Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 23
Di tempat berbeda, Talita terlihat marah pada orang-orang itu.
"Kalian apa kan putri ku? Di mana putri ku? Kenapa putri ku bisa bersama dengan kalian hah! Jawab aku!" teriak Talita dengan tangan mencengkram kerah baju Juki.
Grap.
Juki mencekal pergelangan tangan Talita, membuat wanita paruh baya itu meringis.
"Lihat ke sana, Nyonya! Putri mu sedang melihat apa yang terjadi di rumah ini." Juki mengarahkan Talita pada CCTV yang ada di salah satu sudut ruang utama kediaman Temmy.
Talita menggeleng gak percaya, sementara Juki melepaskan cekalan tangannya dari wanita yang sudah melahirkan Tati.
"Mustahil putri ku dapat melihatnya. Akses CCTV hanya terhubung dengan ponsel suami ku." bantah Talita, mengelak percaya dengan Juki. Pria yang sudah menembakan peluru pada suaminya.
"Percaya atau tidak, itu bukan urusan kami, Nyonya!" Bayu menyeret tas golfnya dari balik dinding. Mengeluarkan apa yang ia perlukan.
Sementara pria lain yang gak banyak bicara, Bagas melakukan hal serupa dari Bayu. Memilih peralatan dan beberapa yang ia butuhkan untuk mengobati luka Josep.dan Tama.
"Sejak kapan kalian merubah akses CCTV di rumah ku?" tanya Temmy dengan geram.
'Tidak penting anda mengetahuinya Tuan. Lebih baik Tuan bersiap menahan sakit. Saya dan rekan akan mengeluarkan peluru itu dari kaki Tuan."celetuk Juki dengan seringai di bibirnya.
Talita berusaha menghalangi Juki dan Ali, kedua pria yang melangkah maju menghampiri Temmy.
"Jangan gila kalian! Aku gak akan membiarkan kalian menyentuh suami ku! Jika memang harus diobati, tenaga medis yang akan mengatasinya!" Talita bersikeras tak mau orang-orang itu menyentuh suaminya.
Juki menghembuskan nafasnya kasar, menatap sinis Talita, "Kau yakin, Nyonya? Mau melibatkan pihak lain? Bagaimana dengan keselamatan putri mu? Gak takut kah anda jika bos besar kami melukai putri mu?"
"Mana ada penjahat yang mau mengobati korbannya? Kau pikir aku ini pria bodoh? Kalian mau melenyapkan ku kan?" tuduh Temmy.
Ya memang sulit dipercaya, tapi mereka memang mau melakukan semua itu.
Talita berhambur memeluk Temmy, "Suami ku benar. Kalian pasti mau menghabisi kami? Siapa sebenarnya kalian hah! Kenapa kalian membuat kekacauan di rumah ku? Kenapa kalian menahan putri ku? Apa salah kami pada kalian?" cecar Talita dengan penuh emosi.
"Kami hanya menjalankan perintah, Nyonya! Jadi mohon kerjasamanya!" celetuk Bayu dengan pisau dan pemantik di tangannya.
"Jangan tante! Apa yang dikatakan om benar. Gak ada penjahat yang mau mengobati korbannya! Lebih baik tante lari dari tempat ini! Minta pertolongan pada orang lain tante!" teriak Josep dengan nafas tersengal, gak peduli dirinya yang tengah berusaha bangkit dari posisinya yang tersungkur di lantai.
Bugh.
"Sudah hampir sekarat, masih saja mengompori Nyonya besar ke jalan sesat!" herdik Bagas, ia bahkan menendang kaki Josep.
"Ugghhh sialan kalian! Beraninya main keroyokan!" ringis Josep dengan tangan mengepal.
"Kami tidak main keroyokan, kamu saja yang gak punya kemampuan bertahan apa lagi melawan kami! Bagi kami mau itu dua lawan satu itu masih wajar, gimana jadinya kalian kalo bos besar menurunkan sepuluh orang untuk kalian lawan?" ejek Bagas
Tama menelan salivanya sulit, 'Alamat jadi daging manusia geprek kalau begitu' batinnya.
Bayu menaikkan satu alisnya, menatap Temmy dengan sinis, "Bagaimana dengan Tuan besar sendiri? Yakin mau menolak kebaikan hati dari calon menantu anda? Gak takut kah dengan kekuasaan yang dimilikinya?"
Talita mengulurkan tangannya pada Juki, "Biarkan aku bicara dengan putri ku! Baru aku bisa percaya kalian akan mengobati suami ku!"
Trak.
Bagas menarik tangan Tama, dengan pasti mengobati luka pemuda itu.
"Ughhh pelan-pelan!" keluh Tama dengan meringis.
Juki mengerdikkan kepalanya, "Lihat, suami mu bisa mati kehabisan darah. Jika pendarahan nya gak dihentikan!"
"Oke, tolong kalian selamatkan suami ku! Jika sampai terjadi apa apa pada suami ku… kalian gak akan aku biarkan lolos!" kata Talita dengan wajah putus asa.
Juki, Bayu dan Ali langsung menangani Temmy.
"Uuggghhhhh!" Temmy menjerit kesakitan dengan suara teredam, mulutnya disumpal sapu tangan oleh Ali. Sementara kedua rekannya berusaha melakukan yang terbaik untuk pria paruh baya itu.
'Tolong selamatkan suami ku! Emang gak masuk akal, tapi nyata di hadapan ku! Pria itu yang menembak kaki suami ku. Dia juga yang berusaha mengeluarkan pelurunya dari kaki suami ku!' batin Talita menatap kesal Juki dan kasihan pada Temmy. Dengan kedua tangannya yang saling bertautan.
Karena sebenarnya memang mereka tidak bermaksud menembak, hanya saja terjadi perebutan senjata yang memaksa Juki melakukan semua itu. Kan tadinya niatnya cuma mau menggertak. Tapi, siapa yang bisa mencegah sesuatu yang buruk seperti ini terjadi. Terkadang dalam kepanikan, hal buruk memang lebih banyak kemungkinan untuk terjadi.
'Mama gak habis pikir nak! Kenapa kamu bisa mengenal pria pria berbahaya macam mereka? Apa yang sudah kamu perbuat, Ti! Semoga kamu tidak disakiti oleh mereka.' pikir Talita.
Sementara itu di dalam mobil. Brian menegakkan kepalanya, ujung jarinya menepuk lembut bibirnya sendiri. Seakan tengah memberi kode pada Tati.
Tati mengerutkan keningnya gak habis pikir, dengan tangan terkepal, 'Kurang ajar, si brengsekk ini mau merendah kan ku lagi? Menjatuhkan harga diri ku dengan menciumnya? dia pikir siapa dia?' batin Tati.
"Apa? A...aku tidak mengerti maksud mu, Tuan!" sangkal Tati.
"Nona, anda sudah dewasa. Masih gak ngerti bahasa isyarat? Cepat cium Tuan Muda. Sebelum mobil ini melaju terlampau jauh!" ejek Danu.
Grap.
Brian yang gak sabar, langsung menarik Tati. Membuat wanita itu berada di atasnya. Tanpa menunggu, Brian langsung melumatt bibir wanita cantik di atasnya itu dengan sangat rakus.
"Eemmpphhhh!" Tati membola, dengan perasaan gak ikhlas atas perlakuan Brian padanya.
Tati mencengkram dada dan lengan Brian erat, 'Sialan, Brian brengsekk! Apa dia pikir bibir ku hanya mainan nya yang diperlakukan kasar? Aku ini manusia bukan robot!' umpat Tati dalam benaknya.
"Kau tidak menikmatinya! Aku tidak suka dengan keterpaksaan mu!" gerutu Brian, menyapu bibir Tati yang ba sah karena ulahnya.
'Siapa yang akan menikmati dipaksa-paksa begini?' batin Tati kesal.
"Menurut mu apa aku harus merasa bahagia diperlakukan buruk seorang pria, seperti ini?" tanya Tati datar.
"Pertanyaan yang menarik!" kata Brian gak kalah datar.
"Kita mau kembali atau lanjut, Tuan?" tanya Danu, melihat sang Tuan yang sudah selesai dengan aktivitasnya.
"Lanjutkan saja! Kita tidak perlu kembali!" putus Brian tanpa ragu.
Brugh brugh brugh.
"Kau jahat, kau curang! Kamu gak tepati janji! Kau brengsek Brian! Aku membenci mu! Aku membenci mu!" Tati kembali memukul dada bidang Brian, dengan kepalan tangannya dengan wajah penuh amarah.
Grap.
Brian mencekal pergelangan tangan Tati, dengan berseringai.
"Kau lakukan seperti apa yang ku lakukan pada mu! Dihayati dan dinikmati! Baru aku akan minta Danu kembali."
'Brengsekkk!' pekik Tati dalam hati menatap pria di depannya itu dengan begitu tajam.
***
Bersambung …