menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Arion
Lucas mengawasi Liana yang sedang berjalan di atas Treadmill dari belakang, sebenarnya ia tidak setuju permintaan Liana ini. Karena hal yang pertama adalah kesempatan Liana belum pulih baginya, dan kedua ia lebih suka Liana yang berisi daripada langsing. Suka saja mereka melihat Liana tembam dari pada tirus.
"Lucas, bisa kau tampah kecepatannya?"
"Tidak! Itu sudah batas normal untuk mu!" tegas Lucas.
"Tapi, ini sama saja seperti berjalan biasa!"
Mungkin bagi Lucas itu sudah terlalu cepat untuk Liana tapi bagi Liana ini sama saja seperti jalan slowmo.
"Ingatlah bahwa kau–"
"Iya ya! Aku belum sembuh total, makanya olahraga agar bisa sehat!" tak mau kalah.
"Aku bilang tidak ya tidak!"
"Hanya menambah beberapa kecepatan saja agar tidak terlalu berjalan santai!"
"Kalau kau tidak menurut aku tidak akan mengizinkan mu masuk ke sini lagi!"
“𝘗𝘳𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯!”
"Aku tahu kau memaki ku dalam hati mu!" datarnya.
"Syukurlah kalau tahu!" menghadap depan.
Lucas memijat keningnya.
𝘒𝘳𝘦𝘢𝘢𝘬!
Lucas menoleh kala seseorang masuk ke dalam, rupanya Felix.
"Sudah lama aku tidak melatih otot-otot ku," gumam Felix memegang lehernya, kemudian ia tak sengaja melihat Lucas dan ... Liana.
"ASTAGA, LUCAS! APA-APAAN KAU INI?!" Felix terkejut melihat Liana yang sedang berjalan di atas Treadmill.
Liana melirik bingung, apakah yang dimaksud Felix adalah dirinya?
"Bagaimana bisa kau suruh Liana berolahraga saat dia masih sakit?!" teriak Felix mencengkeram kerah baju Lucas.
"Apaan sih!" Lucas menepis tangan Felix.
"Dasar bod0h! Dia tidak boleh beraktivitas apalagi olahraga raga dengan cara begini!"
Liana dan Lucas menatap datar, sampai kapan Felix akan bersikap berlebihan begini? Liana menggelengkan kepalanya dan tetap kembali melanjutkan olahraganya.
"Dia–"
"Hentikan sekarang juga!" Felix berjalan mendekati Liana, Lucas hanya diam membiarkan Felix lagian ia tahu apa yang akan Liana lakukan pada bocah berambut pirang itu.
"Liana! Turun sekarang, dan hentikan!" berdiri di samping Liana.
"Sudah cukup sikap berlebihan mu, Felix!" datar Liana melirik.
"Berlebihan?! Aku lakukan untuk kebaikan mu, sekarang hentikan!" saat Felix hendak mematikan alat Treadmill, Liana menepuk punggung tangan Felix.
𝘗𝘭𝘢𝘬.
Felix menarik tangannya kemudian ia mengusap punggung tangan yang baru saja dipukul oleh Liana seperti dia mencomot makanan tanpa izin.
"Ini aku yang minta," datar.
"Tapi, kau baru saja sembuh," sorot mata Felix berubah khawatir.
"Aku baik-baik saja, jika aku hanya diam saja itu akan semakin membuat ku sakit!"
Felix cemberut mengusap punggung tangannya, Lucas terkekeh.
"Benar-benar kekanakan," gumam Lucas.
Liana menekan tombol berhenti lalu turun dari Treadmill, Lucas memberikan handuk kecil dan mengelapkan pada kening Liana juga leh3r.
Liana hendak mengambil handuk dan ingin mengelapnya sendiri tapi Lucas menolak karena biar dia yang melakukannya.
Liana hanya pasrah.
"Felix, lain kali sikap berlebihan mu kurangi," kata Liana.
"Tapi, ini demi dirimu,"
"Aku tahu apa yang baik dan buruk, jadi kau tidak perlu berlebihan begini."
Felix cemberut kesal. Kenapa ekspresi Felix saat begini lucu? Tapi tetap saja perlu dikasih paham agar Felix tidak berlebihan dalam segala hal sekecil apa pun.
"Terima kasih, Lucas. Aku akan kembali untuk membersihkan diri,"
"Baiklah, jika kau ingin berolahraga lagi silahkan datang ke sini kapan pun yang kau mau," senyum Lucas.
"Terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu," Liana pun pergi meninggalkan keduanya.
Lucas menghela nafas dan menyampaikan handuk kecil di pundaknya.
"Seharusnya kau dengarkan aku tadi,"
Felix melirik tajam lalu pergi begitu saja.
"Hey, kau mau kemana? Bukan kah kau harus melatih otot-otot–"
𝘉𝘙𝘈𝘈𝘒!
"... mu." padahal Lucas belum menyelesaikan ucapnya malah sudah pergi begitu saja. Lucas menggelengkan kepalanya, sikap Felix dari dulu tidak pernah berubah.
-
-
"Aku tidak bisa menghubungi Ayah karena ponselnya rusak," gumam Liana melihat pemandangan malam hari di balkon kamarnya.
Pada kehidupan pertamanya, ia terluka akibat temb4kan yang diberikan pada Arvin. Tapi sepertinya kejadian itu berubah dengan cara ia dikurung selama beberapa minggu, masalah ia terluka sama saja hanya berbeda kejadian.
Itu artinya Arion dan yang lain berhasil mengalahkan Arvin, tapi kemungkinan tidak sampai membunvh mereka.
Sama seperti kehidupan pertamanya, mereka tidak membunuh Arvin dan Marvin tapi siapa tahu peperangan selanjutnya mereka akan membunvh 2 bersaudara itu. Sayang sekali saat kemat1an nya itu ia tidak tahu apakah mereka berhasil mengalahkan Arvin, apakah mereka terluka parah atau musuh mereka kembali melarikan diri?
Tetapi entah mengapa ia seperti mengingat sesuatu secara samar, di mana ia melihat beberapa pria saling beradu disebuah tempat yang asing.
Dan saat terbangun seperti mimpi yang panjang ternyata ia diberi kesempatan untuk hidup. Ia kira hanya ada di cerita-cerita dongeng atau fiksi saja ternyata benar nyata kalau reinkarnasi itu ada.
"Jika reinkarnasi itu ada, artinya tidak hanya aku yang mengalami nya," gumam Liana menatap langit malam yang dipenuhi bintang dan sinar bulan.
"Liana,"
Liana menoleh kala dirinya terpanggil.
"Arion?"
Kini Arion dan Liana sedang duduk di dalam dan menutup pintu balkon. Sejak tadi keduanya hanya hening, Liana bingung pembicaraan apa yang harus ia obrolkan.
"Kau pasti menderita di sana,"
Liana menatap Arion, apakah maksud Arion di tempat Arvin?
"Aku datang tidak tepat waktu untuk menyelamatkan mu,"
"Tidak apa, salah ku juga karena tidak memberitahu keberadaan ku pada kalian,"
Arion langsung menatap Liana, "Maksud mu?"
"Aku sengaja tidak memberitahu keberadaan ku pada kalian, karena aku ingin mengetahui apa yang akan mereka lakukan pada ku dan kalian. Jadi aku berusaha menyesuaikan diri di sana, aku pikir dengan cara itu aku mengetahui sesuatu. Ternyata tidak,"
"Untuk apa kau melakukan itu?!"
Liana terdiam, tanpa sadar ia hampir menceritakan semua yang ia alami selama ini. Bagaimana pun mereka juga harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi apakah ini waktu yang tepat?
Liana tahu suatu saat nanti Arvin dan Marvin akan kembali menyerang mereka secara besar-besaran bersama Presiden King, ia juga tidak mau mereka terluka hanya karena dirinya. Apakah Arion yang tertemb4k saat menyelamatkannya dari Marvin.
"Ngomong-ngomong, ada yang ingin ku tanyakan pada mu," Arion.
"Apa?"
"Apa kau mengetahui siapa diriku?" tatapan serius.
Sepertinya Arion mulai peka terhadapnya, akan kah kali ini ia akan mengelak?
"Mustahil bagimu tidak tahu siapa kami yang sebenarnya, karena kau seperti mengetahui sesuatu. Contohnya, Marvin,"
𝘋𝘦𝘨!
Apakah ... Arion mulai mencurigainya? Jangan-jangan Elvano dan Revan bercerita bahwa pada saat itu ia tidak sengaja menyebut nama Marvin, jadi mereka seperti bingung bagaimana ia bisa mengenal pria yang merupakan musuh mereka?
"Dari mana kau mengenal Marvin? Siapa yang memberitahu mu?"
Tidak, ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya sekarang. Ia masih membutuhkan waktu untuk mengatakan yang sebenarnya, kalaupun reinkarnasi itu ada belum tentu semua orang mempercayai cerita itu.
"Katakan pada ku, Liana. Bagaimana bisa kau mengenal mereka?!" mencengkeram kedua bahu Liana.
"Aghk!" Liana memegang kepalanya.
"Liana! Kau baik-baik saja?!"
"Y–ya, aku, aku baik-baik saja,"
"Aku akan memanggil Jay!"
"Tidak, jangan. Aku hanya sedikit pusing saja,"
“𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘈𝘳𝘪𝘰𝘯, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘬𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢,”
Arion menggendong Liana ke kasur dan meletakkannya di sana.
"Maaf sudah menekan mu, sebaiknya kau istirahat lebih awal,"
Liana mengangguk. Arion menyelimuti Liana lalu melangkah keluar dari kamar.
“𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯,” Liana menutup mata setelah Arion menutup pintu.
Arion berdiam diri di depan pintu. “𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘺𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘬𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶!”
-
-
"SI4LAN!" teriaknya.
"Gadis bod0h itu mencuri ponsel ku untuk menghubungi si b3rengs3k Arion!" ternyata Marvin.
"Lihat saja kau, suatu saat nanti jangan harap kau bisa bernafas sedetik pun!"
•••
TBC.