Azzam Bernabas Dirgantara, seorang Milyader berhati dingin. Bagi Dirga, hatinya sudah lama mati. CEO dari Dirgantara Group tersebut sudah mengubur dalam cintanya bersama sang tunangan yang pergi untuk selama-lamanya.
Lalu tiba-tiba muncul wanita seperti alien yang mulai mengusik kedamaian Dirga. Apa Dirga akan bertahan menjadi perjaka tua sampai akhir hayat karena cintanya yang sudah mati? Atau jangan-jangan pria seperti kanebo kering itu malah berpindah haluan, ketika hidupnya diusik sosok gadis yang sama sekali tidak akan membuatnya jatuh cinta lagi.
Dirga berani bersumpah, ia akan membujang selama-lamanya. Percaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PULANG
Dinikahi Milyader Bagian 24
Oleh Sept
Rate 18 +
Darahnya mulai berdesir, naik perlahan sampai ke ubun-ubun. Rupanya, ada yang bergejolak dalam diri pria tersebut. Kalau dibiarkan terus begini, mungkin Levia akan menjadi korban. Tidak mau melakukan hal buruk pada Levia, Dirga langsung bangkit. Pria itu melangkah masuk ke dalam kamar.
KLEK
[Ada apa dengannya?]
Levia bertanya-tanya dalam hati, tentang apa yang terjadi. Mengapa Dirga yang semula dengan perhatian mau mengoles salep pada luka-lukanya, kini malah bergegas pergi dengan wajah dingin.
"Manusia aneh!" gerutu Levi sambil memijat-mijat punggungnya yang ternyata baru terasa sakit sekali.
***
Di dalam kamarnya yang luas, dengan segala furniture manly dan tidak begitu mencolok warnanya. Terdengar suara kran yang dinyalakan. Dirga sudah berada di dalam kamar mandi, wajahnya nampak basah. Tetesan air jernih bahkan masih terjatuh dan menetes di sekujur rahangnya yang tegas.
Ditatapnya cermin, ia melihat pantulan diri. Kemudian mengusap wajahnya dengan handuk kering.
"Mengapa jadi begini? Sialll! Sejauh ini, sebelum aku mengenalnya ... sepertinya aku baik-baik saja meski tanpa wanita. Sepertinya ini efek samping dari obat yang selama ini dokter Robert resepkan!" gerutu Dirga.
Dia yang pikirannya makin kotor, tapi malah menyalahkan dokter pribadinya. Dirga benar-benar tidak mau disalahkan. Dan setengah berhasil menguasai diri, Dirga memutuskan keluar kamar kembali.
KLEK
Saat ia membuka pintu, Levia malah menatapnya. Gadis itu menatap Dirga karena mendengar suara pintu terbuka.
[Jangan menatap kearahku!]
Dirga malah salting, apalagi sorot mata krlinci itu mengapa jadi sangat mengemaskan.
[Kembali ke akal sehatmu, Dirga! Fix ... besok harus aku jadwalkan ke Dokter. Ada yang salah dengan mata ini!]
Dirga terus saja ngedumel.
"Masuk lah!" akhirnya kata itu meluncur dari bibir Dirga.
Kontan saja Levia menggeleng keras, mana mau ia masuk ke kamar pria tersebut. Sebuah kamar keramat yang menyimpan sejarah konyol antara mereka.
"Tidurlah di dalam!" ujar Dirga kemudian dengan suara berat yang khas.
"Tidak ... terima kasih. Saya di sini saja!" tolak Levi.
"Aku akan tidur di luar, jangan khawatir."
Levia lantas melirik kamar tamu. Barangkali ia mau minta tolong pada Diska. Lebih baik ia satu kamar dengan adik perempuan dari Dirga tersebut. Namun, Diska seperti sudah ke alam mimpi duluan. Atau jangan-jangan ini malah salah satu rencana Diska.
Entahlah, yang jelas sekarang ini Levia enggan tidur di dalam kamar itu.
"Masuk lah, kunci pintunya dari dalam kalau kau tidak percaya padaku!"
Levia menatap sekeliling, diliriknya jam sudah sangat larut malam sekali. Akhirnya ia pun beranjak dan ke kamar Dirga.
KLEK
Saat masuk, Levia langsung mengunci dari dalam pintu kamar tersebut.
[Astaga ... dia benar-benar memguncinya?]
Dirga menatap pintu itu dengan nanar. Seolah ingin masuk ke dalam. Tidak mau semakin kacau, Dirga ke dapur. Ia membuka kulkas dan mencari minuman dingin. Untuk mencairkan gejolak jiwanya yang sejak tadi ditarik ulur oleh Levia.
Padahal, Levia diam saja. Tapi, diam saja gadis itu sudah membuat pikirannya ke mana-mana. Sepertinya ia memang butuh dokter.
***
Cit cuit ... Cit cuit ...
Diska mengerjap, tidak terasa sudah pagi saja. Sadar, bahwa ia semalam meninggalkan sang kakak dengan seorang gadis, Diska buru-buru turun dari ranjang. Gadis itu membuka pintu dengan pelan, ingin mengintip.
"Kok sepi?" batin Diska dengan kepala separuh menyembul di pintu.
"Pada ke mana?"
"Eh ... wangi apa ini? Harum banget."
Diska pun ke dapur, dilihatnya Levia sedang membuat sesuatu.
"Wah ... pinter masak juga, Mbak? Aromanya sedap banget!" komentar Diska.
Levia hanya menoleh, kemudian mengambil piring untuk Diska dan Dirga.
"Mas Dirga ke mana?"
"Di kamarnya," jawab Levia canggung.
"Semalam Mbak tidur mana?" pancing Diska.
[Kalau aku jawab di kamar jangan-jangan Diska malah salah paham, aduh]
"Tidur di kamar!" sela Dirga yang terlihat fresh dengan rambutnya yang klimis dan sudah maskulin.
Pria itu baru keluar kamar tapi sudah membuat orang salah paham.
[Astaga! Mas Dirga apa sudah tidak tahan? Ya ampun ... lihat ... rambutnya bahkan basah. Ish... nikahi dulu DONK!]
Diska seketika menatap jengkel pada abangnya, ia kira Dirga sudah macan-macam dengan Levia semalam.
"Ada apa itu dengan matamu?" sindir Dirga sambil meregangkan otot. Tidur di sofa membuat tubuhnya jadi serasa kaku.
[Habis main-main rupanya Mas Dirga! Awas, aku aduin Mami!]
Diska masih komat-kamit sambil melotot.
"Hey! Kenapa kau menatapku seperti itu?" protes Dirga yang ditatap tajam oleh sang adik.
"Kami tidak tidur satu kamar, maaf ... Tuan Dirga harus tidur di luar semalam!" potong Levia yang merasa Diska sudah pasti salah paham dengan keduanya.
"Benar itu, Mas?" tanya Diska masih dengan tatapan curiga.
PYUUUNG ...
BUGH ...
"Aduh!"
Disak meringis karena dua bantal sofa bertubi-tubi terbang ke arahnya.
"Dasar bocah!" gerutu Dirga.
"Hehehe! Kirain!" Diska jadi merasa malu sendiri.
"Dasar piktor kamu, Dis!" cibir Dirga. Padahal, dia sendiri yang semalaman mati-matian menahan untuk tidak mengetuk dan masuk kamar utama. Meski dia punya banyak kunci candangan.
Semalaman ia bergelut dengan banyak pikiran-pikiran tentang Levia. Tentang bagian tubuh si gadis. Hingga ia merasa frustasi dan berakhir dengan minum obat tidur.
"Ya sudah, ayo makan. Mas mau antar Levia pulang. Kamu pulang sendiri!"
"Iya! Ngusir terus .. ish!"
***
Beberapa saat kemudian
Mereka sudah dalam mobil masing-masing. Diska pulang duluan ke rumah. Sedangkan Dirga dan Levia, mereka menujuk ke kediaman Levia.
"Nanti biar aku bantu jelasin ke orang tuamu ya, Lev. Biar mereka tidak salah paham."
Levia hanya diam saja, sambil mengangguk. Hingga tidak terasa mereka tiba. Rumah terlihat sangat sepi, Levia jadi penasaran, semua orang sedang di mana.
"Ma ... Mama?"
Tok tok tok,
Ting Tung
"Ke mana mereka? Sepertinya rumahmu kosong, Lev." Komentar Dirga sambil mengamati sekitar rumah.
"Nggak mungkin, papa pasti di dalam. Papa gak pernah keluar rumah."
"Benarkah?"
Levia mulai gelisah, gadis itu kemudian berlari ke samping. Levia ternyata masuk lewat jendela yang terhubung ke dapur.
"Lev! Ngapain kamu?"
Levia merasakan firasat yang buruk. Gadis itu hanya ingin masuk ke dalam rumah.
"Lev! Levia!" panggil Dirga saat Levia sudah masuk duluan. Ingin menyusul, tapi lubang kurang besar. Alhasil, ia hanya bisa mengintip.
"PAA ....!" teriak Levia.
Dirga spontan memanggil nama Levia kembali.
"Lev! Ada apa Lev!"
Tidak tahan, Dirga akhirnya lari ke depan. Pria itu berkali-kali mencoba mendobrak pintu rumah Levia. Dan untuk percobaan kelima, pintu akhirnya jebol.
BRUAKKK
"Lev!!!!"
Gadis itu meraung histeris melihat papanya yang sudah tersungkur di bawah ranjang di kamarnya yang gelap tersebut.
BERSAMBUNG