Mengharuskan menjalani pernikahan disaat istri pertamanya masih hidup? Lebih uniknya harus dijodohkan oleh istrinya sendiri.
Pernikahan yang diawali dengan niat untuk agar dapat merawat suaminya dan bersiap jika operasi yang akan dijalani gagal oleh sang istri pertama.
Akankah Alva dapat bertahan dengan niat itu? Bisakah dia menjadi istri selamanya sosok bernama Adnan dan menjadi satu satunya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatmass, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24
Alva sudah memasuki mobil terlebih dahulu dan tak lama kemudian Adnan juga masuk menyusul ke dalam mobil.
Di dalam mobil James hanya diam seakan-akan ia tidak melakukan apapun. Bahkan ia tidak memberitahukan kepada kedua bosnya itu bahwa ia tidak masuk ke dalam kampus.
James melihat Adnan dari kaca spion, Ia melihat tuannya itu sedang senyum-senyum sendiri walaupun senyuman itu sangat terlihat kecil tapi baginya itu terlihat sangat jelas di matanya.
Karena tentu ia tau tuannya sendiri. Semenjak kedatangan Alva di kehidupan tuannya itu, semua berubah dari sikapnya, kebiasaannya, dan bahkan penyakit traumanya yang dimiliki juga berpengaruh.
'Aku tidak tau jika nyonya Melanie sadar apakah tuan dan nyonya Alva masih bisa seperti ini!" Guman James di dalam hati.
Karena ia tau dari drama drama yang ia lihat bahwa tidak ada seorang istri pertama yang mau diduakan apalagi di saat pengetahuannya dan di depan matanya.
James memang sangat berharap tuannya Adnan dan juga nyonyanya Alva bahagia dan saling menatap.
Terselip dalam hati kecilnya sebenarnya ia juga memiliki keinginan untuk agar Melanie pergi dari kehidupan Adnan.
Sementara di belakang bangku Adnana dan juga Alva masih saling diam. Alva masih sibuk hanya nekihat lihat dari luar jendela.
Sedangkan Adnan memainkan ponselnya sesekali tatapannya menuju ke arah Alva.
"Bagaimana aku bisa membahas masalah ciuman kepadanya!" Batin Alva mengingat kembali kejadian sebelumnya di kantor Adnan.
Ia benar benar malu dan saat ini masih saja mengutuk dirimya sendiri.
"Apa kau tidak akan memakai sabuk pengamanmu?" Tanya Adnan tiba tiba.
"Tidak!" Jawab Alva.
"Pakailah agar kau tidak ci la ka!" Ucap Adnan dengan santainya menaikkan alisnya dan kembali menatap ponselnya.
Alva menoleh perlahan dan menatap tajam ke arah Adnan. Di saat ia akan mencubit pria itu lebih dulu sebuah rem dadakan terjadi.
Alva pun yang tidak memakai sabuk pengaman itu akhirnya kepalanya hampir terbentur kursi depannya.
Hampir!!!
Karena tangan Adnan segera sigap melindungi kepala Alva yang tengah hampir terbentur itu.
Sejenak Alva tidak menarik kepalanya begitu juga dengan Adnan, mereka masih sama sama berada di posisi yang walaupun tidak seromantis namun perhatian yang di berikan Adnan membuat keadaannya lebih berbeda.
"Maaf tuan!' Ujar James membuat Adnan dan Alva kembali ke sisi awal mereka.
"Cepat jalan aku sudah tidak betah di sini bersamanya!" Seru Adnan mengalihkan suasana membuat Alva menganga tak percaya dengan ucapan pria di sampingnya.
Tak hanya Alva tetapi James juga menggelengkan kepalanya kepada tuannya itu. Baru saja beberapa detik tuannya itu perhatian dengan Alva sekarang dapat berkata
...🍀🍀🍀...
Sesampainya di mansion kini mereka sama sama masuk kedalam kamar mereka dan membersihkan diri mereka kecuali James yang kembali ke apartemennya.
Alva pun mengganti pakaiannya. Ia ingat hari ini Melanie akan di operasi jadi dirinya pun bersiap untuk menuju ke rumah sakit.
Alva yang telah siap segera keluar dan mengetuk pintu kamar Adnan.
"Masuk!" Ujar Adnan dari dalam kamar yang jelas saja tidak terdengar dari luar membuat Alva terus mengetuk pintu kamar Adnan
"Ada apa?" Tanya Adnan.
Alva menganga lebar saat Adnan keluar dengan rambut yang masih basah dan hanya keluar dengan handuknya saja.
"Aaaa!!" Pekik Alva yang segera menutup matanya agar tidak lebih lanjut tergoda dengan tubuh itu.
Adnan menaikkan alisnya saat melihat Alva yang ditanya ada apa malah berteriak dan sekarang menutup matanya.
"Aurotnya dijaga dong om!" Celetuk Alva membuat Adnan kini mengerti mengapa gadis aneh di depannya menutup matanya.
Sejenak Adnan ingin kembali segera memakai bajunya namun kembali ia urungkan dan malah tersenyum berniat untuk menjahili Alva.
"Memang di sini ada orang lain?" Tanya Adnan.
"Ya iya lah om Alva ini orang ya bukan demit!" Tukas Alva.
"Siapa juga yang bilang kau itu demit, kau saja yang mengaku demit sendiri!" Ejek Adnan membuat Alva menatapnya tajam.
"Lagipula buat apa aku menutup aurot yang seharusnya menjadi pahala bagi seorang istri!" Celetuk Adnan yang membalikkan badannya dan masuk ke dalam kamar.
Kedua mata Alva menatap lebar. Apa ia tidak salah dengar atau bagaimana. Alva pun akhirnya mengikuti Adnan dan masuk ke dalam kamar Adnan.
"Om bukannya harus ke rumah sakit hari ini? Kan mbak Melanie mau operasi!" Tukas Alva dengan mata yang riyip riyip karena Adnan yang belum memakai bajunya.
"Ambilkan pengering rambut di sana!" Ujar Adnan menunjuk laci di samping tempat tidurnya.
Alva pun meletakkan tasnya dan menurut dengan apa yang di perintahkan oleh Adnan walaupun pertanyaannya belum dijawab oleh pria itu.
"Nih!" Seru Alva dengan menyodorkan pengering rambut tepat di depan wajah Adnan.
"Keringkan rambutku!" Celetuk Adnan.
"Nggak!" Pekik Alva terkejut.
Namun Adnan hanya diam di depan meja rias dan malah mengambil ponselnya. Memainkan ponselnya tanpa mendengarkan penolakan Alva.
Alva hanya bisa menundukkan kepalamya menahan rasa kesal pada dirinya menghadapi manusia egois di depannya.
Dengan kasar pun Alva menjambak rambut Adnan membuat Adnan memekik.
"Aduh! Kau itu mau apa!" Geram Adnan.
"Kok tanya sih, bukannya kau menyuruhku untuk mengeringkan rambutmu? Ya sudah kalau tidak mau!" Tukas Alva.
'Kenapa dia itu sulit sekali untuk di ajak bersikap romantis!' Kesal Adnan di dalam hatinya.
Membatin sikap Alva yang sulit untuk mendapatkan perhatian dari wanita itu.
"Ini kita kapan ke rumah sakitnya!" Rengek Alva di telinga Adnan.
Namun Adnan kembali mendiamkannya sembari tangannya mengusap usap kepalanya yang tadi rambutnya habis terjambak oleh tangan Alva.
"Ya ampun manusia pluto! Bisa gak sih diajak omong bahasa indonesia!" Bisik Alva dengan kesal.
"Apa kau bilang?" Tukas Adnan menatap tajam ke arah Alva.
"Ini jadi nggak ngeringin rambut kusut mu!" Seru Alva mengalihkan perkataan Adnan.
"Rambut kusut? Apa kau sudah gila?" Ucap Adnan.
"Aku gila? Kau yang gila! Jelaslah habis keramas memang rambut kusut, kau itu sekolah berapa tahun? Bodoh kok di ambil sendiri!" Celoteh Alva membuat Adnan tidak habis pikir dengan wanita di depannya.
Ia pun menarik pengering rambut di tangan Alva dan memegang bahunya. Alva terlonjak kaget.
"Kau itu pembangkang sekali!" Ujar Adnan yang Alva masih diam karena dengan keadaan Adnan bertelanjang dada di tambah dengan rambut basah dan rambut yang mengalir melewati tubuhnya membuat tubuhnya sendiri merinding.
"A...a...apa?" Seru Alva dengan tergagap.
Adnan tidak berkata apapun dan berjalan ke arah lintu kamarnya dan menutupnya serta menguncinya.
Alva yang mendengar suara cetekan kunci pun berbalik dengan terkejut.
hihihi...