NovelToon NovelToon
CINTAKU MENTOK Di WANITA MALAM

CINTAKU MENTOK Di WANITA MALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Fantasi Wanita
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aquarius97

Follow ig author : @Shikuzika97


PLAGIAT! BISULAN SEUMUR HIDUP 🤙🏻😤



Restu Anggoro Wicaksono, seorang pria yang sering kena bully ketiga sahabatnya lantaran dirinya yang belum pernah melakukan hubungan s*xs dengan lawan jenis. Jangankan berhubungan badan, dekat dan sekedar berciuman saja Restu belum pernah.

Hingga suatu malam, ketiga sahabatnya menyeretnya ke klub malam. Menyewakan seorang wanita untuk membantu Restu merasakan pengalaman bercinta.

Namun, pertemuannya dengan wanita malam tersebut, membuat Restu terkesan, terpikat dan tidak bisa melupakannya.

Bertahun-tahun berlalu, Restu masih mencari wanita malam itu. Tapi nihil, wanita tersebut menghilang seperti di telan bumi. Di sisi lain, keluarganya sudah menuntutnya untuk segera menikah.

Akankah Restu bisa menemukan kembali wanita yang ia cari? Ataukah akhirnya dia harus menyerah dan menerima perjodohan yang telah diatur oleh keluarganya?


Yuk, ikuti dan dukung keseruan kisah Restu 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bubur Rasa Cinta.

Mata Qiana terbelalak ketika melihat Restu tergeletak di lantai, tubuhnya meringkuk sambil memegangi perut.

Dengan cepat, ia segera berlari menghampirinya. "Pak, Anda kenapa?" serunya panik.

"Perutku sakit, Qi," rintih Restu dengan suara lirih yang nyaris hilang, wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya.

Qiana terdiam sesaat, kemudian dengan cepat menopang tubuh pria itu, dan membawanya kembali ke tempat tidur. Jantungnya berdegup kencang, takut sekaligus bingung harus berbuat apa.

"Di mana yang sakit, Pak?" tanyanya dengan suara bergetar.

Restu memejamkan mata, menahan rasa sakit yang menusuk ulu hatinya.

"Pak, coba tarik napas, lalu hembuskan pelan…" titah Qiana.

Restu mencoba menuruti saran Qiana, tapi saat menghembuskan napas, tanpa sadar ia kebablasan mengejan karena rasa sakit yang tak tertahankan.

"Bapak! Jangan sambil ngeden!"Qiana menatapnya panik, antara takut dan gemas. "Emang bapak pikir mau lahiran apa! Aduh, aku harus apa ya?" Qiana menggigit ujung jarinya, bingung.

Ia berlari ke dapur, mencari beberapa peralatan yang mungkin bisa meredakan sakit di perut Restu. Tak lama kemudian, ia kembali, duduk di sisi ranjang, dan membenarkan letak bantal sebelum membantu Restu bersandar ke headboard, posisinya setengah duduk.

"Pak, coba minum air hangat dulu," kata Qiana sambil menempelkan gelas di bibir Restu, membantunya meneguk perlahan.

Restu hanya bisa menurut, matanya terpejam, menahan rasa sakit yang tak kunjung reda.

Setelah itu, Qiana mengambil baskom yang sudah diisi air hangat dan kembali ke sisi ranjang.

"Maaf, Pak… coba kita kompres perut bapak ya dengan air hangat," ujarnya lembut sambil menyingkirkan tangan Restu, lalu perlahan menyingkap kaos.

Restu sedikit meringis saat air hangat menyentuh perutnya, tapi lama-kelamaan napasnya perlahan mulai lebih tenang dan teratur.

Qiana kembali meninggalkannya ke dapur untuk membuatkan bubur. Setelah bubur siap, ia melirik ke pergelangan tangannya.

Pukul 18:30.

"Waduh, udah jam segini, sholat dulu lah!" gumamnya, kemudian mematikan kompor.

Qiana bergegas mengambil air wudhu, lalu mengambil mukenahnya dari dalam tas.

Selesai sholat, ia segera turun ke bawah, menuju Indomaret tempatnya bekerja, bermaksud mencari obat untuk Restu sekaligus memberi tahu temannya bahwa ia akan datang sedikit terlambat.

>>>

Melihat Restu tertidur dengan napas yang sudah teratur, Qiana menghela napas lega. Namun, demi kebaikan, mau tak mau ia harus membangunkannya untuk makan.

"Pak, bangun dulu gih… makan dan minum obatnya, biar perutnya nggak sakit lagi!"

Restu masih enggan membuka mata.

"Pak…" panggil Qiana lagi, sambil menepuk lengannya lembut.

Kelopak mata itu akhirnya mengerjap pelan. Pandangannya langsung jatuh pada Qiana, yang sudah duduk di samping ranjang sambil memegang semangkuk bubur hangat.

"Makan dulu, terus minum obat, Pak!" ulang Qiana dengan suara lembut.

Restu mengangguk pelan. Qiana kemudian menyuapkan bubur ke mulutnya, sambil memastikan ia menelan perlahan.

"Kamu beli di mana buburnya?" suara Restu masih serak.

Qiana yang sibuk menyendok bubur seketika mendongak, lalu menggeleng. "Saya membuatnya sendiri kok di dapur Bapak!"

Restu mengangguk-angguk. Tatapannya intens ke arah Qiana, dengan sebuah senyum tipis yang terbit di wajahnya. Perutnya perlahan terasa lebih nyaman berkat bubur buatan Qiana.

"Bapak makan apa sih tadi? Kenapa tiba-tiba bisa sakit perut?" tanya Qiana, heran.

Restu mencoba mengingat-ingat. "Tadi siang Niko membelikan saya mi ayam di kantin perusahaan, ya hanya itu. Paginya... saya pun belum sempat sarapan," jawabnya dengan suara yang masih terdengar lemas.

Padahal kenyataannya, bukan Niko yang membelikan mi ayam, melainkan dirinya sendiri yang makan bersama Qiana langsung.

"Terus sore belum makan?"

"Nih, lagi makan!" jawab Restu sekenanya.

Qiana langsung melengos, kesal mendengar jawaban itu. "Astaga, Pak! Pantas saja. Harusnya Bapak sarapan dulu, jangan sampai telat makan. Siapa yang bakal jaga diri Bapak kalau bukan Bapak sendiri?!" omelnya, sudah mirip seperti istri yang sedang menegur suaminya.

"Lagian, Bapak tuh kecintaan banget sih sama mi ayam. Jangan sering-sering, Pak!" lanjutnya dengan nada agak nge-gas, sambil meniup pelan bubur panas itu sebelum menyuapkannya.

Restu menatapnya tanpa berkedip, ada rasa hangat yang menjalar di dadanya, lebih hangat dari bubur yang baru saja masuk ke tenggorokannya.

Qiana begitu telaten menyuapi Restu, hingga ia melihat bubur menempel di sudut bibir pria itu. Spontan, tanpa pikir panjang, ia meraih tisu dan mengusap lembut bibir bosnya.

Mendadak, jantung Restu serasa berhenti berdetak. Kunyahannya pun ikut terhenti. Perlahan, tangannya memegang tangan Qiana yang masih mengusal bibirnya.

Qiana sontak tersadar, wajahnya memanas. "Ma...af, Pak. Nih, Bapak lap sendiri aja!" ucapnya gugup sambil buru-buru menyerahkan tisu ke tangan Restu.

Restu tersenyum tipis, tipis sekali.

Tak lama kemudian, Qiana terlihat melamun sambil memegang sendok. Bahkan saat dipanggil pun, perempuan itu masih belum sadar.

Plak.

Saat Restu menyenggol lengannya, barulah Qiana menoleh terburu-buru. "Ah, iya, Pak!"

Restu membuka mulutnya. "Aaaak..." ucapnya, persis anak kecil yang minta disuapin.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanyanya penasaran.

"Enggak Pak...saya jadi kepikiran teman saya saja. Tadi siang, dia juga makan mi ayam sama saya di kantin. Saya khawatir jangan-jangan dia juga sakit perut kayak Bapak." Qiana mendengus pelan. "Mau nanyain kabar juga gak bisa, soalnya dia nggak punya ponsel... hufft!"

Restu tertegun, menatap Qiana yang begitu perhatian memikirkan Angga yang cupu itu.

"Semoga saja tidak. Kalau makannya teratur, mestinya aman. Tidak seperti saya," ujarnya datar. "Tapi kalau sampai dia juga sakit, berarti pihak kantin yang bermasalah. Dan saya pastikan akan saya pecat!"

Qiana langsung menoleh. "Eh... kok main pecat sih, Pak? Coba kasih peringatan dulu! Dan...semoga saja Mas Angga nggak sakit kenapa-napa lah!"

Restu menyipitkan mata.

"Perhatian kali sih sama Angga... padahal di depannya sudah ada Restu yang jelas-jelas lebih tampan dan kaya! batinnya sedikit tidak terima.

Semangkuk bubur akhirnya ludes. Qiana menyerahkan obat kepada Restu.

"Nih, Pak, minum obat dulu!"

Restu menatap curiga. "Obat apa ini?! Kamu nggak akan meracuni saya, kan?"

Qiana langsung mendelik. "Astaga, Pak! Udah sakit masih aja suudzon! Ini obat maag, tau nggak. Tadi saya susah-susah nyari di Indomaret. Mau minum nggak?!" tanyanya sedikit galak.

Dengan tampang sok cool, Restu pun menerima obat itu. "Iya-iya, gak usah nge-gas kali!"

"Oh ya, Pak, saya harus kerja. Bapak nggak apa-apa kan saya tinggal?"

Restu seketika mendongak, wajahnya jelas tidak terima. "Saya masih sakit, Qiana...Kamu tega ninggalin saya?"

"Tapi, Pak... bukannya udah mendingan ya? Saya juga takut dipecat. Kemarin aja udah bolos kerja."

Restu mengerling, tanpa basa-basi kembali memegang perutnya dan berakting dramatis. "Awhhhh..." rintihnya panjang.

"Loh, Pak..." Qiana panik, lalu mendekat lagi.

"Sakit lagi, Qi... rasanya... setelah makan... aduuuhhh!" suaranya lebay, dramatis banget kayak aktor sinetron.

"Duh..gimana ya, pasti anak-anak udah nungguin," gumam Qiana resah, wajahnya bimbang.

Tapi Restu dengan segala akal-akalannya akhirnya berhasil meluluhkan Qiana. Ia terus saja merengek, merintih lebay, sampai Qiana tidak tega meninggalkannya sendirian.

Qiana duduk di sebuah kursi tunggal di sisi ranjang, tangannya pelan mengusap-usap perut Restu, berharap bisa meredakan sakitnya. Rasa lelah setelah seharian bekerja membuat matanya semakin berat.

Tanpa sadar, matanya terpejam dengan posisi bersandar.

Restu mengintip dengan sebelah mata, menatap Qiana yang terlelap dengan tangan yang masih berada di atas perutnya.

"Andai kamu tahu, Qi... betapa nyamannya aku saat kamu di sini." Batinnya cengar-cengir sendiri.

Restu mengubah posisinya menjadi duduk lalu melambaikan tangannya pelan di depan wajah Qiana, sekadar memastikan perempuan itu benar-benar tertidur. Namun, Qiana sama sekali tidak bergerak, napasnya tetap teratur dan damai.

Dengan hati-hati, ia beranjak, lalu meraih bahu Qiana dan membaringkannya di ranjang. Tak lupa, menarik selimut hingga menutupi tubuh mungil itu.

Kini gantian Restu yang duduk di sisi ranjang, mengamati wanita yang tengah terlelap itu.

"Terima kasih ya... kamu sudah menolongku. Ternyata kamu benar-benar punya hati yang tulus," bisik Restu pelan. Tangannya terulur, mengusap kepala Qiana dengan penuh kasih sayang.

Ia terus menatap wajah itu, begitu tenang dalam tidurnya. Perlahan, ingatannya kembali pada kejadian tujuh tahun lalu yang masih melekat di hatinya.

Sama seperti saat ini, dulu Restu juga larut memandang Azalea-nya yang tidur dengan damai di sebuah kursi.

Tanpa sadar, wajahnya semakin mendekat. Pandangannya fokus pada bibir ranum Qiana, dengan jarak di antara mereka tinggal satu centi.

Ketika bibir mereka hampir menempel, suara ponsel berdering memecah keheningan, membuat Restu mengumpat pelan.

"Sial! Siapa sih malam-malam telepon?!"

Ternyata Video Call dari sahabat laknatnya. Mereka semua menanyakan kabar Restu, dan memaki-makinya, karena tidak berpamitan dengan mereka bertiga.

Begitu tersambung, wajah mereka langsung muncul satu per satu di layar.

"Tu, masih hidup lu!" omel Rio. "Lu gila ya! Cabut nggak pamit sama kita-kita!"

"Iya, dasar biadab, maen ninggalin kita seenaknya aja!" timpal si Dewa.

"Tu..jangan lupa maen disono, pasti ceweknya enak-enak!" Nathan ikut menyahut tanpa memperlihatkan wajahnya.

Restu mendengus. "Enak, mbok pikir bakpau opo!"

"Lohhh, kan emang mereka punya bakpau!" seru Dewa sambil terkekeh.

"Cah Setress!" Restu menggelengkan kepalanya, malas menanggapi ocehan mereka. Di tengah obrolan itu, topik tiba-tiba berubah.

"Eh Tu, sorry ye... Ayu udah gue embat! Lu tunangan sama Carissa aja ya, si wanita songong itu!"ujar Rio.

Restu menaikkan sebelah alisnya. "Serah lu lah. Gue emang gak suka dua-duanya kok," sejenak ia menghembuskan napasnya. "Lagian, gue juga udah ketemu sama wanita gue sendiri."

Ketiga sahabatnya sontak ternganga. Mereka serentak memfokuskan perhatian ke layar menatap Restu. "SI-A-PA?!" teriak ketiganya.

Tanpa banyak kata, Restu memutar kameranya, menyorot Qiana yang tertidur pulas di ranjangnya.

"Jangan bilang itu Mbak jalang elu tujuh tahun lalu, Tu?!" teriak Dewa tak percaya.

Restu melotot, darahnya langsung mendidih mendengar sahabatnya menyebut Qiana seperti itu. Tak mau suaranya terdengar oleh Qiana, ia segera beranjak ke balkon.

...ΩΩΩΩΩΩΩ...

Wahhh, Nyari perkara si Dewa nih? 😆

1
Penapianoh📝
aku ngakak weh 🤣🤣🤣🤣 iya lagi udah umur segitu masa mau d rayain kek bocil🤣🤣🤣
Penapianoh📝
aneh bangettt🤣🤣 jangan2 sukanya bukan sama cewek tpi sama cwok😵‍💫🤭
sjulerjn29
jewer satu satu tu mulutnya,resek bener punya temen kayak gitu tu😂
sjulerjn29
jangan didengerin tu omongan mereka 🤭
Jemiiima__
buset bner² Butet qiana apgrade lah beat karbu minimal /Facepalm//Facepalm/
Jemiiima__
ya bisa laaah inget qiana doi kan CEO /Facepalm/
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
mgkn nyusul restu, jgn2 nnt saat oma dania nympe sna, memergoki si lea lg di apartmnt restu, 🤭
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Tiap hari aj skit tu, biar selalu mndapat berkah
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Sosor terus bang, smpai jontor tuh bibir wkwkwk
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Ya biar pas kek judulnya toh bang "CINTAKU MENTOK DI WANITA MALAM"😍😍😍
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
lidah lo yg nyrimpet dodol, 😂
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Wah sadis bgt bacotnya para shbtmu tu, buruan km nikhin Qiana biar mrk nggk semena-mena kek gtu,
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Wah mulutmu blm prnh di cabein kah nat, nnt klo ktm cabein tuh mulut nathan tu, biar gk sembarangn klo ngmg
Alyanceyoumee
saya penguasa ya lean😩 kata restu.
Drezzlle
Kan Bang malah jadi bahan kaya gitu, cepet kamu jujur sama Qiana dan nikahin nala sih
Septi Utami
Teguh oh Teguh, kalo inget namamu harusnya bukan dipancing ke klub malam, kan tegaknya aja pas subuh😭🤣
@dadan_kusuma89
Kaget aku. Kok hilangnya bisa tiba-tiba? waduh, kemana sampean Oma? jangan-jangan di culik Marco, lagi! Oma Yeni @Afriyeni Official tanggung jawab...
Afriyeni Official: wkwkwk🤣 Oma gak hobi nyulik nenek nenek🤸🤸🏃🏃🏃
total 1 replies
@dadan_kusuma89
Kau jangan membuatku ingin ikutan sakit perut ya, Restu!
Muffin🧚🏻‍♀️
Kalau jadi restu mau nya nyosor mulu yaaa kau . Kalau jd angga jaga image bgt r
Muffin🧚🏻‍♀️
Widiiihhh kwkwk sadisss . Buruan nikahin mangkannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!