Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.
Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.
Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman baru
Hampir dua puluh menit Haira meringkuk membelakangi Mirza. Tubuhnya membeku dan tidak berani untuk bergerak. Hatinya gelisah menahan takut. Apalagi saat tangan Mirza menyenggol punggungnya, keringat dingin bercucuran menembus pori-pori.
Tak seperti biasaya yang selalu garuk-garuk karena nyamuk, kali ini Kemal nampak tenang, selimut tebal yang membalut tubuh mungilnya membuat bocah itu nyaman.
Apa yang dilakukan Tuan Mirza, kenapa dia tidak bisa diam sih, menggerutu dalam hati.
Mirza mengulas senyum. Menghirup dalam-dalam aroma sampo yang menenangkan. Ia rindu dengan Haira, keberaniannya saat melawan Arini membuat Mirza salut.
Matanya tak teralihkan dari punggung Haira yang nampak tenang.
"Aku tahu kamu belum tidur, Ra," ucap Mirza kembali menatap langit-langit kamarnya. Menggunakan kedua tangannya sebagai bantal.
Tak ada jawaban, bibir Haira tetap membisu. Memejamkan matanya, pura-pura tidak mempedulikan sang suami.
Mirza melingkarkan tangannya di pinggang langsing Haira yang membuat sang empu terkejut.
Dadanya kian bergemuruh hebat saat napas Mirza menerpa daun telinganya.
"Tu...Tuan mau apa?" tanya Haira gugup. Kedua tangannya mencengkram sprei di bawahnya.
"Aku hanya ingin memelukmu, Ra." Mencium bahu Haira dengan lembut.
Kejadian kala itu, rasa sakit yang pernah Mirza ciptakan tiba-tiba saja membuat Haira histeris.
"Jangan lakukan itu lagi, Tuan. Saya takut." Haira terisak dan menepis tangan Mirza, yang mana membuat pria itu terbangun.
"Ra, kamu kenapa?" tanya Mirza. Mengusap lengan Haira yang bergetar mengikuti tubuh. Merengkuhnya lagi dengan erat lalu berbisik, "Aku tidak akan melakukannya lagi, Ra. Maafkan aku," ucap Mirza mencoba menenangkan Haira yang masih tenggelam dalam tangis.
Mirza mengusap pipi Haira yang dipenuhi dengan air mata. Membaringkan tubuhnya hingga keduanya saling tatap.
"Kita akan memulai dari awal, Ra. Aku akan mengubah sikapku yang sering kasar padamu. Aku tidak akan menyakitimu lagi." Mirza memeluk Haira. Mencium kening wanita itu dengan lembut dan lama.
Aku akan menyembuhkan lukamu.
"Sekarang tidurlah, aku akan menjagamu."
Mirza mendekap tubuh Haira. Memberikan kehangatan di tengah dinginnya malam yang semakin sunyi. Sesekali mengusap pipi wanita itu dengan lembut.
Tangan Haira mengulur menautkan lima jarinya di jari Mirza.
"Bantu saya untuk melupakan semuanya."
Mirza mengangguk, memberikan ciuman mesra sebelum keduanya terlelap.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Haira menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Sayup-sayup mendengar suara tawa dari balik sofa. Matanya terbuka saat melihat Kemal dan Mirza sedang bermain bersama.
"Ayo Daddy, lawan aku." Kemal menunjukkan robot yang menurutnya paling kuat.
Mirza pun mengeluarkan robot besar dari belakang. Lalu keduanya saling beradu ketangkasan. Mereka tampak bahagia, apalagi Kemal yang haus kasih sayang, kini merasa hidupnya lengkap.
Haira tersenyum. Menyibak selimutnya lalu turun menghampiri mereka.
"Mommy sudah bangun." Seperti biasa, Kemal mencium pipi Haira sebagai ucapan selamat pagi.
Dari hati yang terdalam, Mirza merasa iri dengan tingkah Kemal, namun ia tak bisa sebebas bocah itu.
Kemal menatap Mirza dan Haira bergantian.
"Apa daddy boleh mencium Mommy?" tanya Kemal polos.
Haira membulatkan mata. Jantungnya berdegup dengan kencang mendengar ucapan Kemal.
Semalam Mirza memang sudah menciumnya berkali-kali, tapi itu hanya sebatas membantu Haira yang bersedih, saat ini ia malu jika itu terjadi lagi.
Mirza tersenyum, seandainya bisa, ia ingin meminta Kemal mendesak mommy nya untuk mengangguk, mungkin itu akan menjadi keinginan yang tak pernah tercapai.
"Mommy, boleh ya?" Kemal menggoyang-goyangkan lengan Haira.
"Mommy belum mandi, Sayang." Haira mencari alasan untuk bisa menghindar.
"Nggak papa," sahut Mirza dengan cepat.
Seketika itu wajah Haira merah merona. Merasa terpojok dengan situasinya.
"Cepetan mommy, aku sudah menutup mata." Kemal menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Mirza menggaruk alisnya yang tidak gatal. Masih menunggu persetujuan Haira yang nampak ragu.
"Sudah apa belum?" tanya Kemal tanpa menurunkan tangannya.
"Kemal jangan buka mata kalau daddy belum suruh ya?" ucap Mirza.
"Iya Daddy,'' jawab Kemal kemudian.
Tanpa aba-aba, Mirza menarik tengkuk leher Haira lalu mencium bibir wanita itu dengan lembut dan lama. Meskipun Haira tak membalasnya, tetap saja itu terasa manis dan tak ingin dihentikan.
Setelah beberapa menit, Mirza melepas ciumannya lalu mengusap bibir Haira yang basah.
"Kemal sudah boleh membuka mata, Nak," ucap Mirza setelahnya.
Kemal menatap kedua orang tuanya bergantian lalu tersenyum.
"Terima kasih Daddy sudah datang. Selama ini Mommy kesepian. Mommy selalu menangis saat hujan lebat. Rumah kita bocor. Mommy nggak punya uang untuk menggantinya. Apa aku dan mommy boleh tinggal bersama Daddy?"
"Kemal," sergah Haira malu-malu.
Hati Mirza tersayat mendengar ucapan Kemal. Selama ini hidupnya penuh dengan kemewahan. Apa yang diinginkan terkabul, sedangkan anak dan istrinya harus menderita dan hidup serba kekurangan.
Kemal menundukkan kepalanya. Mengadu bukanlah sikap yang baik, dan Haira sudah mengajarkan padanya jika tidak semua yang didengar itu diadukan pada orang lain, namun jiwanya yang masih sangat kecil terkadang tak tahan untuk menyimpan semuanya.
"Kemal dan mommy boleh tinggal dengan daddy untuk selamanya."
"Beneran?" tanya Kemal memastikan.
Mirza mengangguk lalu mengambil ponselnya yang ada di meja. Ia menghubungi Erkan. Menyuruh pria itu datang ke kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Erkan sudah mematung di ambang pintu. Pria yang sudah rapi dengan setelan jas hitam itu diam menunggu perintah.
"Kemal main sama paman Erkan. Daddy mau bicara sebentar dengan mommy."
Kemal berlari menghampiri Erkan.
Setelah pintu tertutup rapat, Mirza beralih duduk di samping Haira. Mengikis jarak antara keduanya.
"Bersikaplah seperti seorang istri pada suaminya. Beri aku kesempatan untuk menjaga kamu dan juga Kemal."
"Bagaimana dengan surat perjanjian itu, Tuan?"
"Aku sebagai pihak pertama, itu artinya aku yang berhak mengubah semuanya. Hukuman masih tetap berlaku."
Menjeda ucapannya sejenak, memegang kedua lengan Haira.
"Jadilah istri yang sesungguhnya untukku. Aku akan menjadi Daddy nya Kemal dan anak-anak kita nanti."
Buliran bening lolos membasahi pipi Haira. Ia melihat ketulusan di manik mata Mirza. Seolah-olah menggambarkan, jika pria itu benar-benar berubah.
"Tapi saya tidak bisa menjadi Nona Lunara, saya Haira yang tidak sepadan dengan derajat, Tuan."
"Kamu terima hukuman baru, atau berpisah dengan Kemal?" ancam Mirza yang membuat Haira semakin takut. Ia tak mengerti dengan sikap Mirza yang terkadang lembut, namun juga bisa kasar disaat yang bersamaan.
"Ba... Baik, Tuan. Saya akan menjalani hukuman lagi. Tapi saya mohon jangan pisahkan saya dengan Kemal."
Mirza tersenyum penuh kenennagna lalau memeluk Haira.
Maafkan aku, Ra. Bukan maksudku memarahimu, aku hanya tidak mau kamu terus nenolakku. Mulai hari ini, kamu dan Kemal akan berada di sisiku selamanya.
𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚗𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚞𝚗𝚝𝚢 𝚊𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊 🤣🤣