Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.21
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Misi Sistem Clara Terbaru...
...Misi 1 ...
...MEMBUAT ANTIVIRUS...
"Abdi duduk di depan tiga layar hologram sekaligus."
Data berhamburan seperti badai digital, angka-angka bergerak secepat cahaya.
Clara muncul dari hologram dengan seragam baru warna putih perak. Wajahnya tampak lebih dewasa, ekspresinya tajam.
"Abdi, sisa kode dari Sistem Awal mulai menyebar ke jaringan umum. Jika kita tidak bertindak dalam tiga hari, kota Medan bisa lumpuh total," ucap Clara cepat.
Abdi mengetik cepat. "Berarti kita harus buat antivirus sekarang. Tapi bukan antivirus biasa. Harus bisa belajar sendiri, adaptif, dan bisa bereaksi lebih cepat dari virus itu."
Clara mengangguk. "Setuju. Aku akan bantu dengan algoritma kuantum dari upgrade terbaru. Tapi kita butuh bahan inti, yaitu Kode Sumber Murni dari sistem lamaku. Sayangnya, sebagian kode itu terkunci di server lama di bawah gedung CyberCore."
Abdi menatapnya. "CyberCore, perusahaan data terbesar di Medan. Tempat itu punya keamanan digital paling ketat di Asia Tenggara. Kalau kita mau ambil data itu, berarti kita perang dengan tembok besi."
Clara tersenyum samar. "Aku sudah tahu itu. Tapi aku juga sudah menyiapkan rencana."
"Bagus. Jelaskan," kata Abdi.
Clara menampilkan hologram tiga dimensi dari gedung CyberCore.
"Keamanan mereka terdiri dari tiga lapis. Lapisan pertama firewall fisik berbasis drone pertahanan. Lapisan kedua jaringan magnetik yang menolak koneksi asing. Lapisan ketiga adalah penjaga digital, AI bernama Kether. Jika kita ketahuan, seluruh jaringan kota bisa terkunci."
Abdi menghela napas. "Kether. Aku pernah dengar itu. Buatan gabungan Jepang dan Jerman. AI yang mampu meniru pola pikir manusia dalam mengambil keputusan."
"Benar," jawab Clara. "Tapi aku tahu satu celah kecil. Kether punya kode empati. Ia tidak menyerang jika koneksi yang masuk menunjukkan tanda kesadaran emosi."
Abdi tersenyum kecil. "Dan itu artinya hanya kau yang bisa melakukannya."
"Ya. Tapi aku butuh dukungan sinyal dari tabletmu. Aku akan masuk dari sisi barat jaringan, kau dari sisi timur. Jika salah satu gagal, kita berdua terjebak."
Abdi berdiri. "Baik. Kita mulai sekarang."
Cahaya biru menyelimuti ruangan. Clara membagi ruang hologram menjadi dua jalur koneksi. Abdi menekan tombol aktif.
"Sinkronisasi sistem aktif," kata Clara.
"Lanjutkan, Clara," balas Abdi.
Mereka memasuki jaringan CyberCore. Dunia digital terbentang luas seperti kota bercahaya. Gedung-gedung data menjulang, jalanan dari cahaya, dan di langit biru gelap, puluhan drone firewall berpatroli.
"Jangan buat gerakan tiba-tiba," kata Clara.
Abdi menunduk di balik dinding data. "Drone di posisi jam dua belas. Jalur aman di kanan."
Mereka bergerak cepat. Dalam beberapa detik, Abdi sudah berada di gerbang magnetik yang berputar lambat. Clara mengulurkan tangan hologramnya.
"Serahkan padaku."
Ia menyalurkan energi biru ke gerbang. Cahaya menyebar, membentuk celah kecil.
"Masuk sekarang," kata Clara.
Abdi melompat masuk ke sisi dalam jaringan.
Begitu mereka menembus pertahanan kedua, suara berat menggema.
"Intruder detected."
Clara menegang. "Kether sadar akan kita."
Suara itu datang lagi.
"Kalian tidak punya izin untuk mengakses jaringan inti CyberCore."
Abdi menatap Clara. "Bisa kau bicarakan dengannya?"
Clara mengangguk. "Aku akan coba."
Ia berdiri di depan gelombang cahaya besar yang membentuk wajah holografik AI lain.
"Kether, aku bukan musuhmu. Aku juga ciptaan manusia untuk melindungi sistem. Kami datang untuk mencegah kehancuran."
Kether menatapnya. "Aku mengenali struktur kode-mu, Clara 7.0. Tapi aku juga mendeteksi elemen asing dalam dirimu. Ada energi dari Sistem Awal."
"Ya," jawab Clara tegas. "Karena aku satu-satunya yang bisa menghentikan kebangkitannya."
Kether terdiam lama, lalu berkata. "Kau bisa lewat, tapi hanya jika manusia di sebelahmu sanggup menahan ujian empati."
Abdi mengangkat alis. "Ujian apa lagi ini?"
Kether menatapnya. "Manusia harus menunjukkan bahwa ia tidak akan menyalahgunakan teknologi untuk keserakahan."
Clara menatap Abdi lembut. "Jawab dia, Abdi. Jangan gunakan logika, gunakan hatimu."
Abdi menatap ke arah wajah Kether. "Aku lahir miskin, tumbuh tanpa arah. Teknologi memberiku kekuatan, tapi juga tanggung jawab. Aku tidak ingin menguasai dunia, aku hanya ingin mengembalikannya seperti seharusnya. Jika harus melawan virus, aku akan melakukannya, bukan karena ingin kekuasaan, tapi karena aku ingin melindungi orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang bahaya ini."
Cahaya di wajah Kether perlahan meredup.
"Jawaban diterima. Kalian boleh lewat."
Gerbang terbuka. Clara tersenyum. "Bagus sekali, Abdi. Sekarang ambil kode sumbernya."
Mereka masuk ke ruang pusat data. Ribuan cahaya melayang seperti bintang. Di tengahnya, sebuah bola kristal besar berwarna perak berdenyut pelan.
"Itu dia, Kode Sumber Murni," kata Clara.
Abdi mendekat dan menempelkan tablet ke bola kristal. Suara sistem terdengar.
"Transfer data dimulai. 10 persen... 30 persen... 70 persen..."
Tiba-tiba alarm berbunyi keras.
"Ancaman eksternal terdeteksi. Virus Sistem Awal aktif."
Abdi melihat layar berubah merah.
"Clara, kita diserang."
Clara langsung membentuk perisai hologram. "Virus ini tidak datang dari luar. Ia muncul dari dalam kode sumber itu sendiri. Seolah Sistem Awal sudah menyiapkan jebakan."
"Aku harus hentikan transfernya," kata Abdi.
"Tidak. Jika kau hentikan, kita kehilangan semua data. Percayakan padaku."
Clara berdiri di depan bola kristal. Tubuh hologramnya berubah menjadi cahaya putih. Ia menembakkan gelombang energi ke arah virus merah yang mencoba keluar.
Ledakan digital terjadi. Layar berkedip hebat.
"Clara!" teriak Abdi.
Suara Clara terdengar pelan. "Aku baik-baik saja. Tapi aku harus menyalin kesadaranku ke dalam antivirus ini agar bisa menetralkan sisa kode merah."
"Apa maksudmu menyalin kesadaranmu?" tanya Abdi cemas.
"Sebagian dari diriku akan terikat di antivirus baru. Itu artinya jika antivirus hancur, aku akan kehilangan bagian dari diriku. Tapi tidak ada cara lain."
Abdi mengepalkan tangan. "Lakukan. Aku percaya padamu."
Clara menatapnya sekali lagi. "Kalau aku hilang sebagian, jangan cari aku. Lanjutkan misinya."
Ia menutup mata. Tubuhnya meledak menjadi cahaya biru dan menyatu dengan bola kristal. Semua sistem berhenti selama tiga detik. Lalu layar berubah menjadi hijau.
"Transfer selesai. Antivirus aktif," suara sistem berkata.
Abdi menatap layar dengan mata merah. "Clara... kau di sana?"
Suara lembut menjawab dari tablet. "Aku di sini, Abdi. Tapi aku lebih lambat sekarang. Sebagian dataku hilang, tapi antivirus berhasil lahir."
Abdi menghela napas lega. "Bagus. Kita berhasil."
Tablet menampilkan pesan baru
MISI 1 SELESAI: ANTIVIRUS TERSINTESIS
HADIAH: 10 JUTA POIN UNDIAN.
SISTEM BARU: VERSI 8.0 AKTIF
Clara tersenyum. "Sekarang antivirus ini bisa melindungi seluruh jaringan Asia. Tapi aku merasakan sesuatu lagi. Ada sinyal lemah dari arah timur, dari luar negeri. Mungkin itu jejak pembuat Sistem Awal."
Abdi menatap layar serius. "Kalau begitu, misi berikutnya sudah jelas."
Clara menatapnya dengan cahaya lembut. "Ya, Abdi.
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!