BTTH: SISTEM MC

Si fan adalah pemimpin dari pemburu budak, insiden menghilang nya ratu suku ular yang ditakuti, ibaratkan sebuah anugerah baginya karena dengan itu ia bisa lebih leluasa untuk menangkap suku manusia ular yang terkenal cantik dan menggoda.

"Hmmmm lebih banyak budak, lebih banyak uang" ucap si fan memeluk paksa seorang wanita suku ular cantik.

tangannya yang besar dan tidak berperasaan mencengkeram pinggangnya saat dia bersandar, menghirup aroma manis dan musky di lehernya. Wanita itu berjuang, ekornya berkedut dalam kegelisahan, tapi dia tidak peduli.

Si Fan mengeluarkan dengungan rendah dan penuh apresiasi saat hidungnya menempel pada kulit lembut leher wanita ular itu, napasnya hangat dan invasif. Wanita itu tersentak, mencoba menarik diri, tetapi cengkeramannya adalah besi, jari-jarinya menekan dagingnya seperti pria yang mengklaim kepemilikan. Beberapa wanita ular lainnya menyaksikan dalam diam, ekspresi mereka memadukan kengerian dan ketidakberdayaan.

"Kamu cantik, seperti kau masih seorang gadis" ujar si fan halus tetapi dicampur dengan sesuatu yang lebih gelap, lebih predator. "Seperti bunga yang mekar di malam hari" Lanjutnya dengan Jari-jarinya membuntuti sisinya, berlama-lama di lekukan pinggulnya sebelum bergerak ke punggung kecilnya, menariknya lebih dekat.

Saat si fan asik menikmati keharuman kecantikan wanita dibawahnya. Tanpa disadari para bawahan nya satu persatu dibunuh oleh xiao yan dari kegelapan malam, teriakan mereka terendam karena si fan terlalu fokus pada kesenangannya sendiri. Salah satu anak buah Si Fan, seorang kasar kekar dengan bekas luka mengalir di pipinya, mengeluarkan napas tercekik saat belati mengiris tenggorokannya bahkan sebelum dia mencatat serangan itu.

Darah menyemprot di lantai batu, menggenang di celah-celah seperti tinta merah tua. Yang lain jatuh beberapa saat kemudian tubuhnya jatuh tanpa suara di tanah. Wanita-wanita ular itu membeku, mata mereka melesat di antara tanah yang berlumuran darah dan sosok yang mengintai dalam kesuraman. Mereka tidak mengenalinya pada awalnya, tetapi teror di mata mereka menceritakan kisah: sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi di sini.

"Kau sepertinya bersenang-senang" ucap xiao yan menedang wajah si fan lalu merebut wanita yang tadi dipelukan nya. "Kecantikan seperti ini, tidak layak dinikmati mulut busuk mu" Lanjutnya.

Kepala Si Fan membentak kembali dari tendangan brutal, bibirnya terbelah saat darah tumpah ke lantai batu. Untuk sesaat, kebingungan melintas di wajahnya lalu mengamuk. Dia terhuyung mundur, mencengkeram rahangnya, mata emasnya menyipit menjadi celah saat dia mengunci Xiao Yan. Ular-wanita dia telah membelai sekarang dalam genggaman Xiao Yan.

"Dasar bajingan" ucap Si Fan menggeram, menyeka darah dari bibirnya dengan punggung tangannya. "Anda pikir Anda bisa melenggang ke sini dan mengambil apa yang Anda inginkan?" Lanjutnya menyerang.

Xiao yan melemparkan wanita dipelukan nya tadi dengar lembut ke sisi kiri. Menggunakan Three Thousand Lightning movement untuk menghindari semua serangan yang dilancarkan oleh si fan membuat ledakan disekitar, xiao yan mengengam tangan si fan lalu memukul ulu hatinya.

"Ughhh" Rintis si fan.

"Jika kau ingin melawan ku, kau harus seorang dou zong kuat" ucap Xiao yan melapisi pukulan tangannya dengan tiga api surgawi. "Tapi kau bahkan hanya seorang dou huang lemah" Lanjutnya mengejek.

Tinju keras membuat ledakan didada si fan membuat pria lebih tua terlempar memuntahkan darah. Tubuhnya terguling kebelakang beberapa meter jauhnya, Xiao yan mengambil pedang hitam besar dipunggung nya lalu menebas kedua kaki si fan membuat orang tua tersebut kembali berteriak kesakitan saat kedua kakinya putus.

"Sialan... Aku pasti akan membalas mu nanti" Teriak si fan mencoba merangkak melarikan diri.

"Nah yue mei dan wanita lain, silahkan bunuh dia" ucap Xiao yan duduk santai.

Mata si fan terkejut saat yue mei dan banyak wanita suku ular berjalan kearahnya dengan niat membunuh. Mereka memegang benda tajam pada masing-masing tangan. tubuh mereka licin dengan keringat dan darah, mata mereka bersinar dengan kemarahan kuno. Yue Mei memimpin mereka, rambut violetnya mencambuk di belakangnya saat dia melangkah maju, cakarnya diperpanjang, berkilauan dalam cahaya redup. Di belakangnya, beberapa kerabatnya mengikuti beberapa dengan belati melengkung, yang lain dengan tombak.

Si Fan menggeliat di tanah, napasnya dangkal, tubuhnya gemetar karena kesakitan dan ketakutan. Dia menatap sosok-sosok yang mendekat, matanya melebar ketakutan. Serangan pertama datang dengan cepat dan tanpa ampun. Seorang wanita ular dengan sisik bergaris perak menerjang ke depan, pedangnya mengiris udara dengan presisi yang mematikan. Ia menemukan tusukan terletak jauh di bahu Si Fan, mengeluarkan tangisan tercekik dari bibirnya. Sebelum dia bisa bereaksi, yang lain mengikuti, belatinya yang melengkung menemukan celah di antara tulang rusuknya, memutar dengan kejam saat dia menariknya bebas.

Yue Mei berdiri di atasnya, napasnya stabil meskipun ada kekacauan di sekitarnya. Matanya mengunci matanya, tidak dipenuhi rasa kasihan, tapi dengan tatapan dingin dan tak henti-hentinya dari seseorang yang menderita di tangannya. Dia mengangkat tombak dengan ujung tajam. menusukkan tombaknya ke pahanya, menjepitnya ke tanah. Dia melolong, suaranya pecah karena kesakitan dan kemarahan, tapi tidak ada belas kasihan di wajah wanita di sekitarnya. Mereka telah menunggu terlalu lama untuk saat ini.

"Menjijikkan" ucap yue mei melihat jasad si fan.

Disisi lain xiao yan membebaskan para wanita ular yang terikat sesekali mencium tubuh mereka yang dirasa cantik. Baginya itu seperti sebuah bayaran atas jasanya membebaskan mereka. Dia menjulurkan jari-jarinya ke rambut seorang wanita muda yang sayapnya masih terikat dengan kain robek, ibu jarinya merumput di punggung tulang belakangnya yang halus. Dia menggigil, bukan karena rasa takut, tapi karena sesuatu yang lebih dalam, mungkin karena kerinduan, atau kenyamanan aneh seseorang yang tidak berusaha menyakitinya.

Satu demi satu, dia membungkuk di atas mereka, mencium kelembutan leher mereka, cekungan tenggorokan mereka, punggung halus. menyikat bibirnya ke pangkal tengkoraknya. Dia tersentak pergi, tapi dia menangkap pergelangan tangannya, menahannya.

"Kau aman sekarang" ujar xiao yan Tersenyum

"Jika cai lin tau mungkin dia akan membunuh ku" Batin Xiao tersenyum dan beruntung cai lin sedang tidur bersama python penelan langit jadi kejadian tidak akan ia ketahui.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa tapi terimakasih. Tidak kusangka kau mau membantu kami sejauh ini" ujar yue mei berterimakasih secara tulus pada xiao yan.

"Yah sama-sama" Jawab xiao yan mengelus rambut yue mei. ​