Oryza Sativa mengira pernikahannya selama ini baik-baik saja. Memiliki suami yang begitu perhatian dan mencintainya. Memiliki sepasang putra dan putri yang tampan dan cantik serta menggemaskan.
Memiliki mama mertua yang juga menyayangi dirinya walaupun sedikit judes, tapi ia tak mempermasalahkannya. Hingga satu persatu rahasia sang suami juga keluarganya terkuak membuatnya seperti mati rasa. Cinta yang diagung-agungkannya seketika musnah. Hatinya hancur sejadi-jadinya.
Bertahan atau melepaskan, manakah yang harus ia pilih?
Yuk, mampir di karya author D'wie!
Semoga suka.
Saranghaeyo 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.24
Brakkk ...
"Kau kenapa?" tanya Hendrik yang baru saja bangun dari tidurnya. Padahal hari sudah pukul 7, biasanya ia sudah bersiap-siap untuk bekerja, terkadang sudah berangkat, tapi hari ini ia justru baru membuka matanya. Itupun karena Githa yang membuka pintu kamarnya dengan kasar.
"Apa seperti itu hasil didikan istrimu itu? Anak-anakmu semuanya pembangkang dan kurang ajar. Teriak-teriak mulu, berisik banget. Kenapa mereka nggak kamu kasiin sama perempuan itu aja sih sayang dari pada menuh-menuhin isi rumah aja. Bikin repot dan berisik," adu Githa seraya membanting tubuhnya di atas ranjang dengan bibir mengerucut.
Melihat Githa cemberut seperti itu, Hendrik justru terkekeh dan memeluk Githa seraya menciumi bibirnya.
"Biar gitu mereka itu anak-anakku, sayang. Biasanya mereka nggak gitu ah. Mereka anak-anak yang baik dan penurut. Mungkin karena mereka kangen ibunya jadi mereka berontak. Kamu coba dekatin mereka, pasti mereka akan segera luluh sama kamu sama seperti aku," ucap Hendrik enteng. "Nanti aku coba ngomong sama mereka deh biar nggak kayak gitu lagi," imbuhnya lagi dengan tangan yang mulai bergerak liar.
Masih merasa kesal, Githa lantas menahan lengan Hendrik yang kian bergerak liar menyentuh titik-titik sensitifnya.
"Tapi kan nanti kita punya anak sendiri, jadi kamu nggak perlu repot-repot urusin mereka," ketus Githa yang sepertinya sangat tidak menyukai keberadaan Raja dan Ratu.
"Tapi aku menyayangi mereka, sayang. Aku nggak mau anak-anakku ikut Ryza dan hidup kesusahan nantinya. Dimana harga diriku sebagai seorang ayah kalau membiarkan anak-anaknya hidup dalam kesusahan," ucap Hendrik yang kini telah menghentikan permainan tangannya. Hendrik seolah yakin kalau hidup Oryza akan menderita dan dalam kesusahan selepas darinya. Bahkan ia meyakini, Oryza takkan butuh waktu lama pasti akan kembali lagi sebab ia tak memiliki apa-apa. Mau bekerja pun, ia tak memiliki pengalaman apa-apa. Ingin meminta bantuan orang lain juga, ia tidak memiliki keluarga apalagi sahabat. Oryza memang memiliki seorang ibu, tapi ia takkan mungkin mau menemui ibunya sebab Oryza telah begitu kecewa bahkan membenci ibunya itu.
"Ck ... yayaya, terserah kau sajalah," ketus Githa yang kini sudah membalik tubuhnya membelakangi Hendrik.
Hendrik yang tahu Githa tengah kesal kepadanya lantas segera menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.
...***...
"Hai, sayang," sapa Hendrik pada kedua anaknya yang sedang bergelung dengan selimut. Lalu ia mencium puncak kepala keduanya bergantian, tapi keduanya tak bergeming sama sekali. Mereka hanya diam membisu dan justru memilih menutupi tubuh mereka dengan selimut.
"Kok cemberut aja sih? Kalian kenapa?" bujuk Hendrik mencoba sabar dengan sikap keduanya.
"Kami nggak mau ngomong sama ayah, ayah jahat bikin bunda pergi," seru Raja dari dalam selimut.
"Ayah jahat. Gala-gala ayah bawa Tante ulat bulu, bunda jadi pelgi. Hiks hiks hiks ... Kami mau bunda. Mana bunda ayah? Balikin bunda," ucap Ratu tergugu.
Hendrik menghela nafas panjang, "Sayang, kok panggil mama Githa Tante ulat bulu sih? Siapa yang ngajarin ngomong gitu? Itu namanya nggak sopan sayang."
"Bialin. Tante ulat bulu juga ndak syopan. Dia masyuk-masyuk kamal kami telus malah-malah. Tadi kak Laja juga didolong sampai jatuh. Tante ulat bulu jahat. Ayah juga."
"Kalian katanya nggak mau makan, kenapa?" tanya Hendrik mencoba mengalihkan pembahasan tentang Githa.
"Nggak mau makan. Maunya sama bunda."
"Nanti kalian sakit lho."
"Bialin. Ayah kan Ndak sayang Latu lagi. Latu sakit ayah malah ndak pulang-pulang. Pas pulang malah bawa Tante ulat bulu dan buat bunda pelgi. Ayah jahat. Laktu syebel sama ayah."
"Bunda ... hiks ... hiks ... hiks ... "
"Kalian nggak boleh keras kepala kayak gini, nanti ayah marah lho."
"Terserah."
"Telselah."
Hendrik menghela nafas panjang, benar kata Githa, ternyata anaknya kini telah benar-benar keras kepala. Entah apa yang telah diajarkan Oryza pikirnya. Padahal Oryza tidak pernah mengajarkan hal-hal yang buruk. Justru anak-anak jadi seperti itu karena perbuatan ayahnya sendiri.
...***...
menghibur sekali crt nya
kebanyakan nikah nya dadakan dan instan hehehe
semua Krn ulamu sendiri
coba aja klo ingin ganggu Riza bs2 segera deat dirimu git
ayoo ti ajarin Saturnus dlm bercinta..
kamu kan Uda berpengalaman
masak si sepolos itu Saturnus
di paksa nikah sama BPK Saturnus 😴😴