Dermaga Jingga

...• Bab 22 •...

...»»——⍟——««...

..."Cinta tidak harus berubah, tumbuh bersama juga bagian dari kekuatan"...

...｡･:*:･ﾟ★,｡･:*:･ﾟ☆...

Yumi menarik simpul tali gelang untuk merekatkannya pada pergelangan tangan Maga. Mereka bertemu dilantai satu hanya untuk ini. Memasang gelang buatan Yumi karena kemarin malam mereka belum sempat melakukannya akibat Alan yang muncul tiba-tiba.

"Kalau putus, bilang aja. Nanti gue bikinin yang baru"

"Gak. Mau gue jaga supaya gak putus sampe kapanpun itu"

"Heum, ini kan cuma gelang tali biasa gak perlu segitunya juga"

Dermaga mengelus permukaan manik bintang kecil di gelang nya, "Biasa dari mana, ini kan jimat gue"

Yumi mengangkat alisnya, ia sedikit tersenyum, "Kalau gitu harusnya lo udah bisa mulai terbuka sekarang. Kan udah punya jimat"

Maga menoleh, alisnya bertaut. Seakan mengerti kalau lelaki itu kebingungan, Yumi kembali bersuara pelan, "Terbuka kaya... mulai bisa sentuhan sama orang, bisa dimulai dari temen-temen lo misalnya. Udah ada jimat kan sekarang, jadi pasti aman"

Lelaki itu tertawa miris, ia memandang nanar pergelangan tangan nya yang sudah terikat gelang hitam, "Entahlah, gue gak yakin bisa"

"Bisa. Sama gue aja lo bisa kan?"

"Karena itu lo, Mi"

"Iya jadi sama temen-temen lo lain juga lo bisa. Mereka orang terdekat lo, kepercayaan lo juga kan?"

Dermaga mendesah berat, ia menyadarkan punggung nya ke tembok, menatap kosong lurus kedepan, "Nanti mereka celaka, gimana?"

Yumi mengernyit, "Lah lu liat gue celaka gak? Gue sehat-sehat aja sampe sekarang kan? itu bukti kalo semua hal tentang kutukan itu omong kosong. Gue gak tau ya, awal mula lo disebut kutukan itu berasal, tapi please, jangan terus-terus percaya sama hal yang aneh itu"

Maga menoleh, netranya menatap lekat bola mata hitam jernih itu, "Gak aneh kok. Sebenernya itu fakta. Gue sendiri juga percaya kalo gue ini pembawa kutukan. Pembawa sial"

Hati Yumi mendesir, ia ikut merasa kelu dari pernyataan Dermaga barusan, gadis itu menggenggam ibu jari Maga, membungkus nya dalam rengkuhan telapak kecil Yumi.

"Ini udah kesekian kalinya kita sentuhan, gue bahkan gak pernah sial sekalipun. Jadi, masih mau bilang itu fakta?"

"Karena lo beda, Mi. Kehadiran lo sendiri aja, udah jadi jimat buat hidup gue.. "

Yumi tertegun, meski tak sepenuhnya mengerti ia terus mencoba memahami lelaki ini. Tatapannya, hatinya, Yumi ingin menyelaminya lebih dalam.

"Kalau gitu, gue sebagai jimat lo bakal sembuhin lo pelan-pelan. Mulai sekarang, ayo hilangin kutukan itu tiap ada gue. Jadi selama sama gue jangan pernah takut buat sentuh siapapun ya, gue bakal tangkis segala kutukan dan kesialan buat lo"

...❃.✮:▹　◃:✮.❃...

...❃.✮:▹　◃:✮.❃...

...❃.✮:▹　◃:✮.❃...

"Maga, nanti malem bisa dateng gak kerumah aku? Aku butuh bantuan kamu lagi buat bantu penulisan karya tulis ilmiah aku nih"

Karin merayu dengan tatapan memohon. Gadis itu berada tepat didepan meja Dermaga yang masih berkutat dengan laptopnya.

Maga menoleh, hal ini sudah sering terjadi padanya. Sebenarnya bukan hanya Karin saja yang terkadang meminta bantuannya, Berto ataupun Jodie pun suka meminta tolong jika ada tugas sulit. Lelaki itu tentu tak akan menolak, ia dengan tulus siap membantu.

Beberapa waktu lalu pun, ia juga membantu Karin saat tiba-tiba dimintai tolong untuk membantu membuat jurnal. Meski harus membuatnya tak bisa pulang bersama Yumi, tapi dia tetap tak bisa menolak dan membantunya dengan tulus.

Merasa dimanfaatkan? Tentu tidak. Memangnya dia siapa, merasa seperti itu. Baginya, punya teman yang mau mengerti keanehannya selain Teguh saja sudah sebuah keajaiban.

"Jam berapa?" tanya Maga pada Karin.

"Terserah, aku tunggu sebisa kamu aja, jam berapapun bisa"

Dermaga nampak berpikir sesuatu, "Boleh gue ajak Yumi?"

Hening sesaat. Tak ada jawaban sampai membuat Maga merubah raut wajahnya menjadi mengkerut.

Karin tersenyum, "Ajak aja gak papa, kan Yumi juga udah jadi temen aku juga"

"Yaudah nanti malem gue kerumah sama Yumi" ujar Maga sembari mematikan layar laptopnya.

"Makasih Maga"

Dermaga hanya membalas senyuman singkat dan merapikan semua perlatan nya ke ransel nya. Ia kemudian berlalu dan berpamitan pada teman-temanya untuk pulang lebih dulu. Tentu saja bersama tuan putri nya yang baru.

Kunti bogel kesayangan lelaki tampan menawan hati.

Ah sayang sekali, kesempatan sentuhan itu harus jatuh padanya.

"Perempuan dekil sialan itu, dia bahkan gak lebih baik dari ikan buntal milik papa"

...• TBC •...

...｡･:*:･ﾟ★,｡･:*:･ﾟ☆...