Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.
"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.
"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."
"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dasar Curang
Alina terkejut mendapati semua anggota keluarga Bara mengelilingi tempat tidurnya, terlebih lagi Alina melihat seorang perempuan memakai pakaian putih duduk di sampingnya.
"Saya kenapa ada di sini?" Tanyanya dengan memegang kepalanya sedikit pening.
"Tadi kamu pingsan sweety." Jawab Bara.
"Pingsan?"
"Iya itu karena kondisi janin kamu yang lemah." Jawab dokter perempuan itu.
"Saya merasa pusing dokter. Terus saya juga mual muntah dok" Ucap Alina.
"Itu karena kamu mengalami anemia. Nanti saya akan meresepkan obat untuk kamu minum. Banyak istirahat ya?" Terang dokter itu.
"Iya dokter, terima kasih."
"Dok gimana dengan anak saya? Apakah sehat? Terus kenapa Alina bisa muntah-muntah begitu?" Tanya Bara yang terlihat cemas.
Terlihat jelas bahwa pria yang berstatus suami Alina itu tidak paham mengenai kehamilan, namun Bara terlihat khawatir ketika ia melihat wajah istrinya pucat pasi.
"Iya dokter apakah cucu saya baik-baik saja?" Kini Robert ikut bertanya karena ia mencemaskan kandungan Alina.
"Jangan cemas, kehamilan disemester satu terutama diawal akan mengalami gejala mual muntah dan pusing. Tapi itu hanya sampai usia kandungan sampai 4 bulan." Terang dokter wanita teman dekat Robert, ayah Bara.
Dokter itu kawan lama Robert sejak masa SMA, dan kini ia dijadikan dokter keluarga nya karena mengingat persahabatan keduanya yang begitu dekat.
"Kamu tenang saja Robert, cucu kamu akan sehat. Asal jangan buat Alina stres dan kelelahan. Diminum juga vitamin nya nanti, oiya jika ingin lebih tahu kondisi janinnya kalian bisa bawa Alina untuk usg."
"Baik dokter nanti saya akan ke rumah sakit untuk usg, iya kan sweety." Ucap Bara yang mengambil tangan Alina dan mengecup punggung tangannya.
Alina tak menjawab, ini hanya mengangguk karena tubuhnya masih terasa lemah. Sedangkan Bram sedari tadi terlihat hanya menatap Alina saja, dia juga ikut cemas dengan apa yang Bara rasakan.
"Syukurlah jika cucu saya baik baik saja. Bara tolong jaga cucu ayah di dalam perut mantu kesayangan ayah. Bawa sore ini bawa Alina USG." Titah Robert menekankan Alina adalah menantu kesayangannya.
"Tentu saja Ayah." Jawab Bara dengan antusias, karena ia juga ingin mengetahui kondisi anaknya.
Alina sendiri terlihat malu akan pujian ayah mertuanya, berbeda dengan Lisa dan Naura yang terlibat kesal saat mereka mendengarnya. Naura merasa iri dan tak terima itu, terlebih lagi ia begitu tidak menyukai kehadiran Alina dirumah suaminya.
Bahkan sedari awal masuk kuliah ia tidak menyukai Alina, karena gadis yang menyandang sebagai mantan kekasih suaminya itu selalu saja menjadi primadona dikampusnya.
Terlebih lagi Alina yang mampu membuat pria bernama Bram yang terkenal dikampus takluk, dan berhasil memacari pria yang banyak digilai perempuan dikampusnya.
Naura yang sedari dulu menaruh harapan dan suka nya pada Bram hanya bisa menahan kekecewaan. Dan ia berupaya mengambil Bram dari sisi Alina demi obsesinya.
"Sudahlah kalian keluar semua, biarkan Alina beristirahat." Perintah Robert yang ditujukkan pada istrinya, Bram dan Naura.
Ketiganya pun keluar lebih dulu karena Robert yang menyuruhnya tadi, hanya Bram yang rada berat meninggalkan Alina. Tapi ia tahu posisinya hanya siapa dirumah ini, dan ia hanya ipar bagi Alina kini.
Robert mendekati Alina dan mengusap lembut puncak kepala menantunya itu, Bara hanya menatap nya saja.
"Jaga kondisi kamu, sekarang kamu juga anak ayah jadi jangan sungkan pada ayah ya?" Ucap Robert tulus.
Mata Alina seketika berkaca-kaca, ia menjadi menghangat hatinya seolah ia begitu merindukan sosok ayahnya yang sudah lama meninggalkan dirinya.
"I_iya ayah." Jawab Alina.
Tanpa terasa air mata itu luruh juga, membasahi wajah putih bersih nya. Robert yang melihat itu menjadi sedikit membungkuk kan badannya, ia menghapus jejak air mata Alina dengan tangan keriputnya.
"Kenapa kamu menangis? Apa anak ayah ini nakalin kamu? Katakan saja kalo Bara memang buat kamu sedih." Ucap Robert menatap sendu menantunya.
"Tidak ayah." Jawab Alina dengan disertai gelengan kepalanya.
Kini satu alis Robert terangkat keatas tak paham, ia pikir Alina menangis karena puteranya Bara yang masih suka bersikap santai dan egois.
"Lalu kenapa kamu menangis nak? Katakan pada ayah?"
"Alina rindu dengan ayah, terima kasih ayah sudah baik dan perhatian sama Alina." Jawab Alina berderai air matanya.
Mendengar ucapan Alina hati siapa yang tidak pilu, bahkan kini Robert tanpa sadar ikut berkaca-kaca. Hatinya langsung menghangat saat itu juga.
Robert tahu bahwa menantunya itu telah kehilangan sosok kedua orang tuanya sejak remaja, untuk itu Adrian sang kakak adalah tumpuan hidupnya saat itu.
"Mulai sekarang kamu juga putriku, anggap ayah ini bukan hanya mertua kamu, tapi ayah untukmu." Ungkap Robert.
Ketulusan dan kebaikan ayah Bara membuat Alina senang, ia begitu diperhatikan. Alina mengangguk tanda ia setuju.
"Baik ayah, boleh Alina peluk ayah." Pinta Alina.
"Tidak boleh."
Alina seketika itu raut wajahnya yang awalnya senang merona kini menjadi memudar sendu karena Robert tidak mengizinkannya. Namun setelah itu pria tua itu terkekeh cukup kencang.
Hingga kedua netra Alina dan Bara yang bertubrukan menjadi bingung, bahkan Bara terlihat mengedipkan bahunya.
"Kenapa ayah tertawa?" Keluh Bara mencebik.
"Kamu tidak boleh peluk ayah karena kondisi badan kamu yang lemah, biar ayah yang peluk kamu." Jawab Robert yang kemudian ia mendekatkan dirinya untuk memeluk Alina.
Alina terlihat senang, pelukan seorang ayah pada putrinya. Itu yang Alina rindukan selama ini. Bara yang berdiri di dekat ayahnya nampak iri dan cemburu melihatnya.
"Terima kasih ayah."
"Iya sekarang kamu istirahat ya?"
"Iya ayah." Jawab Alina penuh kepatuhan.
Robert melepaskan pelukannya, kini ia berdiri berhadapan dengan putranya, tangan pria tua itu menepuk bahu Bara cukup nyaring terdengar.
"Jaga istri kamu, mulai detik ini kamu harus dewasa. Kurangi kumpul-kumpul dengan teman balapanmu, ayah juga tidak suka kamu selalu ikut race motor."
"Kalo untuk menjaga Alina pasti akan Bara lakukan, tapi tidak dengan hobi Bara yang satu itu ayah." Sela Bara dengan menolak keinginan ayahnya.
Bara dari remaja memang menyukai hobi itu, dimulai umurnya 17 tahun hingga ia sering mendapat kejuaraan di berbagai kota dan negara.
Tapi Robert tidak menyukainya karena ia hanya memiliki Bara seorang, untuk itu ketika ia tahu Bara menghamili Alina, pria itu mendukung penuh keputusan Bara untuk mempersunting Alina.
Setidaknya Robert juga butuh penerus dari Bara untuk melanjutkan bisnisnya, karena Bara belum bisa ia jadikan tumpuan, puteranya itu masih kekeh akan meneruskan job race motornya.
"Pikirkan anak dalam rahim Alina, sudahlah kamu renungkan perkataan ayah."
Dengan berat hati Robert pun akhirnya pergi dari kamar pasangan pengantin baru, yang baru sah menikah kemarin.
Kini di kamar itu meninggalkan Alina dan suaminya, kalimat duduk disandaran bahu ranjang pun menatap suaminya yang berjalan ke arahnya.
Pada duduk di samping Alina, tangannya kemudian mengusap helaian rambut Alina sama seperti yang ayahnya lakukan tadi. Lalu tiba-tiba suaminya itu memeluk dirinya hingga ia terkejut dengan sorot matanya membesar.
"Kak, lepas. Aku gak bisa nafas." Seru Alina mencoba berontak.
"Hussst biarkan seperti ini, aku tadi cemas melihatmu pingsan Alina. Sungguh...." Ucap Bara jujur.
"Benarkah kak?" Tanya balik Alina seolah tak percaya.
"Iya, aku juga cemburu melihat ayah nempel sama kamu, lagian kamu bisa ya tersenyum cantik tadi, beda pas sama aku." Sungut Bara seolah ia protes.
Bara akui tadi ketika Alina tersenyum dipeluk ayahnya ia melihat adik kandung Adrian itu begitu cantik, dan ia baru melihat senyuman indah itu selama ia dekat dengan Alina.
Alina hanya mengeleng dengan tersipu, hingga Bara yang telah melepaskan pelukan kini mendekatkan wajahnya pada istrinya.
"Itu semua karena kamu menyebalkan kak, makanya aku malas tersenyum untuk kamu." Balas Alina dengan jantung yang tak bisa ia kondisikan dengan baik.
Bara memang akui jika selama ini ia suka sekali menggoda Alina, bahkan usil pada gadis yang mengandung benihnya.
"Tersenyumlah untukku Alina."
"Gak mau." Jawab Alina cepat.
"Ini perintah Alina, dan kamu harus patuh."
"Udahlah kak aku capek."
"Senyum atau gue cium." Perintah Bara seolah sarat akan keharusan pada istrinya.
Alina kesal dengan ancaman suaminya itu, ia menghela nafasnya panjang hingga akhirnya ia memilih menarik sudut bibirnya.
Alina tersenyum didepan suaminya yang tak sabar menunggunya, senyuman cantik itu mulai ia tunjukkan pada Bara.
Bara nampak senang melihat Alina menurut, ia juga bisa melihat kecantikan istrinya dalam senyuman itu.
"Sangat cantik....." Puji Bara dalam hati, tanpa sang istri bisa mendengar nya.
"Sudahkan, sekarang aku mau tidur." Ucap Alina yang akan bersiap berbaring.
Baru saja akan membaringkan tubuhnya, Bara sudah menahan tangan Alina, sang istri pun terkejut.
"Kenapa?" Tanya Alina menatap suaminya.
Bukannya menjawabnya, Bara memilih merekatkan bibirnya pada milik Alina, dan ini ciuman yang ke tiga kalinya yang pria itu lakukan secara tiba-tiba.
Alina melebarkan matanya demi bisa mewaraskan dirinya dari aksi suaminya, ia sempat mengerjap sebelum akhirnya Alina larut dalam ciuman itu.
Kian lama ciuman Bara menjadi lembut tak tergesa-gesa, hingga tangan Bara kini telah ada di puncak kembarnya, dan meremasnya. Saat itu Alina tersadar lalu ia mendorong pelan suaminya hingga ciuman keduanya terlepas.
"Kenapa kak Bara mencium ku? Tadi kan aku udah turuti kemauan kakak kan?" Protes Alina mengusap jejak saliva Bara yang menempel pada benda lunaknya.
"Suka-suka gue lah, lagi pula Lo milik gue. Milik Bara Respati." Ujar Bara penuh penekanan.
Alina seketika memutar bola matanya kesal. "Dasar curang, egois." Umpat Alina.
Namun Bara hanya acuh, ia lalu tersenyum tipis melihat Alina yang marah dengan mengumpat nya.
Baca juga , "Pesona Wanita Penggoda."
Lebih Hot dan penuh intrik 😚