Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali bertemu.
Gracia memutuskan segera beberes rumah, memasak dan juga mencuci pakaian kotor, agar malam nanti ibu tirinya tak punya alasan lagi untuk melarangnya keluar rumah.
Gracia hanya bisa menghela napas, menekan kemarahan di dalam hati saat Rafa melempar pakaian kotornya hingga mengenai wajah gadis itu. "Cuci yang bersih, biar kesannya kamu itu berguna di rumah ini! Ingat, jangan menggunakan mesin cuci untuk mencucinya, nanti pakaianku bisa rusak!." dengan seenak jidatnya Yogi memerintah Gracia tanpa menyadari jika sebenarnya dirinya lah yang tidak berguna di rumah itu, hanya menumpang hidup dengan semua fasilitas yang dimiliki oleh ayah tirinya.
"Aku jadi penasaran, ulah apalagi yang kau perbuat diluar sana sampai tidak pulang ke rumah semalam? Gadis jal-ang sepertimu memang tidak pernah jerah, baru juga keluar dari penjara sudah kelayapan tak jelas."
"Terserah mas mau Yogi mau bilang apa, yang jelas aku tidak seburuk yang mas katakan." balas Gracia seraya berlalu meninggalkan Yogi yang masih menatap rendah padanya. Menurut Gracia meladeni omongan Yogi tidak akan ada habisnya karena ia tahu betul bahwa kakak tirinya itu pasti akan terus mencari celah untuk merendahkan dirinya. Jika waktu bisa diulang kembali Gracia tidak ingin ayahnya menikah lagi setelah kematian ibunya, menikah dengan wanita serakah yang hanya menginginkan harta ayahnya. Ya, setelah ayahnya jatuh sakit, mengalami stroke, ibu tirinya hanya sibuk mengurusi kehidupan sosialitanya dan tak peduli dengan kondisi ayahnya. Jika seandainya Gracia sudah memiliki pekerjaan yang mumpuni, ingin sekali gadis itu mengajak ayahnya keluar dari rumah itu agar bisa menjalani kehidupan yang lebih tenang.
"Tunggu.....!." seru Yogi, melangkah mendekat pada Gracia. "Apa ini?." Yogi menuding pada leher jenjang Gracia yang terdapat bekas kis-mark. Leher jenjangnya yang berwarna putih bersih memudahkan tanda merah tersebut terlihat dengan jelas. "Kau benar-benar gadis jal-ang. pria hidung belang mana lagi yang kau goda, hah?." tanya Yogi dengan senyuman mengejek.
Gracia langsung memegangi lehernya, gadis itu merutuki kesalahannya yang tidak menutupi tanda merah di lehernya sehingga terlihat oleh kakak tirinya itu.
"Ini hanya bekas gigitan serangga." jawab Gracia, meskipun tahu Yogi pasti tidak akan percaya.
Dengan tatapan mendamba, Yogi semakin mendekat pada Gracia. "Jika kau menginginkan sentuhan kenapa tidak bilang, aku bisa memberikannya padamu, Gra."
"Jangan kurang ajar, mas!." Gracia menepis kasar tangan Yogi yang sudah menyentuh bahunya.
"Yogi...." Seruan ibunya mengalihkan perhatian Yogi ke sumber suara. "Apa yang kau lakukan?." tegur ibunya yang melihat dengan jelas perbuatan putranya. Ibunya menegur bukan karena membela atau menyelamatkan Gracia tapi karena tidak ingin sampai putranya kembali berurusan dengan pihak yang berwajib jika sampai Gracia melaporkan tindakan kurang menyenangkan yang dilakukan oleh putranya itu.
Yogi akhirnya berlalu, tak ingin mendengar ibunya terus mengomelinya.
"Kerja yang becus, jangan sampai ada pakaian yang tidak bersih karena kamu kerjanya asal-asalan!." setelah memerintah sesuka hati, ibu berlalu begitu saja menyusul Yogi.
"Ya Tuhan.... Kuatkan hatiku menghadapi semua ujian hidup ini!." Batin Gracia. gadis itu hanya bisa menangis dalam hati setiap kali mendapat perlakuan buruk seperti ini.
Setelah kepergian ibu tiri Gracia, bi Sumi menghampiri Gracia. "Biar bibi yang mengerjakannya, Non Gra istirahat saja!." kata bi Sumi yang merasa iba pada anak majikannya itu. Setiap kali ibu tirinya memperlakukan Gracia dengan semena-mena, bi Sumi tak bisa berbuat apa-apa untuk membela gadis itu. Bi Sumi yang sudah bekerja selama hampir dua puluh tahun sebagai art di rumah itu tak kuasa melihat kehidupan Gracia yang berbalik seratus delapan puluh derajat setelah kematian ibu kandungnya. Gracia yang dulu begitu dimanjakan oleh ibu kandungnya kini justru diperlakukan ibu tirinya layaknya seorang budak.
"Nggak papa, bi. Biar Gra saja, takutnya kalau ketahuan mama, bi Sumi juga akan kena marah sama mama." Gracia tak tega jika bi Sumi menjadi sasaran kemarahan ibu tirinya karena membantu dirinya.
Bi Sumi hanya bisa mengangguk karena apa yang dikatakan Gracia memang benar, jika ketahuan ibu pasti dirinya akan mendapat amukan dari wanita berusia setengah abad tersebut.
Setelah mengerjakan semua pekerjaannya, Gracia segera bersiap-siap. Ya, malam ini ia akan bertemu dengan sang kekasih.
Di sebuah restoran bintang lima, yang kebanyakan pengunjungnya berasal dari kalangan atas, di sinilah Gra berada sekarang bersama sang kekasih. Untuk menutupi tanda merah dilehernya agar tidak terlihat oleh sang kekasih, Gracia sengaja memolesnya dengan Fondasion.
"Ada denganmu, sayang? Apa kamu sedang kurang enak badan?." tanya Rafa Melihat raut wajah Gracia terlihat sedikit pucat. Mungkin karena Gracia hanya memoles wajahnya dengan make up natural sehingga wajahnya masih terlihat pucat.
"Nggak papa kok mas, aku baik-baik saja." kelit Gracia. Dari sorot mata Rafa sepertinya pria itu tak percaya begitu saja.
"Kita sudah menjalin hubungan lebih dari setahun Gra, mas mohon sama kamu jika ada masalah cerita sama mas, jangan menyimpannya sendiri!."
"Jika aku mengatakan bahwa faktanya sekarang aku sudah tak suci lagi, apa kamu masih akan menerimaku, mas? Apa kamu masih akan sepeduli itu padaku, mas Rafa?." tentunya kalimat itu hanya terucap di dalam hati Gracia, gadis itu masih belum memiliki keberanian untuk mengakuinya dihadapan sang kekasih. Entah kemana perginya keberaniannya siang tadi yang ingin mengakui semuanya dihadapan Rafa.
Obrolan Rafa dan Gracia berhenti ketika menyadari kedatangan pelayan yang mengantarkan pesanan mereka.
"Terima kasih." ucap Gracia pada pelayan.
"Sama-sama, Nona. Selamat menikmati hidangan di restoran kami, semoga anda puas dengan menu serta pelayanan di restoran kami." balas pelayan sebelum pamit kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Oh iya sayang, sebenarnya malam ini kita bukan hanya berdua saja karena mas juga janjian dengan salah satu rekan bisnis mas malam ini." beritahu Rafa. Rafa tak menyampaikannya pada Gracia sebelumnya karena selama ini kekasihnya itu tidak pernah mempermasalahkan jika mereka makan malam bersama dengan rekan bisnisnya.
"Oh iya, itu dia rekan bisnis mas sudah tiba." Sambung Rafa seraya menatap ke arah datangnya seseorang.
"Silahkan duduk, tuan Gilang Wardana!."
Deg.
Mendengar nama yang baru saja diucapkan oleh sang kekasih, Gracia langsung mengikuti arah pandang Rafa. Jantung Gracia seperti berhenti berdetak ketika melihat keberadaan pria yang telah mengambil kesuciannya, berdiri tepat di sampingnya.
"Terima kasih." berbeda dengan Gracia yang terkejut dengan keberadaan Gilang, pria itu justru terlihat biasa saja, sama sekali tidak terkejut menyaksikan keberadaan Gracia.
Tubuh Gracia semakin menegang, tenggorokannya pun terasa kering ketika Gilang menempati salah satu kursi yang masih kosong.
"Oh iya tuan Gilang, kenalkan, ini calon istri saya, namanya Gracia Kanaya." Rafa memperkenalkan Gracia pada Gilang.
"Apa tuan Gilang mengenal calon istri saya?." tanya Rafa dengan tatapan bingung ketika melihat ekspresi Gilang yang menunjukkan seolah ia sangat mengenal Gracia.
"Bukan hanya kenal, tapi saya sangat mengenal calon istri anda tuan Rafa, bukan begitu Nona Gracia??." jawab Gilang seraya melirik pada Gracia. sebuah lirikan yang menyiratkan sesuatu.
Napas Gracia seperti tercekat di tenggorokan mendengar penuturan Gilang. hingga pada akhirnya gadis itu pamit ke toilet.
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆
acara ultah dclub. bukan berti OG
enggak boleh ngerayain ultah dclub
dulu sama adik tirimu
sekarang kasar terhadap Gracia
terkadang aku ingin kabur saja, jika jadi Gracia sungguh hidup melelahkan
tertekan batin,
bagaimana carannya membawa ayah yg sakit
pergi ke kampung pelosok Bila perlu,,
jika punya uang kabur ke Singapur
kerja sambil again ayah berobat
ya
jangan sampai Gracia berjumpa dengan Yogi...
Kalau pun Yogi menumbalkan Gracia ke Gilang bagus juga,biar Yogi di hajar Gilang...
makasih udah up banyak hari ini kk othor Selvi 💕