Dinikahi Milyader
"Tidak bisahkan kau melupakan aku?"
Mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Sepertinya ia tidak bisa membendung lagi rasa yang membuatnya sesak.
"Bagaimana bisa aku melupakanmu?" tanya Dirga dengan suara berat dan bergetar.
"Kenapa kau seperti ini?"
Tangan Arunika mencoba menyentuh pipi Dirga. Namun, pria itu menjauhkan wajahnya. Membuat tangan Aruni melayang di udara.
"Kau yang melarangku melepasmu sampai mati, bukan!" Pria itu terlihat marah dan kecewa. Jelas sekali kesedihan lewat sorot matanya.
"Itu hanya lelucon!"
Dirga menggeleng keras
"Kau wanita jahat!" ucap Dirga kembali sembari menahan sakit hatinya.
"Kalau begitu ... lupakan aku, sekarang!"
Bibir Dirga bergetar, ia menahan untuk tidak menangis di depan sang wanita. Dan saat ia akan menyentuh wajah wanita tersebut, matanya perlahan malah terbuka. Ya, Dirga bermimpi. Ia baru saja memimpinkan kekasihnya yang telah mati. Sebuah mimpi karena rasa rindu yang begitu dalam.
***
Seorang pria berdiri cukup lama, tatapan mata pria tersebut terlihat kosong. Sudah sejam lebih ia hanya berdiri di sebuah pemakaman elite yang sepi. Ditatapnya bucket bunga yang semula ia letakkan di depan nisan, pandangannya juga tertuju pada bucket bunga lain yang sudah mengering. Gurat sendu tergambar jelas di parasnya yang tampan. Dirga, pria 28 tahun. Sosok milyader sukses, tapi tidak dengan kehidupan asmaranya.
CEO generasi ketiga dari Dirgantara Group tersebut harus menelan pil pahit pasca kehilangan tunangan usai kecelakan maut yang juga melibatkan dirinya. Dia selamat, tapi tidak dengan kekasih hatinya. Kini, Dirga sedang menggenang memory indah mereka. Cukup lama Dirga terdiam dengan tatapan kosong. Setelah mengusap wajah dengan berat, pria itu berbalik dan pergi.
Beberapa saat kemudian, Dirga sudah duduk di balik kemudi. Ia memutuskan pulang ke apartemen. Dari pada ke mansion utama, ia memilih menyepi di apartemen lama miliknya. Sepanjang jalan, matanya hanya fokus pada aspal hitam. Dirga seperti pria patah hati yang kehilangan separuh nyawanya.
ORCHID ROYAL APARTEMENT
Nampak seorang gadis dengan apron sebagai pakaian dinas sedang melakukan tugasnya. Sesekali ia mengusap butiran bening yang menempel di dahinya yang lebar dengan mengunakan lengan. Dia adalah Levia. Gadis berusia 22 tahun, seorang pekerja part time di sebuah aplikasi jasa clening service online.
“Apanya yang mau dibersihkan? Perasaan lalat pun akan terpeleset jika menyentuh ini?” gumam Levi sambil menyetuh meja di depannya.
Sudah tahu setiap sudut apartemen itu sangat bersih, tapi Levi terus saja melakukan pekerjaanya. Ia tahu ada CCTV di setiap ruangan. Takut tidak digaji kalau tidak bersih-bersih. Padahal, menurut gadis tersebut, apartemen itu sudah sangat bersih dan rapi.
“Siapa sih yang tinggal di sini?” Levi penasaran, ia pun mencari sesuatu untuk mengenyangkan rasa penasarannya itu. Gadis itu mencoba mengintip ke beberapa sudut ruangan. Mungkin akan dapat petunjuk, siapa pemilik apartemen mewah yang kini sedang ia bersihkan.
“Ish ... kenapa tidak ada foto satu pun? Apa pemilik apartemen ini sangat jelek? Hingga ia sama sekali tidak percaya diri?” gumam Levia dalam hati. Tapi, tiba-tiba sudut bibirnya tertarik dengan spontan.
JLEB
Levi malah terkekeh sendiri, ketika melihat pantulan dirinya pada cermin bulat di ruang tengah. Ia kemudian menutup wajahnya dengan telapak tangan karena sangat malu. Levi tersipu, karena yang jelek itu dirinya. Lalu mengapa ia malah menuduh yang bukan-bukan pada pemilik apartemen tersebut? Levia yakin, pemiliknya pasti tampan atau cantik. Mana ada orang kaya raya jelek? Mungkin itu yang ada dalam benak gadis 22 tahun tersebut. Kalaupun jelek, pasti banyak cara untuk mengubah jadi good looking.
Setelah berhenti menertawakan diri sendiri, ditatapnya cermin tersebut. “Bagaimana bila aku operasi plastik ke Korea atau Thailand? Apa aku akan jadi cantik?” tanya Levi pada cermin. Seperti orang kurang waras, ia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaanya itu.
“Pasti! Cantik itu butuh modal!” ucap Levi pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Senyum itu lama-lama memudar dari bibirnya yang coklat kehitam-hitaman.
Mendadak ia melempar lap yang ia pegang, Levia yang capek karena ini adalah apartemen ke sekian yang ia bersihkan, ia pun mencoba istirahat barang sebentar saja. Ia bersandar pada sofa yang bisa buat selojoran.
“Berapa harga sofa ini?” Ditepuknya sofa empuk tersebut. Andai Levia tahu, bahwa sofa tersebut seharga mobil, pasti ia tidak berani duduk di atasnya.
10 menit kemudian
Levia ternyata ketiduran beberapa menit, untung ibu tirinya menelpon. Kalau tidak ia bisa kena masalah. Dilihatlah ponsel yang menyala itu, buru-buru ia angkat. Kalau tidak, ibu tirinya akan murka.
“Iya, Ma.”
“Kamu di mana? Mengapa rumah sangat berantakan? Cepat pulang! Bereskan semua kekacauan ini!” teriak Mama Dona di telpon.
Levia memejamkan mata sejenak, ia menghela napas panjang. Kemudian mengatakan akan segera pulang. Diletakkannya ponsel Levia di atas meja di samping vas, dengan buru-buru ia membereskan peratalan bersih-bersih miliknya. Rasa lelah dan kantuknya meguap seketika saat mendengar suara ibu tirinya di telpon beberasa saat lalu.
Hufff ...
Akhirnya semua tugas sudah beres, dengan atasan kaos kedodoran bertuliskan Bali dipadukan dengan celana jean yang sepertinya sudah tak layak pakai karena warnanya yang memudar, Levia menatap pantulan dirinya di depan sebuah cermin sebelum meninggalkan apartemen tersebut.
Ia sempat tersenyum tipis, kemudian mengambil topi hitam dari tasnya. Lalu memakai masker. Sehingga yang terlihat hanya kedua bola mata Levia. Yakin sudah oke, padahal jauh dari harapan. Levi pun mengunci pintu apartemen, kemudian menyerahkannya pada petugas seperti biasanya. Ia serahkan acces card tersebut dan tidak lupa mengucap terima kasih sambil menundukkan kepala.
“Sudah, Neng?” tanya petugas yang menerima acces card dari Levia.
“Sudah, Pak.”
“Cepet bener, Neng?”
Levia hanya menganguk kepala sopan, lah mau lama-lama ngapain? Yang ada malah ketiduran lagi di dalam sana. Semua sudah beres, rapi, bersih dan wanggi.
“Semua sudah beres, Pak. Saya permisi.” Gadis itu pemisi mau pamit karena semua tugas sudah beres.
“Hati-hati, Neng!” pesan petugas yang sepertinya ramah tersebut.
Levi hanya mengangguk, kemudian berbalik dan pergi meninggalkan petugas tersebut yang masih menatapnya sampai ia masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai dasar.
Di dalam lift, Levia hendak mencari ponselnya. Ingin melihat jam. Berkali-kali ia memeriksa saku dan juga melihat ke dalam tas buluk yang ia bawa. Hasilnya nihil, ponselnya malah tidak ketemu.
“Ke mana tadi aku menaruhnya?”
“Ya ampun ... ada di dalam sana!”
Buru-buru Levia menekan tombol lift kembali. Ia harus mengambil ponselnya yang tertinggal di dalam apartemen yang ia bersihan tadi. Meski harganya di bawah satu juta, tetap itu sangat berharga bagi orang seperti Levia.
“Aduh ... lama sekali pintunya terbuka!” Levia ketar-ketir menunggu pintu yang tidak mau terbuka. Dan begitu terbuka, ia bergegas keluar tanpa melihat sekeliling.
Bruakkkk ...
“KALAU JALAN PAKAI MATA!” teriak seorang wanita cantik. Namun, tidak dengan attitudenya. Wanita itu terlihat arrogant, sombong dan kecakepan. Tapi memang cantik, sih. Wajahnya glowing, baunya harum. Dan bajunya sangat fashionable. Sudah mirip super model Top Asia.
“Maaf, Mbak ... Maaf!” ucap Levia sambil menggengam ujung kaosnya. Teriakkan wanita cantik barusan cukup membuatnya merasa terintimidasi.
“Lagian kenapa pembantu berkeliaran di apartemen mewah seperti ini, ish ... lihat baju aku, jadi lusuh!” gerutu Misya dengan sombong, dia adalah sepupu tunangan Dirga yang sudah meninggal beberapa waktu silam. Ia sengaja ke apartemen Dirga untuk caper pada pria tersebut.
“Sekali lagi maaf, Mbak!”
“Kalau masalah selesai hanya dengan kata maaf, penjara penuh!” cibir Misya sambil mengambil ponsel dari dalam tas. Ia kemudian membuka aplikasi mirror, lalu menatap pantulan wajahnya.
“Aduh ... gara-gara merong-merong kerutan aku di bawah mata jadi kentara. Hufff ... sabar ... sabar Misya!” Misya bicara dengan ponsel di depannya. Dan Levia menatapnya dengan aneh.
“Ngapain Elo lihat-lihat? Sana!” usir Misya yang merasa diperhatikan Levia.
Levia lantas meninggal perempuan yang cantik tapi pemarah tersebut, ia berdiri di depan lift. Menunggu pintu terbuka untuk naik ke lantai atas.
“Ayo ... lama sekali kebukanya!” gumam Levia.
Jrettt ....
Akhirnya pintu itu terbuka, bukannya masuk, Levia malah terpana pada sosok pria tampan, berbadan tegap dengan kacamata hitamnya.
Glek
Gadis itu langsung menelan luda. Matanya tak berkedip, Levia seolah tersihir, ia terpesona pada sosok yang berdiri di dalam lift tersebut. Sedangkan sang pria, ia sama sekali tidak peduli pada Levia. Bagi pria tersebut, gadis itu bagai butiran debu. Tidak nampak dan tidak bearti. Bersambung
Selamat datang di novel baru sept...
Jangan lupa tekan tombol love/favorite ya kesayangan ... Yuk halu bareng lagi sama Sept ... dengan judul baru. Dinikahi Milyader ... hehhehe... ngarep banget sih. Hihihih ...yang jomblooo .. aku doain dinikahi Milyader betulan. Hahahah ... kalau ketinggian .. jutawan deh. Xixixxiix ... aamiin
Jangan lupa tulis komentar ya, biar rame ... Hihihih ... mode malak.
FB : Sept September
IG : Sept_September2020
Baca juga novel Sept yang lain
Dinikahi Milyader
suami Satu Malam
Dipaksa Menikah
Wanita Pilihan CEO
Dea I love you
Kanina Yang Ternoda
Cinta yang terbelah
Menikahi pria dewasa
Pernikahan Tanpa rasa
The Lost Mafia Boy
Menikahi pria Cacat
suamiku Pria Tulen
dokter Asha and KOMPOL Bimasena
crazy Rich
selengkapnya kalian bisa klik profile Sept
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Gagas Permadi
aku baru baca loh thn 2024 bentar lgi mo puasa
2024-03-08
3
queendah
lanjut ksini thor
2024-02-25
0
komalia komalia
lanjut lagi
2024-02-05
0