NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Hhh ... apa mama tidak lelah terus membandingkanku dengan Safira?" dengus Lyra mencengkram erat kantung kresek di tangannya. Rahangnya mengencang seketika, dadanya naik turun seolah berusaha meredam gejolak amarah yang membuncah di dadanya.

"Sayang ... bukan seperti itu. Perempuan memiliki masa, bagaimana kalau kau tidak bisa mengandu—"

Melihat Adrian yang mendekat ke arahnya, Lyra mengulurkan satu tangan ke samping seolah menahan Adrian untuk mengatakan sesuatu. "Ma, aku dan Safira berbeda. Safira sudah mengandung bahkan sebelum mereka menikah. Lagi pula Adrian tidak mempermasalahkan kenapa sampai sekarang aku belum hamil sama sekali!" jelas Lyra dingin sambil memutar bola matanya.

Pak Satria memejamkan matanya sejenak, seraga menarik napas dalam-dalam. "Lyra ... cukup."

"Apa maksudmu mengatakan hal itu, Lyra?!" sela Safira dengan nada tinggi, matanya membola menatap adiknya dengan tajam.

"Apa yang kukatakan barusan salah? Tidak, kan?! Aku tidak akan membalas jika tidak di usik lebih dulu!" gertak Lyra mendaratkan telapak tangannya pada meja makan. Suara dari meja yang digebrak membuat suasana menjadi hening seketika.

Bu Sintia menatap Lyra dengan mulut yang sedikit terbuka. "Lyra! Cukup! Jaga bicaramu. Apa salah jika seorang ibu mengkhawatirkan putrinya?"

Lyra terkekeh, "Mama bukan sedang mengkhawatirkanku, mama sedang membandingkanku dengan Safira."

"Papa! Ayo bicara! Lyra sudah keterlaluan, Pa ...," ucap Safira, ujung jarinya meraih kemeja Pak Satria dan menariknya pelan.

"Ma, cukup. Kita kemari untuk melihat kondisi Adrian. Jangan membuat suasana menjadi riuh," pinta pria paruh baya itu.

"Papa juga? Apa mama salah karena menanyakan hal itu?" tanya Bu Sintia, matanya menyorot mereka satu persatu.

"Mama," sahut Adrian membuat seluruh perhatian tertuju padanya. Tangannya terangkat, mendekap tubuh Lyra dalam pelukannya.

"Aku menyerahkan semuanya pada istriku. Jika dia belum siap, aku akan menghargai keputusannya. Aku tidak akan menuntut agar Lyra mengikuti semua keinginanku. Karena bagiku, kebahagiaannya bagian dari kebahagiaanku juga," jelas Adrian seraya menautkan jari-jarinya dengan Lyra.

Lyra menoleh ke arah Adrian, pandangan mereka bertemu. Sudut bibir Adrian terangkat, menimbulkan debaran di dada wanita itu. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, kalimat Adrian barusan seolah membungkam mulutnya saat itu juga. "Andai ini bukan pernikahan kontrak, mungkin aku adalah salah satu wanita yang paling bahagia mendengar kalimat itu keluar dari mulut suamiku sendiri."

Di sisi lain Safira mencengkram erat dressnya. Matanya bergerak liar, menyapu seluruh ruangan dengan pandangannya. "Bagaimana bisa kehidupan pernikahan dari hasil perjodohan bisa sebahagia ini? Apartemennya bahkan terlihat lebih besar dibanding milikku dengan Dion."

Lyra terdiam sejenak menatap ayahnya yang berusaha tetap netral "Papa, maaf. Tapi ibu mertuaku saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Jadi kami harus kembali ke sana sesegera mungkin."

Pak Satria tertegun, seketika matanya melebar. "Ibu mertuamu masuk rumah sakit?! Ya ampun. Kita harus segera menjenguknya, Sayang. Safira, kabari Dion untuk menjemputmu di rumah sakit," perintah Pak Satria lalu berjalan mendekati kunci mobil yang ia letakkan di meja ruang tamu.

"Adrian, papa akan ke sana lebih dulu. Tolong kirimkan nomor ruangan tempat ibumu di rawat," ujar pria paruh baya itu sebelum akhirnya keluar dari unit apartemen milik putrinya.

*

*

*

"Papa, kenapa papa diam saja tadi? Mama hanya ingin bertanya soal keadaan Lyra." Bu Sintia menarik sabuk pengaman lalu mengaitkannya pada pengait yang ada di sampingnya.

"Iya, papa juga tidak menegur Lyra. Padahal anak itu sudah mempermalukan mama! Papa seperti sedang pilih kasih pada kami. Apa ini karena kami hanya pendatang di hidup papa?" tambah Safira dengan wajah tertekuk.

Pak Satria hanya menggelengkan kepalanya sambil memutar kunci mobil. Deru mesin mulai terdengar serta hawa dingin dari pendingin mobil mulai menyelinap di antara mereka.

Pak Satria menghela napas panjang, "Papa tidak bermaksud untuk pilih kasih, Safira. Tapi kita tidak tahu bagaimana perjuangan Lyra selama ini."

Tangan Safira mengepal erat, "Tapi, Pa ... tadi dia seperti menghinaku!" rengek Safira.

Reflek otot-otot wajah Pak Satria menegang, tangannya mencengkram erat kemudi mobil. "Safira!!! Cukup papa bilang!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!