Sebuah perjodohan tanpa cinta, membuat Rosalina harus menelan pil pahit, karena ia sama sekali tidak dihargai oleh suaminya.
Belum lagi ia harus mendapat desakan dari Ibu mertuanya, yang menginginkan agar dirinya cepat hamil.
Disaat itu pula, ia malah menemukan sebuah fakta, jika suaminya itu memiliki wanita idaman lain.
Yang membuat suaminya tidak pernah menyentuhnya sekalipun, bahkan diusia pernikahan mereka yang sudah berjalan satu tahun.
Akankah Rosalina sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan sang suami, atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilma Naura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aroma yang berbeda.
"Lina, aku mengaku jika aku memang telah bersalah padamu... aku khilaf lina. Jadi sekarang aku mohon percayalah. Aku juga tidak akan membuatmu ketakutan lagi seperti tadi malam. Maafkan aku Lina, karena tadi malam aku hanya kehilangan kendali." Ucap Handrian, dengan wajah penuh sesal.
Namun Rosalina semakin memundurkan tubuhnya, sehingga punggungnya menempel pada dinding kamar. Tangannya meremas erat ujung selimut yang masih menutupi tubuhnya, seakan selimut itu adalah satu-satunya tameng yang bisa melindunginya dari suaminya sendiri.
"Ke... kehilangan kendali? Mas, apa itu artinya aku hanya mainan untukmu? Kalau kamu sedang marah, maka kamu bisa seenaknya menyakitiku? Dan jikalau kamu sedang merasa ingin, maka kamu bisa memaksaku kapan saja?" Suara Rosalina pecah, dan air mata pun jatuh membasahi pipinya.
"Aku ini memang istrimu, Mas. Tapi bukan berarti aku ini tidak mempunyai harga diri dan juga perasaan."
Handrian melangkah setapak, tapi langsung terhenti saat Rosalina kembali mengangkat tangannya dan melarang.
"Jangan!" serunya dengan suara keras. Dan suara nafasnya juga terengah-engah, seperti baru saja berlari jauh.
"Aku tidak ingin kamu menyentuhku lagi. Aku takut... aku benar-benar takut padamu."
Kata-kata itu terdengar seperti palu besar yang menghantam batok kepala Handrian. Ia langsung memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit yang membakar di dalam dada. Hatinya benar-benar ingin berteriak, tapi mulutnya tidak kuasa untuk melakukan hal itu.
"Lina..." ucap Handrian lagi, dan kali ini dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Aku mohon, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Tolong jangan melihatku hanya dari kesalahanku saja. Karena walau bagaimanapun aku ini masih suamimu..."
"Tidak!" potong Rosalina cepat, dengan suaranya yang tinggi, dan terdengar seperti terdesak.
"Aku tidak tahu lagi siapa dirimu, Mas. Jika memang kamu suamiku, maka seharusnya kamu itu melindungiku dari rasa ketakutan. Tapi tadi malam apa yang kamu lakukan, Mas? Kamu membuat aku merasa takut, dan seolah-olah kamu itu hanyalah seperti seorang pria asing yang sama sekali tidak aku kenal. Aku benar-benar tidak mengenal sikapmu itu, Mas!"
Kemudian, Rosalina pun menundukkan kepala, membuat wajahnya tertutup dengan helaian rambutnya yang berantakan, sementara itu bahunya semakin terguncang akibat menahan tangis, dan ia sama sekali tidak berani menatap kearah Handrian lagi.
Handrian masih berdiri terpaku dengan hatinya yang teriris perih. Rasanya ia ingin sekali meraih istrinya itu dan memasukkannya kedalam dekapan.
Ia juga ingin berkata, bahwa dirinya akan berubah, dan berusaha menjadi suami yang terbaik untuk Rosalina.
Tapi tatapan penuh trauma yang terpancar dari raut wajah Rosalina, dan juga tercetak jelas dimata wanita cantik itu, seakan menahan langkahnya. Membuat ia hanya bisa menatap istrinya dengan perasaan yang penuh kebimbangan.
Sementara itu, suara isakan yang terus keluar dari mulut Rosalina, malah mengisi setiap sudut rumah. Membuat rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang yang terasa hangat, kini malah berubah menjadi sebuah ruang yang penuh dengan ketakutan.
Dan didalam keadaannya yang seperti itu, tiba-tiba saja Rosalina merasakan kepanikan yang luar biasa, saat ia melihat Handrian melangkah maju, dan kemudian berusaha menarik tubuhnya kedalam pelukan.
"Lepaskan, Mas! Lepaskan aku!" teriak Rosalina sambil meronta, tubuhnya berusaha melepaskan diri dari dekapan Handrian yang terasa begitu mencekik.
Bahkan, kini tangannya juga menghantam dada Handrian, serta mencakar wajah dan lengan pria itu.
Rosalina juga sempat menampar pipinya dengan keras. Namun semua itu sama sekali tidak membuat Handrian mundur. Dan sebaliknya, pria itu malah semakin menguatkan pelukannya pada tubuh sang istri.
Semakin Rosalina melawan, maka semakin kuat pula lengan Handrian memeluk tubuhnya yang kini terlihat gemetar hebat.
"Lina… tolong… jangan jauhi aku lagi. Aku mohon padamu!" Handrian berucap dengan suara parau. Bahkan suaranya itu hampir terdengar seperti sebuah rengekan.
“Aku takut, Mas! Aku tidak ingin hidup bersamamu lagi! jadi aku mohon padamu, tolong lepaskan aku!" Rosalina terus menjerit, tubuhnya terus terguncang diantara dekapan Handrian. Namun kekuatan fisiknya terlalu lemah dibandingkan dengan tenaga pria dewasa yang berusaha menahannya itu.
Akibat terus meronta dan melawan agar Handrian segera melepaskan dekapannya, tiba-tiba saja kaki mereka tersandung dengan ujung ranjang.
Dan saat itu pula, tubuh Rosalina kehilangan keseimbangan, membuat tubuhnya langsung terdorong dan jatuh ke lantai.
Sementara itu, Handrian yang masih memeluk tubuh Rosalina pun ikut terhempas, mengakibatkan suara benturan terdengar jelas, dan keduanya berguling diatas lantai.
"Jangan sentuh aku!" Rosalina kembali menjerit, dengan suara yang terdengar lebih keras. Tangan gemetarnya juga berusaha mendorong dada suaminya. Nafasnya tersengal, dan air matanya juga mengalir semakin deras, membasahi wajahnya yang kini terlihat pucat.
Namun semakin Rosalina terisak, maka Handrian semakin mengencangkan pelukannya. Dan kini ia juga terlihat menunduk dengan wajahnya yang menelusup kedalam ceruk leher istrinya.
Aroma tubuhnya bercampur dengan deru nafas yang memburu. Sehingga Rosalina merasakan kulitnya merinding bukan main. Dadanya juga merasa sesak karena ketakutannya yang semakin memuncak.
"Mas… jangan… jangan lakukan ini padaku… aku mohon…" rintih Rosalina dengan tangis yang benar-benar pecah, namun kini tubuhnya seolah merasa pasrah dengan perlakuan suaminya itu.
Di tengah kegelisahan tersebut, Rosalina tiba-tiba terdiam sejenak. Saat hidungnya menangkap aroma lain dari tubuh Handrian.
Selama ini ia sangat mengenal dengan aroma parfum yang dipakai oleh suaminya. Tapi kali ini, aroma yang melekat ditubuh suaminya itu, bukanlah aroma parfum yang biasa dipakai oleh pria tersebut.
Rosalina juga tahu, jika aroma yang saat ini ia cium dari bau tubuh Handrian adalah wangi Parfum dari seorang perempuan, yang sama sekali tidak dikenali olehnya.
Rosalina mencoba mengendusnya dengan perlahan, membuat Handrian pun langsung terdiam sambil menatap wajah istrinya itu.
Dan sesaat kemudian, Rosalina langsung membelalakkan matanya dengan tubuh yang menegang.
"Apa ini, Mas…?" bisik wanita cantik itu dengan suara bergetar.
Dengan sisa tenaga ia pun mendorong dada Handrian, yang membuat tubuh pria itu sedikit terangkat.
Wajah Rosalina yang dipenuhi oleh air mata, kini juga terlihat semakin sembab. Dan tatapannya pun dalam sekejap langsung berubah.
Rosalina menatap Handrian dengan tatapan yang kini bercampur antara ketakutan, kecurigaan, dan juga luka yang semakin dalam.
"Mas…" panggilnya dengan suara yang serak, dan nyaris patah.
"Aroma parfum siapa yang melekat ditubuhmu ini? Dan kenapa ada bau wanita di bajumu?"
Handrian terdiam dengan tubuh yang langsung terlihat kaku, wajahnya juga menegang sesaat sebelum ia buru-buru mengalihkan pandangannya kearah lain.
Pertanyaan Rosalina saat itu menggantung di udara, dan seolah menikam hatinya lebih tajam daripada sebuah sabetan pisau belati.
Bersambung...