Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 — Perjalanan ke Istana
Perjalanan dari Sekte Naga Hitam menuju Ibu Kota Kekaisaran membutuhkan waktu dua hari penuh, bahkan menggunakan Kereta Spiritual kelas atas Sekte. Kereta itu dilapisi dengan formasi peredam Qi dan isolasi suara, dirancang untuk memberikan privasi total bagi Pewaris, tetapi juga menjadi ujian berat bagi Ryuko dan Lian Yue.
Kereta Spiritual itu luas dan mewah, dihiasi ukiran naga perunggu dan bantalan sutra hitam. Di dalamnya, Ryuko dan Lian Yue duduk berhadapan. Di luar, Feng Ruyin dan Shen Zhaoling, bersama delegasi kecil lainnya, mengikuti dengan kereta yang lebih rendah, mengawasi setiap pergerakan.
Ryuko mengenakan jubah hitamnya yang tegas. Ia tampak seperti patung giok yang dingin. Lian Yue, dalam gaun Sutra Bulan Peraknya, memancarkan aura lembut yang anehnya kontras dengan suasana Ryuko yang tegang.
Sejak momen intim pemasangan kalung, mereka berdua telah menjaga jarak fisik yang ketat. Kebutuhan Qi mereka begitu besar, sehingga kontak sekecil apa pun kini dilarang untuk menghindari pemicu Ritual Ikatan Tubuh yang tidak terkontrol.
“Kau yakin Formasi Kereta ini cukup kuat?” tanya Lian Yue, memecah keheningan yang panjang.
Ryuko membuka matanya yang keemasan. Ia menenangkan Qi Naganya yang mendidih. “Formasi itu dibuat oleh Elder Mo sendiri. Itu akan mengisolasi kita dari deteksi musuh dan mengunci Qi kita di dalamnya. Tapi… itu tidak bisa mengisolasi kita dari satu sama lain.”
Lian Yue mengangguk, memandang ke luar jendela. Pemandangan gunung berubah menjadi dataran luas dan padat penduduk.
“Bagaimana kau bisa menahan diri?” tanya Lian Yue, suaranya pelan. Ia tidak bertanya tentang kendali Naga, tetapi tentang kendali manusia.
Ryuko tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengulurkan tangannya di antara mereka. Ia tidak menyentuh Lian Yue, tetapi jari-jari mereka hanya berjarak beberapa inci. Ini adalah batas terdekat yang mereka izinkan untuk saat ini.
“Jika aku tidak melihat wajahmu,” kata Ryuko, suaranya serak. “Jika aku tidak merasakan Qi-mu, mungkin aku bisa. Tapi kau ada di sini, dan Tanda Kepemilikan itu terus berdenyut. Ini adalah siksaan yang harus kita lewati, Lian Yue.”
Lian Yue tersentuh oleh kejujurannya. Ia tahu Ryuko berjuang. Ia tahu Tanda Naga di lehernya menarik Qi Ryuko sama kuatnya dengan naluri Rubahnya menarik Qi Yang.
“Aku minta maaf,” bisik Lian Yue.
“Jangan minta maaf,” jawab Ryuko tajam. “Itu adalah takdir kita. Kita hanya harus lebih kuat dari itu.”
Lian Yue mengalihkan pandangannya, mengambil bantal sutra dan meletakkannya di antara dirinya dan dinding kereta. Kelelahan yang ia kumpulkan selama Tujuh Malam Pemisahan Qi kini menuntut balasannya.
Ia mencoba bermeditasi lagi, tetapi Formasi Kereta yang mengisolasi Qi justru membuat Qi-nya mudah mengantuk. Dalam waktu singkat, Lian Yue terlelap.
Saat Lian Yue tertidur, kepalanya secara tidak sengaja tergelincir dari bantal, dan tubuhnya miring. Kepalanya bersandar dengan lembut di bahu Ryuko.
Ryuko terkejut. Seluruh tubuhnya menegang seperti kawat.
Ia bisa mencium aroma melati dingin dari rambut Lian Yue. Ia bisa merasakan kehangatan kulit Lian Yue di bahunya. Qi Yin Lian Yue, yang tidak terlindungi dalam tidur, mengalir keluar, mencoba mencari kehangatan Qi Yang Ryuko.
Ryuko memejamkan mata. Ini adalah penyiksaan termanis.
Ia tidak bergerak. Ia tidak menarik diri. Jika ia bergerak, Lian Yue akan terbangun dan merasa malu, atau lebih buruk, sentuhan itu akan memicu lonjakan Qi yang tak terkendali.
Ryuko membiarkan Lian Yue bersandar padanya. Dengan hati-hati ekstrem, Ryuko mengangkat tangannya dan menyalurkan Qi Yang-nya, bukan ke dalam tubuh Lian Yue, tetapi ke dalam udara di sekitar Lian Yue, menciptakan lapisan pelindung yang hangat.
Tepat saat Ryuko berpikir ia bisa bertahan, Lian Yue mengerang. Wajahnya berkerut.
Lian Yue jelas sedang bermimpi buruk. Itu adalah mimpi buruk tentang pengasingan, tentang Qi Deviation yang hampir membunuhnya di Taman Meditasi. Ia menggerakkan tangannya secara insting, memeluk lengan Ryuko, mencengkeram jubahnya erat-erat, mencari perlindungan dan stabilitas yang hanya bisa diberikan oleh Qi Naga.
Naga! Lindungi aku! bisik naluri Rubah itu dalam tidur.
Naga Ryuko meraung, menuntut pemenuhan. Ryuko bisa saja membawanya, menyelesaikan Ikatan Tubuh di Kereta yang terisolasi ini. Tidak ada yang akan tahu.
Tapi dia adalah Pewaris Sekte Naga Hitam, bukan binatang buas.
Ryuko menundukkan kepalanya, napasnya memburu di atas rambut perak Lian Yue.
“Tidak sekarang,” bisik Ryuko, janji yang ia buat untuk dirinya sendiri. “Aku akan menahan diri. Aku akan memberimu kekuatan, tapi bukan klaim yang tidak sadar.”
Ryuko menekan Naganya, mengubah hasrat posesif menjadi kekuatan pelindung. Ia menyalurkan Qi Yang langsung ke Tanda Sisik Naga di leher Lian Yue melalui sentuhan lengannya. Qi Naga itu mengalir, menenangkan Qi Rubah yang ketakutan.
Lian Yue menghela napas panjang dan dalam. Kerutan di wajahnya melunak. Ia kembali tertidur pulas, masih memeluk lengan Ryuko, kini dengan ekspresi damai yang mendalam.
Ryuko menatap Lian Yue, tatapannya penuh gairah yang tersembunyi. Ia tahu pada saat ini, Lian Yue telah sepenuhnya mempercayakan dirinya kepadanya.
Ia menghabiskan sisa malam itu dalam posisi yang menyiksa, tidak bergerak, hanya berfungsi sebagai bantal dan sumber Qi Yang bagi Pasangan Ritualnya.
Sementara itu, di kereta yang mengikuti di belakang, Shen Zhaoling menerima laporan dari mata-matanya.
“Mereka sudah mendekati perbatasan Kekaisaran, Tuan Muda. Ryuko belum meninggalkan keretanya. Gadis Rubah itu juga tidak keluar.”
Feng Ruyin duduk di seberang Zhaoling, mengipas-ngipas dirinya dengan marah.
“Pemisahan Qi yang kita paksa pasti berhasil! Gadis itu pasti lemah. Kenapa Naga itu tetap tenang?” Ruyin mendesis.
“Naga itu tidak tenang, Ruyin. Dia adalah Naga Hitam. Dia mengendalikan kekacauan,” Zhaoling berkata dengan gigi terkatup. “Tapi kita punya rencana cadangan. Di Istana Kekaisaran, ada lebih banyak godaan daripada di Sekte kita. Terutama satu orang.”
“Siapa?” tanya Ruyin, matanya bersinar.
“Yu Liang,” Zhaoling menyeringai. “Pangeran Kedua Kekaisaran. Dia dikenal sebagai pemuja kecantikan spiritual. Dia akan menjadi yang pertama mendekati gadis Rubah itu. Ryuko sangat posesif, itu kelemahannya. Jika Ryuko melihat pria lain menyentuh Lian Yue, Naganya akan meledak. Dia akan menyerang Pangeran Kekaisaran, dan Istana akan memiliki alasan untuk menghukum mati Ryuko. Dan Warisan Purnama akan jatuh ke tangan yang lebih pantas… milik kita.”
Ruyin tersenyum, senyum jahatnya kembali. “Kita tidak perlu menyentuh Rubah itu. Kita hanya perlu memprovokasi Naga.”
Saat kereta spiritual Ryuko melewati gerbang Ibu Kota Kekaisaran yang menjulang tinggi, Lian Yue terbangun. Ia terkejut melihat dirinya tertidur pulas di bahu Ryuko, lengannya memeluk lengan Naga itu erat-erat.
Lian Yue buru-buru menarik diri, wajahnya memerah karena malu.
“Aku… maafkan aku, Ryuko. Aku tertidur,” bisik Lian Yue, tangannya menyentuh bahu Ryuko yang tegang.
Ryuko hanya menoleh. Matanya yang keemasan menatapnya dengan intensitas yang dalam.
“Kita tiba,” kata Ryuko, suaranya kembali dingin. Ia tidak menyebutkan mimpinya, atau sentuhan yang menyiksa itu.
“Festival baru saja dimulai,” kata Ryuko, berdiri. “Ingatlah, Lian Yue. Kau adalah Pasanganku. Jangan pernah meninggalkan sisiku.”
Lian Yue mengangguk. Ia merasakan Tanda Sisik Naga di lehernya berdenyut, memberinya kekuatan. Mereka melangkah keluar dari Kereta Spiritual, memasuki kemegahan dan intrik Ibu Kota Kekaisaran.
Di kejauhan, Shen Zhaoling tersenyum licik. Permainan baru saja dimulai.