Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. KECURIGAAN WIRA TERHADAP LARAS
"Jangan berpikir untuk menyentuhnya lagi. Atau aku akan membuatmu menyesal seumur hidupmu." ancam dokter Wira kepada dokter Laras dengan sorot matanya penuh kebencian.
Kening dokter Laras mengernyit. "Menyesal ? Kamu yang akan menyesal telah menolakku dalam hidupmu. Kamu yang akan menyesal telah memilih wanita murahan seperti Naya. Kita lihat saja, apa setelah ini dia masih mau menerimamu dalam hidupnya." ucapnya dengan penuh percaya diri.
Dengan wajah angkuhnya dokter Laras meninggalkan Wira sendirian di ruangan itu. Melihat sikap dokter Laras, Dokter Wira semakin yakin bahwa semua ini adalah rencana busuknya.
"Aku tahu ini semua adalah ulahmu. Aku tidak akan membiarkanmu melukai Naya dan bayinya."
Suasana menjadi begitu hening, hingga beberapa saat kemudian suara suster Ika membuyarkan lamunannya.
"Dokter Wira...Pasien Naya sudah sadar, namun dia berteriak histeris. Emosinya tidak terkontrol." ucap suster Ika dengan penuh kepanikan.
Bergegas dokter Wira berlari menuju kamar tempat Naya dirawat diiringi suster Ika di belakangnya. Dibukanya pintu kamar Naya secara kasar. Tampak Naya yang menangis meraung - raung sembari memegangi perutnya dan disampingnya berdiri dua orang suster yang berusaha menenangkannya.
"Bayiku... Bayiku dimana?" tangisnya pilu memenuhi kamar itu.
"Bayiku masih hidup kan? Biarkan dia disini.. Kalau tidak dia akan dibunuh. Cepat selamatkan bayiku.."
Dengan cepat Wira berlari dan membawa tubuh Naya dalam dekapannya. Tangannya terulur mengelus punggung Naya dengan penuh kelembutan.
"Naya.... Bayimu baik - baik saja. Dia di ruang inkubator. Kamu tenanglah. Semuanya akan baik - baik saja. Tidak akan terjadi apa - apa pada bayimu."
Perlahan tubuh Naya mulai tenang. Nafasnya mulai teratur. Hanya menyisakan tangisan lirih disana.
"Apa kamu mau melihat bayimu? Mau aku antar kesana?" ucap dokter Wira dengan penuh kelembutan. Tangannya terulur merapikan rambut Naya yang berantakan.
Naya hanya menjawab dengan anggukan kecil. Diangkat tubuh ringan Naya ke atas kursi roda dan selimut untuk menutupi tubuhnya agar tetap hangat.
Dengan penuh kesabaran Wira mendorong kursi roda Naya berjalan di lorong itu. Hingga beberapa saat kemudian, sampailah mereka di ruangan Inkubator.
Di dalam ruangan kaca itu, bayi Naya tertidur dengan tenang. Tubuhnya yang mungil sesekali menggeliat seolah tau ibunya sedang menjenguknya. Sungguh pemandangan yang mengharukan. Setelah melewati perjuangan antara hidup dan mati, akhirnya bayi itu mampu bertahan dan lahir dengan selamat meskipun prematur.
"Devan... Bayi kita sudah lahir. Apa kau bisa merasakannya? Apakah tidak ada sedikitpun niatmu untuk mencariku? Apa semuanya memang harus berakhir seperti ini?" hiiks.. hiks..
Tangisan itu begitu memilukan. Wira tidak tega untuk membiarkan Naya seperti itu.b
Wira bersimpuh di kaki Naya. Tangannya terulur menghapus air mata itu. Perlahan tangannya menggenggam jemari tangan Naya, menyalurkan kehangatan ditengah - tengah mereka.
"Jangan menangis lagi. Tidak ada lagi yang perlu ditangisi. Kamu harus tetap kuat demi bayimu. Yang lalu biarlah berlalu. Sekarang ada tanggung jawab besar yang harus kamu pikul, Naya."
Naya menatap manik mata dokter Wira. Penuh kelembutan dan kasih sayang. Itulah yang ia rasakan. Sosok pria yang dewasa dan selalu ada disampingnya dalam keadaan apapun.
"Terima kasih dokter.. terima kasih sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Dokter selalu ada buatku. Aku tidak tau harus membalasnya seperti apa."
Wira tersenyum penuh kelembutan. Sorot matanya yang teduh seolah mampu menyihir Naya. "Sudah aku bilang menikahlah denganku. Aku tidak akan pernah menyia - nyiakanmu Naya. Karena aku sangat tau bagaimana rasanya kehilangan yang sesungguhnya. Aku ingin memberikan kehidupan yang sempurna untukmu dan bayimu."
Naya hanya menunduk. Ingin rasanya memberikan kehidupan yang sempurna untuk bayinya. Namun semua itu baginya seperti mimpi. Untuk melangkah lebih jauh rasanya sangat mustahil. Hatinya terlalu rapuh untuk mencoba memulai semuanya lagi.
"Aku bukanlah wanita yang sempurna dokter. Bahkan tidak ada satu hal pun dalam hidupku yang bisa dibanggakan. Dokter pasti akan menyesal telah memilihku. Aku terlalu takut untuk memulai semuanya kembali dok."
mereka perawat tapi sikapnya tidak mencerminkan pekerjaannya
tunggu balasan pedih dari orang yang disakitinya😬