Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Madhiaz menggenggam tangan Papanya dan memberikan isyarat gelengan kepala supaya tak merusak pernikahan sang adik tercinta. “Jika ingin menanyakan sesuatu, lebih baik seteleh pernikahan. Hargai keputusan Cathleen.” Ia menasehati Tuan Pattinson dengan berbisik. Seolah merasakan firasat kalau pria yang sudah membesarkan dirinya itu hendak memprotes.
Sebagai saudara yang baik, Madhiaz akan membantu adik kembarnya. Supaya kejadian ketika pernikahan Alceena yang merupakan adiknya tidak terulang kembali.
Papa Danzel mengangguk. Padahal hanya ingin bertanya kenapa mempelai pria berubah. Dia pikir yang akan menikahi Cathleen adalah Edbert. Ia juga tak berniat memberikan ujian sebelum pernikahan seperti yang sudah pernah dilakukan. Belajar dari pengalaman, tak ingin sesuatu hal yang buruk terulang lagi.
“Tidak jadi, silahkan dilanjutkan,” ucap Papa Danzel seraya memberikan isyarat menggunakan tangan menengadah dan diangkat ke atas.
Cathleen sempat merasakan debaran di jantung yang begitu hebat. Rasanya takut sekali kalau mendadak di detik terakhir sebelum menikah, orang tuanya menggagalkan semua rencana yang telah berhasil dicapai hingga titik ini. Tapi, kini ia bisa bernapas lega.
Sedangkan Gerald, pria itu tetap saja santai. Bahkan sejak tadi tidak peduli dengan Tuan Pattinson yang sempat menjeda prosesi pernikahan.
Sepasang calon pengantin itu menghadap pada orang yang akan menikahkan mereka.
“Baiklah, jika tidak ada yang ditanyakan lagi, saya akan mulai,” ucap petugas berpakaian rapi tersebut.
Gerald tidak ingin melontarkan janji sepanjang jalan tol, sehingga meminta supaya orang yang menikahkan dirinya saja yang mengajukan pertanyaan dan ia cukup menjawab.
“Gerald Gabriel Giorgio, apakah kau menikahi Evanthe Cathleen Pattinson atas dasar cinta, kepercayaan, dan tanpa paksaan siapa pun?”
“Ya,” jawab Gerald, walaupun semua itu bohong. Tapi di belakang ada orang tuanya yang mengawasi. Bisa diseret dan dibuat impoten oleh sang Mommy kalau mangkir dari kesanggupannya untuk menikahi Cathleen, wanita yang tidak dia cintai dan tak pernah dibayangkan kalau akan memiliki hubungan dengan orang yang berdiri di sampingnya.
Pertanyaan yang sama pun dilontarkan untuk mempelai wanita. Dan tentu saja dijawab oleh Cathleen dengan kata persis seperti Gerald.
Orang yang menikahkan sepasang calon pengantin itu menatap ke arah Gerald. “Apakah kau, Gerald Gabriel Giorgio, bersedia menerima Evanthe Cathleen Pattinson sebagai istrimu dan bersedia mengasihi, menjaga, serta hidup bersamanya dalam kondisi apa pun?”
“Ya, aku bersedia,” jawab Gerald dengan wajah yang tak menunjukkan kebahagiaan.
Pertanyaan yang sama juga diajukan untuk Cathleen. Tentu saja wanita itu tanpa ragu menjawab, “aku bersedia.”
“Dengan ini, saya nyatakan kalian berdua resmi menjadi pasangan suami istri.”
Hanya Cathleen, Madhiaz, dan Geraldine yang tersenyum di sana. Para orang tua dan mempelai pria tetap saja datar.
Tuan dan Nyonya Pattinson bukannya tak bahagia atas pernikahan putri mereka. Tapi masih mencoba mencerna tentang situasi yang membuat mereka bingung. Pasalnya, Cathleen tidak pernah mengenalkan Gerald sebagai pasangan. Bahkan pria itu juga belum pernah meminta izin untuk menikahi salah satu keturunan mereka.
Setelah dinyatakan resmi menjadi pasangan suami istri, Gerald tidak berniat untuk mencium Cathleen layaknya pengantin baru pada umumnya. Bahkan ia juga tak membawa cincin.
Tapi, benda berbentuk bulat itu sudah dipersiapkan oleh Cathleen. Ia menyodorkan kotak perhiasan. “Ini, aku sudah membeli dua cincin untuk pernikahan kita.”
Gerald tak langsung mengambil cincin tersebut. Ia masih mengamati saja.
Kedua mempelai itu masih menghadap ke depan, sehingga orang-orang yang berdiri di belakang tidak bisa melihat jika Cathleen menyodorkan sesuatu pada Gerald.
...*****...
...Kamu yakin akan bahagia hidup sama Gerald, Cath? Manusianya aja begitu...
aq sering kyk gitu.. merem tp gk tidur, dan itu kenyataan