Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16 luka yang salah dimengerti..
Beberapa minggu kemudian, Jovan berubah. Pria yang dulu hangat dan penuh tekad kini dingin dan tertutup. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, menolak pertemuan sosial, bahkan mulai menjauh dari siapa pun yang mengingatkannya pada masa lalu.
"Kau harus bangkit, Nak,"kata Maya lembut. "Dan lupakan gadis itu. Ada wanita yang jauh lebih pantas untuk mu."
Namun jauh di dalam hati Jovan… "keraguan tetap tumbuh". Meski kecewa, ada suara kecil dalam dirinya yang berkata:
"Viola bukan gadis seperti itu…"
"Tapi kalau memang dia menerima uang itu… mengapa ia tidak kembali?"
Pertanyaan itu terus menghantuinya setiap malam.
Di satu sisi kota,
Maya tersenyum tenang mengira ia telah memenangkan permainan.
Di sisi lain, Jovan hidup dalam kabut luka dan kekecewaan, mulai kehilangan arah dalam keyakinannya pada cinta.
Sementara di kota jauh…
Viola bahkan tidak tahu bahwa namanya telah dicoreng oleh seseorang yang tak pernah ingin ia lawan. Ia hanya mencoba bertahan hidup.
"Seandainya Jovan tahu yang sebenarnya…?"
Yach...begitulah Cinta kadang bukan dipisahkan oleh jarak… melainkan oleh kebohongan yang dirangkai dengan rapi, oleh seseorang yang tidak menginginkan mereka bersatu...
Sore itu, hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan kota tempat Viola menjalani hidup barunya.
Tubuhnya lelah, sepeda tuanya licin karena air, tapi ia tetap memaksakan diri menyelesaikan pengiriman terakhir. Ia tidak punya pilihan.
Hidup di kota baru ini keras dan ia hanya punya dirinya sendiri untuk bertahan.
Hanya saja Viola tidak tahu bahwa saat itu bahaya sedang mengintainya.
Beberapa minggu belakangan, suasana di tempat kerja Viola berubah. Seorang rekan kerja, Rini, mulai menunjukkan sikap yang aneh. Awalnya hanya sindiran-sindiran kecil—soal penampilan Viola, soal kedekatannya dengan pelanggan langganan, soal ketekunannya yang membuat Rini merasa tersaingi.
"Via, jangan sok rajin deh. Kamu pikir dengan jadi karyawan teladan kamu bakal naik jabatan?”"sindir Rini dengan nada meremehkan.
"Aku cuma kerja seperti biasa," jawab Viola singkat, berusaha tak terpancing.
Namun rasa iri memang berbahaya.
Suatu malam saat Viola mengantarkan pesanan ke wilayah sepi, seseorang mengendap di belakangnya. Rantai sepeda tuanya tiba-tiba putus dan dalam hitungan detik, ia hampir terserempet mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan.
Viola terjatuh keras ke jalanan basah. Jika bukan karena seorang petugas jaga malam yang lewat, mungkin malam itu menjadi akhir hidupnya.
"Tadi... ada yang potong rantai sepedamu," ujar petugas itu serius, menunjukkan potongan rantai yang terlihat jelas seperti digunting tajam.
Wajah Viola pucat. Ia tahu ini bukan kebetulan. Ini ulah seseorang dan hatinya yakin, orang itu adalah Rini.
"Kenapa... bahkan di sini pun aku harus hidup dalam bayang-bayang ketakutan?" gumamnya lirih.
Sementara itu di kota asal, Jovan duduk di ruang kerjanya sendirian. Malam semakin larut, namun pikirannya tidak bisa tenang. Sejak ibunya Maya mengatakan bahwa Viola menerima uang darinya, ada sesuatu yang tidak cocok.
"Kalau dia memang pergi karena uang... kenapa dia tidak menghubungiku satu kali pun?" pikirnya dalam hati.
Ia memanggil Tariq, orang kepercayaannya sejak lama.
"Tariq...Cari tahu, . Benarkah Mama ku benar-benar memberikan uang itu pada Viola? Kapan, di mana, dan bagaimana caranya. Aku ingin semua detailnya."
"Baik, Tuan," jawab Tariq tanpa banyak tanya.
Beberapa hari kemudian, Tariq membawa laporan. Hasilnya... "tidak ada catatan transaksi keuangan" tidak ada saksi jelas, bahkan asisten pribadi Maya pun tidak pernah melihat Maya bertemu langsung dengan Viola.
"Pernah bertemu sekali dan membawa sejumlah uang namun saat itu ditolak oleh Viola." Itu kesaksian yang diucapkan oleh Rini asisten pribadi Maya.
Dan semua itu menjadi barang bukti bahwa ucapan Maya menjadi tanda tanya besar di benak Jovan.
"Tuan… semua ini seperti cerita yang dibuat-buat,"ujar Tariq pelan.
"Aku tahu," jawab Jovan tajam. "Mama ku... berbohong."
Sejak saat itu, Jovan mulai kembali bergerak secara diam-diam. Ia tidak lagi sekadar menunggu kabar,ia menyelidiki langsung. Ia meminta orang-orangnya mencari jejak keberadaan Viola melalui rute terminal, CCTV, dan catatan pekerja musiman.
Sementara itu, ia juga mulai mengawasi gerak-gerik ibunya. Maya mulai curiga, tapi ia tidak tahu bahwa Jovan bukan lagi anak yang bisa ia kendalikan sepenuhnya.
"Viola… aku akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu," gumam Jovan, menatap langit malam dari balkon rumah besar keluarga Adiwangsa.