabatnya menangis.
"Gw kan belom bisa mwnjawabnya An...! Gw harus gimana sama Presdir Edy...? Gw gak mau ngasih harapan palsu sama dia," Dae berpura-pura tersedu. Padahal matanya memantau ekspresi sahabatnya.
"Dae..., emang Lo gak suka lihat Presdir Edy gitu. Padahal dia itu cakep dan tampannya luar binasa, eh luar biasa hihihi, salah sebut," ucap Ani dengan menutup mulutnya sambil cekikikan.
Lalu Dae menegakkan kepalanya dan menatap Ani dengan serius.
"Lo benar An, dia itu luar binasa, kurang ajar dan pemaksa. Apa gw harus berbagi hati dengannya?" bathin Dae bertanya-tanya.
"Hei...! Malah bengong diajak ngobrol. Gw nanya serius nih Dae.., masa Lo gak tertarik sama Presdir Edy?" tanya Ani lagi.
Dae sengaja memprovokasi Ani tentang Presdir Edy. Supaya Dae bisa menyembunyikan hubungannya dengan Ilyas dari sahabatnya ini.
"Gw tertarik sih, tapi kayaknya orangnya kurang asyik. Takut gak nyambung aja," jawab Dae santai.
"Gw saranin ya, mending Lo coba jalani aja hubungan Lo sama dia. Banyak loh perempuan diluar sana yang menginginkannya," ucap Ani yang memberi saran.
"Mmmm, gw akan memikirkannya. Seperti tidak buruk kalau gw mencobanya," balas Dae yang masih berpura-pura.
"Nah sekarang masalah Lo udah selesai. Gw senang Lo mau berbagi cerita. Sekarang gw akan kembali ke ruangan gw untuk bekerja. Selamat memikirkannya," Ani menepuk pundak Dae memberi dukungan.
"Hah...bebas gw dari nih orang. Sapa juga yang mau sama si kulkas. Mana mungkin gw membagi hati. Bisa-bisa gw dibilang poligami, tapi kalau perempuan yang banyak laki-lakinya, namanya apa ya, hmmm poliandri kali ya hihihi," gumam Dae sambil cekikikan.
Dae pun melanjutkan pekerjaannya. Dia berharap hari ini bisa dilewati dengan aman. Menunggu jam pulang kerja, Dae memilih menyelesaikan pekerjaannya.
Sedangkan di ruangan Presdir. Edy berdiri di depan jendela kacanya yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta dengan berbagai macam bangunan pencakar langit. Edy menyunggingkan bibirnya.
"Aku gak akan melepaskanmu Dae, aku akan membuatmu jatuh cinta denganku. Kau yang pertama dan aku akan pastikan kau yang terkahir," gumam Edy.
Di belakang Edy, Asisten Li sedang mengerjakan pekerjaannya. Namun sesekali dia melirik kearah Presdirnya. Selama menemaninya, baru kali ini Li melihat Edy seperti itu. Sering berdiri di depan jendela kacanya menatap tajam ke arah luar. Seolah-oleh memikirkan sesuatu.
Waktu pun terus berjalan, hingga sore pun datang. Jam pulang kerja akhirnya tiba. Dae semangat untuk bersiap-siap keluar dari ruangannya. Namun saat dia hendak melangkah keluar, tiba-tiba Edy datang keruangannya dan menghampiri Dae.
"Presdir, a..anda mau apa?" tanya Dae gugup.
"Saya hanya ingin pulang bareng sama kamu Dae. Ayo kita bareng," ajak Edy yang tak mau kalah dengan Ilyas.
"Te....tapi saya udah ada janji Presdir sama Presdir Ilyas," balas Dae yang sengaja menyebutkan nama Ilyas.
"Batalkan saja, bilang, kamu ada tugas tambahan dari saya. Buruan..," paksa Edy.
"Loh mana bisa seperti itu Presdir, ini sudah jam pulang kerja. Saya gak mungkin menyuruhnya kembali," tekan Dae.
"Saya tidak perduli. Kalau gitu saya yang akan menemuinya," ancam Edy.
"Eh....jangan Pak. Biar saya aja yang ngomong," Dae menahan lengan Edy secara spontan, lalu ketika dia sadar, Dae langsung melepasnya.
"Bagus," Edy menyeringai.
Lalu Dae mengambil ponselnya dan melirik ke arah Edy.
"Maaf Presdir bisa menunggu saya diluar sana," ucap Dae yang mengusir Edy.
"Kamu berani mengusir saya? Buruan kamu hubungi dia sekarang," perintah Edy.
"Isssssh, nih orang. Dasar kulkas pemaksa, seenaknya aja memerintah," gumam Dae dengan pelan.
Lalu Dae menghubungi Ilyas di hadapan Edy.
"Assalamu'alaikum Yas, maaf sepertinya hari ini aku tidak bisa pulang bareng kamu. Karena aku harus mengerjakan beberapa pekerjaan dengan karyawan disini. Aku harap kamu ngerti ya," ucap Dae memohon.
"Wa'alaikumussalam yanx. Oh ya udah gak apa-apa. Nanti kalau kamu udah sampai rumah, khabari aku ya. Aku pengen tau apa kamu sudah dirumah nanti atau belom," pinta Ilyas.
"Iya Yas, nanti aku akan khabari ya, udah dulu ya. Aku lanjut lagi tugasku, Assalamu'alaikum Yas," ucap Dae menyudahi obrolannya.
"Iya yanx, Wa'alaikumussalam, hati-hati dijalan nanti ya," balas Ilyas.
"Iya Yas."
Lalu tlp pun dimatikan. Obrolan selesai di hadapan Edy.
"Udah, puas Presdir menguping pembicaraan saya. Dasar tukang kepo," ledek Dae dengan ketus.
"Kamu berani memarahi saya, Dae?" ucap Edy dengan tatapan menusuk. Dia mendekat kearah Dae dan berdiri tepat di hadapannya hingga tak berjarak.
"Coba kamu marahi saya sedekat ini. Saya ingin lihat keberanian kamu sampai dimana," ucap Edy dengan memegang dagu Dae hingga mereka bertatapan.
"A....anu Presdir, saya gak berani," seketika Dae menciut saat dihadapan Edy.
"Jadilah kekasihku Dae. Aku janji gak akan berbagi hati dengan yang lain," ucap Edy dengan menatap mata indah Dae.
Dae menepis tangan Edy dari dagunya. Dia membuang muka kesamping dan berkata,
"Aku juga tidak ingin berbagi hati dengan yang lain. Presdir tau aku menjalin hubungan dengan dia, kenapa Presdir memaksa kehendak?" tanya Dae tanpa berani menatap kearah Edy.
"Ya, kamu benar Dae, aku memaksa. Itu karena cintaku tidak terpaksa untukmu. Cintaku tulus Dae, sehingga aku menginginkanmu," balas Dae.
"Aku gak bisa. Kamu boleh marah, tapi tidak bisa memaksaku untuk mencintaimu," sarkas Dae dengan kejam.
"Aku tau Dae. Tapi di hadapanmu aku mengemis cintaku Dae. Beri aku kesempatan. Aku akan membuatmu jatuh cinta denganku dalam waktu 3 bulan. Jika aku tidak bisa membuatku mencintaiku, aku akan melepaskanmu," ucap Edy dengan permohonannya.
Dae diam sekejap, tapi dia tak langsung menjawab keinginan Edy.
"Walaupun aku saat ini jalan sama dia, kamu masih mau memintaku memberimu kesempatan?" tanya Dae gak percaya dan merubah panggilannya.
Edy pun mengangguk yakin. Dia sudah memantapkan keinginannya. Walaupun harus berbagi bersama Ilyas.
"Aku tidak bisa. Maaf, aku gak bisa," balas Dae.
"Kenapa Dae, hanya tiga bulan saja. Setelah itu aku gak akan ganggu kamu lagi, aku janji Dae," Edy memohon.
Edy benar-benar meninggalkan sikap dinginnya dan harga dirinya demi Dae nya. Dia rela menundukkan kepalanya hanya karena seorang Dae. Dae sudah merubah penampilannya yang dingin menjadi manis seperti gula.
"Hahahaha, Presdir...., aku ini hanya perempuan jelek yang gak menarik. Kenapa harus tertarik denganku. Hah, kisah cintaku terlalu rumit," gumam Dae dengan suara kencang.
"Dae, aku serius!" Edy menarik Dae dalam pelukannya sehingga tangan Edy melingkar indah di pinggang Dae.
Dae tersentak dan dia tanpa sengaja langsung mengalungkan tangannya ke leher Edy dan tatapan mereka bertemu hingga bibir mereka menyatu. Perlahan Edy melu*** bibir Dae dengan lembut hingga menggigitnya supaya bibir sexy Dae terbuka. Dengan begitu Ilyas bisa mengeksplore lidahnya untuk menyapu ruangan itu. Nafas memburu pun terdengar di ruangan Dae. Dae merasa kakinya lemas hampir lunglai, namun Edy menahan pinggangnya agar tak merosot.