Isabella adalah Anak dari seorang pelayan yang bekerja di keluarga bangsawan, Thompson. Ia selalu menemani putri keluarga tersebut, Catalina Thompson.
Catalina selalu memperlakukan Isabella dengan buruk. Memperkejakan Isabella semena-mena. Suatu hari, Catalina mengalami kekalahan dalam bertaruh dengan teman-temannya. Ia memerlukan uang banyak, karena tidak ingin kebiasaan buruknya di ketahui oleh kedua orangtuanya, Catalina tega menjual Isabella pada mucikari.
Isabella tidak bisa membantah perlakuan Catalina. Wanita itu mengancam keselamatan ibunya. Tidak mau ibunya lenyap oleh Catalina, Isabella pasrah ketika dijual di rumah bordil.
Bagaimana kisah Isabella selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ramuan
"Maaf tuan," suara Markus terdengar dari balik pintu kamar. "Tuan Antonio ingin bertemu anda." ucapnya.
Catalina mengepalkan tangannya, ia kesal, baru saja ingin memulai pendekatan dengan Alejandro, ada saja halangannya.
Tanpa banyak kata, Alejandro bergegas keluar kamar, membiarkan Catalina yang mematung.
"Ada apa dia kemari?" tidak biasanya Antonio datang di malam hari. Pria itu pasti membawa berita penting.
"Tuan Antonio menunggu di ruang kerja." Markus hanya menyampaikan kedatangan Antonio, ia tidak tahu berita apa yang membawa laki-laki itu datang.
Benar saja, Antonio membawa kabar buruk. Gudang senjata miliknya di rampas oleh sekelompok bandit. Hal ini merugikan Alejandro. Belum memulihkan kerugian tempo lalu, sekarang sudah merugi kembali.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" terdengar jelas sekali nada amarah yang tertahan. Alejandro berusaha mengontrol emosinya.
"Aku menduga ada pekerja kita yang berkhianat." kata Antonio. Pengawas di gudang cukup ketat, dugaan mengerucut pada orang dalam yang berkhianat.
"Selidiki secepatnya, rebut kembali semua yang mereka rampas dari ku." perintah Alejandro.
"Aku sudah menyebar orang kita untuk mencari pelakunya." sebelum ia datang ke rumah Alejandro, Antonio sudah mengutus orang kepercayaannya untuk menyelidikinya.
"Ale, apa kau sungguh berniat untuk menikahi putri walikota itu? aku dengar dia datang bersama mu?" Antonio tidak menyangka Alejandro akan mengikuti sarannya untuk mempermudah jalur perdagangan, dengan cara menikahi orang yang memiliki kuasa.
"Saran mu tidak buruk. Aku memang harus memanfaatkan kekuasaan walikota." jawabnya.
"Oh begitu.. Aku pikir kau mencintai budak itu." perlakuan Alejandro sangat berbeda pada wanita sebelumnya. Budak yang sekarang di perlakukan secara istimewa, itu yang Antonio lihat.
"Dia hanya budak. Isabella tetap menjadi milik ku walau aku menikahi wanita lain."
"Hati-hati bung, jangan mempermainkan wanita. Pilih salah satu dari mereka. Pernikahan bukan untuk main-main." ucap Antonio memperingati.
Alejandro terkekeh. "Banyak pria yang mempunyai selir lebih dari satu."
"Mereka melakukannya karena nafsu. Sedangkan kau, aku lihat kau memiliki rasa pada wanita itu."
"Kau terlalu banyak bicara, Antonio!" sela Alejandro. "Pergilah! kau mengganggu tidur ku saja."
Antonio menghela. "Baiklah, aku pergi." lalu pria itu tertawa. "Apa aku sempat mengganggu acara malam panas mu?"
"Tutup mulut mu!"
"Huh! dasar pemarah!"
***
Pagi-pagi sekali Alejandro sudah berada di kamar Isabella. Ia tidak tahan berpisah lama dengan wanitanya.
"Tuan.." Isabella terkesiap saat mendapati Alejandro tengah duduk di ranjangnya, memandanginya begitu lekat.
Alejandro tersenyum. "Nyenyak sekali tidur mu."
Isabella beringsut, ia malu. Penampilannya yang baru bangun tidur sama sekali tidak sedap di pandang. "Menjauh sedikit, tuan. Aku malu."
"Kita mandi bersama. Emma sudah menyiapkan pemandian." Alejandro mengangkat tubuh Isabella, membawanya ketempat pemandian.
Isabella menatap sebal. "Tuan, ini masih pagi. Tuan mau meniduri ku?"
Alejandro tertawa, Isabella ini tahu sekali keinginannya. "Tidak! aku tidak ingin meniduri mu." balasnya.
"Benarkah?" ia sedikit bernafas lega.
"Meniduri itu di lakukan di ranjang. Aku melakukannya di tempat berbeda." bisik Alejandro.
"Itu sama saja, tuan!"
"Tentu berbeda!"
Alejandro menceburkan diri ke kolam berisi air hangat. "Lakukan tugas mu." ucapnya setelah menurunkan Isabella. Ia meminta Isabella untuk melayani, memandikannya.
"Astaga, Isabella! kau sengaja menggoda ku?" kata Alejandro ketika tangan Isabella membasuh dada kekarnya.
"Tidak tuan. Aku hanya menjalankan tugas ku. Bukankah tuan ingin dimandikan?" jawab Isabella.
"Tapi kau menyentuh ku begitu sensual. Pakaian mu juga terlihat erotis, seperti sedang menggoda ku."
Isabella mendengus sebal. Mana bisa di katakan dirinya sedang menggoda?
"Tuan saja yang berfikir mesum! aku tidak menggoda, sentuhan ku biasa saja dan pakaian ku basah seperti ini karena ulah tuan!"
Alejandro tertawa terbahak-bahak. Ia suka melihat raut wajah Isabella yang sedang kesal. "Kau terlihat menggemaskan." ia menarik tubuh Isabella untuk mendekat. Menelusupkan kepalanya di ceruk leher wanitanya, menghirup aroma tubuh Isabella yang begitu memabukkan.
"Isabella.. sepertinya aku jatuh cinta pada mu." lirih Alejandro. Pria itu tidak sadar mengakui perasaannya.
Jika berdekatan dengan Isabella, Alejandro selalu saja bergelora, tidak ingin melepaskan wanita itu. Dan jika berjauhan dengan Isabella, Alejandro merasa rindu berat. Bukankah perasaan itu bisa disebut dengan cinta?
Isabella mematung, apa ia tidak salah dengar? Alejandro menyatakan cinta padanya? "Tuan bicara apa?" tanya Isabella untuk memastikan.
Tapi Alejandro tidak mendengarnya, pria itu sudah sibuk dengan kegiatan yang mengasyikan. Menyesapii bagian tubuh Isabella.
***
Seharian ini, Isabella diperbolehkan menemani Hulsa. Alejandro juga memberi ijin agar Hulsa di bebas tugaskan hari ini.
"Terimakasih Isabel. Berkat kau, aku bisa bersantai seharian penuh."
"Iya. Aku bosan, di rumah utama itu aku tidak memiliki teman. Semua pelayan enggan mengganggap ku ada." ujar Isabella.
"Mereka pasti iri karena kau bisa dekat dengan tuan Ale." memang benar apa yang dikatakan Hulsa. Para pelayan wanita sangat iri pada Isabella yang bisa dengan mudah menarik perhatian taun Alejandro. "Kau pasti sangat dimanjakan oleh tuan Ale. Benarkan?"
"Jangan membahas itu. Aku berencana ingin kabur dari sini." Isabella berkata lirih sembari melihat situasi sekitar.
Hulsa mendelik. "Yang benar? hidup mu sudah nyaman, kenapa ingin kabur?"
"Aku tidak mau seumur hidup ku terperangkap disini. Aku ingin menikah dan memiliki suami yang mencintai ku." ujarnya. Alejandro hanya menganggapnya sebagai wanita pemuass. Jika saja Alejandro mau menikahinya, mungkin Isabella akan bertahan.
"Ajak aku kalau kau mau kabur. Aku juga sudah bosan di sini."
Isabella mengangguk. "Ya, kita pergi bersama."
Sore harinya, Isabella kembali ke kamar. Di sana Emma sudah menunggu. "Ada apa, Emma?"
"Aku lupa memberimu ramuan ini."
"Aku tidak lagi membutuhkan itu. Tubuh ku tidak lemah lagi, Emma. Itu rasanya pahit, aku tidak suka." seringkali Emma memberikan ramuan padanya. Isabella sudah merasa tidak selemah seperti dulu, yang baru saja keluar dari tempat para budak. Asupan makanan pun sangat terjamin. "Berikan saja pada yang lainnya." tolaknya.
"Kau harus meminumnya." desak Emma.
"Tidak mau!"
"Tuan Ale akan marah kalau tahu kau tidak mau meminum ini."
"Aku masih kuat melayaninya walau tidak meminum itu."
"Jangan membantah! minum saja.." Emma mendesak.
Isabella menatap curiga pada Emma. "Sebenarnya ramuan apa itu?"
Emma terdiam, ia tidak menjawabnya. Namun tiba-tiba Greta datang dan menjawab pertanyaan Isabella. "Itu ramuan khusus pencegah kehamilan."
Isabella terkesiap. Ia tidak menyangka, apa benar yang dikatakan Greta? jika benar, itu berarti Alejandro sama sekali tidak menginginkan dirinya mengandung benihnya. Padahal pria itu dengan gencar selalu menidurinya.