Awalnya Erina Jasmin di tuduh mencuri dompet milik pelanggan di kafe di mana dia bekerja. Dia di laporkan oleh manajer kafe dan di pecat oleh atasannya. Erina kesal karena di tuduh mencuri dompet milik pelanggan yang ternyata Erika Gladys perempuan pemilik dompet itu.
Alih-alih tidak di laporkan pada polisi, Erina di tawari sebuah kesepakatan untuk menjadi istri pengganti seorang kaya. Dia awalnya menolak, tapi karena Erika Gladys menawarkan uang banyak untuk membantunya membiayai ibunya dalam pengobatan di rumah sakit.
Karena wajah Erina Jasmin dan Erika Gladys sangatlah mirip bagai di pinang di belah dua. Maka misi yang di tugaskan Erika pada Erina pun di jalankan, menjadi seorang istri dari Kenzio Pahlevi Abraham. Lalu, apa intrik masalah yang akan di hadapi oleh Erina setelah menjadi istri pengganti Erika yang hidupnya memang untuk bersenang-senang saja dengan beberapa selingkuhannya.
Dan apakah Erina dan Erika sebenarnya saudara kembar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Nomor Tak Di Kenal
Erina sangat kesal sekali dengan sikap dan ucapan Aldo padanya, benar-benar tidak mengerti kenapa bisa Erika bertemu dan berteman dengan laki-laki macam Aldo.
"Siapa dia, kenapa Erika bisa berteman akrab dengan laki-laki bernama Aldo. Apakah hubungan mereka sangat jauh sampai mereka harus pergi ke hotel bersama, apa yang mereka lakukan di hotel?" gumam Erina.
Dia masih syok dengan kejadian di kafe, apa lagi laki-laki itu seperti mengancam akan mendapatkannya. Erina memejamkan matanya, dia benar-benar harus berpikir keras untuk menghindar dari laki-laki bernama Aldo.
Sementara itu, di kafe.
Aldo hendak pergi dari tempat di mana Erina duduk, dia bangkit dari duduknya tapi di cegah oleh Nadia.
"Kamu mau kemana?" tanya Nadia langsung duduk di depan Aldo.
"Kamu baru sampai? Huh, sedikit lagi kamu datang cepat, mungkin kamu bisa membujuk Erika untuk ikut denganku," kata Aldo.
"Erika? Apa kamu bertemu dengannya?" tanya Nadia heran.
"Ya, tadi dia minum kopi di sini. Aku datang dan melihat Erika duduk sendiri di sini, tapi dia malah pergi," jawab Aldo.
"Heh, kamu di tinggal pergi?"
"Diamlah, dia seperti bukan Erika. Selalu menolak apa yang aku lakukan, apa sebenarnya yang terjadi dengannya? Apakah dia sudah berbaikan dengan suaminya?" tanya Aldo.
"Itu tidak mungkin, sejak kepulangannya di rumah itu. Ken selalu acuh padanya, bahkan perempuan sombong itu juga tidak mempedulikan suaminya." jawab Nadia.
"Lalu kenapa dia jadi berubah dingin padaku?"
"Apa yang kamu bicarakan dengannya?" Nadia balik bertanya.
"Yaa, aku mengatakan kalau aku akan membawanya ke hotel," jawab Aldo ragu.
"Kamu bodoh, lihat sekelilingmu. Ini tempat umum, kenapa kamu bicara seperti itu padanya?
"Kupikir Erika akan menyetujuinya, sudah lama kami tidak bertemu dan tentu saja lama juga kami tidak tidur bersama," jawab Aldo tanpa rasa bersalah.
"Ck, tentu saja dia menolak. Ini di kafe, di tempat umum. Semua orang hampir tahu siapa itu Erika, istri dari Kenzio. Lalu kamu bicara seakan dia masih sendiri? Pakai otakmu jika ingin mendapatkan dia," kata Nadia sedikit kesal pada Aldo.
"Ck, kenapa kamu marah? Bukankah kamu mau membantuku untuk mendekatinya lagi?"
Nadia menarik napas panjang, dia mengeluarkan ponselnya dan membuka layar. Mencari nomor kontak yang sudah dia dapatkan dari Tita.
"Ini, lihatlah. Nomor baru Erika," kata Nadia menunjukkan ponselnya pada Aldo.
Aldo langsung mengambil ponsel Nadia, menatap layar itu dengan berbinar dan menatap Nadia.
"Kamu mendapatkan nomor Erika yang baru? Waah, kamu hebat sekali Nadia," puji Aldo membuat Nadia bangga.
"Tentu saja aku pintar," jawab Nadia mengambil ponselnya dari tangan Aldo.
"Kenapa di ambil? Aku belum menyimpan nomornya itu," kata Aldo.
"Nanti aku kirim nomornya lewat pesan, sekarang apa rencanamu selanjutnya?" tanya Nadia.
Aldo menyandarkan punggungnya, jari telunjuknya di ketuk-ketuk di bibirnya dengan berpikir.
"Rencanaku tentu saja membawanya ke hotel dan menghabiskan malam indah bersamanya, hahah!" ucap Aldo tertawa senang.
"Itu saja yang kamu pikirkan," Nadia mencibir pada Aldo.
"Hei, aku lebih pintar darimu Nadia. Aku sudah beberapan kali tidur dengan Erika, sedangkan kamu? Apa kamu sudah bisa tidur dengan Ken?" tanya Aldo penuh kemenangan.
Membuat Nadia menggeram kesal, dia membuang wajahnya ke arah lain. Benar adanya dia tidak pernah tidur dengan Ken, tapi itu tidak mungkin karena akan sangat memalukan dan tidak pantas.
Yang dia sesali kenapa jadi sepupu Ken, sedangkan laki-laki itu sangat mencintai istrinya. Dia laki-laki yang baik, tapi juga sikapnya mudah terpengaruh. Berbeda dengan Ken yang tampil di depan layar kaca, sangat berwibawa sekali.
"Sebaiknya kamu rencanakan sesuatu, jangan berpikir terlalu lama untuk mendapatkan Ken. Aku akan membantumu untuk memisahkan mereka dan kamu bisa menikah dengan sepupumu yang tercinta, Nadia," ucap Aldo.
"Apa rencanamu?" tanya Nadia.
Aldo tersenyum kecil, dia melihat sekeliling yang sudah mulai sepi. Lalu laki-laki itu pun memberi isyarat pada Nadia agar lebih dekat padanya, Nadia pun menurut.
Aldo membisikkan sesuatu ke telinganya, Nadia mengerutkan dahinya. Tapi kemudian dia tersenyum kecil tanda setuju apa yang di ucapkan Aldo.
"Bagaimana? Kamu suka?" tanya Aldo.
"Ya ya, aku suka dengan rencanamu. Tapi, kupikir lebih baik kita bersikap tenang saja. Jangan terburu-buru, kita cari tempat yang tepat untuk rencanamu itu." ucap Nadia.
"Ya, tentu saja. Aku akan cari tempatnya, dan mempersiapkan semuanya. Hahah! Aku sudah membayangkan akan seperti apa jika rencana itu berhasil," ucap Aldo.
"Itu akan menjadi berita besar, sungguh rencanamu bagus sekali Aldo. Hahah!"
Keduanya tertawa senang, mereka memiliki rencana jahat pada Erina, dan dalam beberapa hari akan di laksanakan rencana itu.
_
Erina sedang bersantai di samping rumah menemani Gio bermain, sore ini gadis itu sangat senang karena Gio tidak rewel ketika bermain.
Nenek Sabrina juga menemani Gio bermain, perempuan tua itu sangat senang Erina menemani Gio bermain.
"Dulu, sebelum kamu pergi liburan kemarin. Biasanya Gio akan selalu rewel kalau di ajak bermain, sekarang setelah kamu pulang. Dia sangat senang dan tidak rewel lagi," kata nenek Sabrina.
"Syukurlah, aku juga ikut senang nek. Gio sangat penurut jadinya," kata Erina.
"Terkadang nenek sangat kasihan padanya, ketika dia meminta bermain denganmu. Kamu selalu menolaknya dan akan pergi dari rumah ini untuk bertemu dengan teman-temanmu. Tapi sekarang...."
"Itu sudah berlalu nek, sekarang aku akan selalu memperhatikan Gio. Anak itu kasihan sekali, papanya sibuk kerja dan selalu pulang larut. Jadi jarang bertemu dengan papanya, makanya aku akan menggantikannya untuk menemaninya bermain atau mengantarnya sekolah," kata Erina.
Nenek Sabrina pun tersenyum senang, dia menatap Erina lekat. Hatinya seperti ada sesuatu yang berbeda dari gadis di sampingnya itu. Tapi entah apa, yang jelas saat ini dia merasa tenang dan bahagia melihat Erina, tidak seperti yang dulu.
Dulu selalu berdebat dengan Erika, perempuan yang dia pikir akan selalu baik pada keluarganya. Tapi nyatanya, selalu egois dan mementingkan kesenangannya saja.
Ponsel Erina berdering, dia mengambil ponselnya dan melihat layar. Entah siapa yang menelepon, nomornya tak di kenal.
"Siapa?" tanya nenek Sabrina.
"Entah nek, nomornya tidak di kenal," jawab Erina belum menjawab teleponnya.
"Mungkin itu penting, angkat saja," kata nenek Sabrina. Erina pun mengangguk dan menekan tombol panggilan lalu menjawab sambungan teleponnya.
"Halo? Siapa ini?"
"Halo Erika sayang..."
_
_
******
bagaimana kl mereka jatuh hati...
sampai kapan bs menghindar dr hubungan suami istri?
ato Nadia?