Keputusan berlibur selama sebulan penuh untuk memulihkan patah hati sukses besar. Rhea De Santiago tidak lagi menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasih. dia benar-benar sudah pulih dan siap menjalani kehidupan baru.
Namun sehari sebelum pulang ke Meksiko, Rhea menghabiskan malam panas tanpa paksaan dengan William Riagen. Paman dari mantan kekasihnya. Setelah bercinta dengan intens, Rhea langsung terbang ke Meksiko dengan anggapan William tidak mungkin peduli dengan hubungan satu malam yang telah terjadi. Dia tidak tahu tentang William yang sudah menaruh rasa sejak lama.
“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”
=>Kalau suka, Silahkan dibaca♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Rantai yang membelenggu tangan dan Kaki Rhea sudah menciptakan memar di kulit. Suara nya sudah serak, bahkan untuk sekedar bersuara saja tenggorokannya terasa di tikam. Namun Dia tidak berhenti, Dia terus memohon-mohon, namun Zion yang sejak awal mengincar Rissha terus menggerakkan pinggulnya dengan beringas. Setelah menemui kli*maks untuk ke dua kalinya, Zion langsung berdiri dan memakai kembali pakaian.
“Sesuai dugaan Ku, Kau sangat nikmat Rissha. Silahkan menghubungi Aku jika Kau merindukan sentuhan tangan ini.”
“...” Dalam keadaan tubuh yang sudah di rusak dan mental yang terguncang, Rissha hanya bisa terdiam dengan air mata yang kembali keluar untuk ke sekian kali nya.
“Oh~ Kau sudah berhenti berteriak ?” Ucap Zion sambil memegang ujung dagu Rhea. “...Kau pasti lelah, apalagi karena ada janin pengganggu di perut Mu. Jangan lupa untuk menggugurkan nya. Aku akan memantau pergerakan Mu, Rhea. Jika Kau tidak menggugurkan janin dan menjauhi William, selanjutnya Aku akan merudal paksa Seleste. Tentu nya dengan diri Mu yang menjadi penonton seperti hari ini.”
Zion pun melepaskan kasar dagu yang Dia pegang sejak tadi dan melingkarkan tangan kekar nya di pinggang Nina.
“Ayo Kita pergi.. Kalau Mereka bergerak cepat, sekarang Mereka pasti sudah memasuki wilayah ini.” Tutur Zion sambil membawa Nina pergi dari pintu yang lain. Meninggalkan teman-teman nya berjaga di depan pintu sebagai umpan tanpa tahu apapun.
“...” Ruangan itu sudah sunyi senyap.
Rissha terus menangis meratapi nasib nya, Rhea sudah tertunduk lemah.
“Ris... Rissha, maaf—Uhukk!!” Rhea batuk darah. Tenggorokannya butuh diistirahatkan. Tetapi tidak mungkin Dia berdiam diri saja. Dia tidak peduli pada diri nya lagi. “...Maaf.. Uhuk uhuk.. Uhukk!”
Rissha yang bersandar di tembok dengan tenaga yang sudah terkuras habis langsung membludak kan air mata. Dia tidak tega melihat Rhea yang terus batuk darah karena memaksa untuk berucap maaf atas ulah adik nya. Ulah Pria brengs*k yang keluar dari lubang neraka bagian terdalam.
“Ughhh...” Air mata Rhea kembali terjun bebas. Dia saat ini tidak tega melihat Rhea harus menggugurkan janin dalam rahimnya.
Penampilan Rissha sangat berantakan, sangat naas. Mentalnya di robek dengan keras oleh kejadian barusan.
Terdengar bunyi baku hantam dari pintu yang di jaga oleh teman-teman Zion, dan beberapa menit kemudian Rhea dan William masuk ke ruangan.
“Rhea— Ya Tuhan!” Pekik Seleste sambil membekap mulut. William langsung memalingkan wajah ke arah lain dan Seleste langsung berlari cepat kemudian menutup tubuh Rissha dengan jaket nya.
Srukh!
Seleste langsung memeluk tubuh Rissha tanpa keraguan sedikit pun. Dia peluk dengan erat sampai membuat Rissha kesulitan bernafas, tetapi itu tidak menyakitkan. Tindakan itu justru menenangkan.
“Maaf... Maaf, Kami datang sangat terlambat... Maaf...” Seleste sudah menangis. Dia juga wanita. Di dunia yang merugikan wanita dalam berbagai aspek, kejadian seperti ini sudah bukan kejadian yang mengagetkan. Tetapi melihat langsung korban yang baru habis di lecehkan secara langsung membuat Seleste tidak kuat menahan tangis.
“Kami mendapat kunci nya!” Pekik anak buah Morgan sambil membawa kunci untuk melepaskan rantai yang membelenggu Rissha maupun Rhea.
“Rhea...” Panggil William dengan nafas tertahan. Darah yang menghiasi mulut, tubuh yang lemah dan warna merah keunguan yang tertanda di kulit memberikan pukulan keras pada William.
Dia gagal melindungi dan menjaga Rhea. Dia gagal melindungi wanita yang sudah menyuarakan keputusannya untuk menikah dengan William.
Rhea sudah kehilangan kesadaran. William langsung menggendong Rhea dengan pelan, takut sedikit goncangan akan membuat tubuhnya hancur. Sedangkan di sisi lain, anak buah Morgan sudah mendekat dan mengulurkan tangan.
“Biar ku gendong Dia ke dalam mobil—”
“Menjauh!” Potong Seleste yang merasakan Rissha mencengkram tubuh Nya saat suara lelaki mendekat.
“Keluar! Kami akan menyusul sebentar lagi.” Pungkas Seleste dengan tatapan tajam. Saat tersisa mereka berdua, Seleste membantu Rissha memakai kembali celana nya yang di buang Zion tak jauh dari posisi rantai berada.
Seleste langsung menggendong tubuh Rissha tanpa kesulitan sedikit pun. Rissha melingkarkan tangan di leher Seleste dan menyembunyikan wajah nya di ceruk leher Seleste. Tubuh nya gemetaran saat mendengar suara laki-laki di sekitar.
“Tidak apa-apa.. Kau aman bersama Ku.” Ucap Seleste yang sudah masuk ke dalam mobil dan keempat mobil hitam melaju ke rumah sakit.
...***...
Rhea belum sadarkan diri. Tubuh nya mengalami syok berat. Tenggorokannya mengalami luka dalam karena berteriak cukup lama. Sedangkan Rissha mengalami trauma berat. Tubuhnya yang di rudal paksa menjadi ingatan paling mengerikan yang tertancap dengan jelas di benak. Bahkan untuk sekedar mendengarkan suara pria saja tubuh nya langsung bergetar hebat.
Seleste sudah duduk di kursi samping ranjang pasien. Kedua tangannya di kepal dengan sangat erat di atas paha, dan entah untuk yang keberapa kali Dia lagi-lagi mengucapkan hal yang sama.
“Maaf... Sungguh maaf kan Aku... Maaf...”
“Berhentilah meminta maaf.” Tutur Rissha yang saat ini bersandar di ranjang pasien dengan suara lemah.
“...Maaf.” Seleste tidak menemukan kata-kata lain di benak. Tidak mungkin Dia mengatakan ‘Semua nya akan baik-baik saja’ pada korban pemerk*saan. Perkataan tidak masuk akal apa itu ? Apa nya yang akan baik-baik saja ? Tidak ada yang baik-baik saja saat ini!
“...” Rissha yang sejak tadi melempar tatapan kosong ke arah jendela akhir nya mengalihkan atensi yang sudah redup kepada Seleste. “...Kenapa Kalian yang meminta maaf pada sesuatu yang terjadi di luar kendali Kalian ? Rhea juga...” Rissha kembali melepaskan derai air mata. “...Dia terus berteriak seperti orang gila... Dia memaksa untuk mengatakan maaf meski sudah muntah darah, berkali-kali. Sedangkan Nina dan Pria Brengs*k itu, Mereka keluar dengan tawa bahagia bahkan sambil berpelukan mesra...” Bibir Rissha kembali bergetar. Kedua tangannya menutup wajah.
Dia kembali menangis. Wajah Seleste ikut mendung, Dia membentangkan ke dua tangan dan memeluk Rissha dengan erat. Telinga nya mendengarkan setiap jeritan Rissha yang memaki-maki adik nya Nina juga Pria Brengs*k yang merudal paksa diri nya. Dan di ujung sumpah serapah yang keluar, Dia berucap…
“Jangan memeluk Ku. Tubuh ini sangat kotor!” Pekik nya sambil memberontak namun tidak Seleste lepaskan sedikitpun.
“Kau tidak kotor.” Jawab Seleste dengan lingkar mata yang memanas.
“Kau salah! Aku sangat kotor saat ini. Singkirkan tangan Mu! Nanti kau ikut tercemar!”
“Tidak… Aku tidak akan tercemar. Aku tidak akan melepaskan pelukan sedikit pun.”
Setelah menangis tiada henti-hentinya, Rissha terlelap. Namun Seleste yakin sebentar lagi Dia akan bangun dengan nafas yang patah-patah karena otaknya terus menunjukkan kejadian mengerikan yang baru saja terjadi.
Klek
Tatapan tajam langsung Seleste lemparkan ke arah pintu. Penjagaannya langsung menurun karena yang masuk kali ini adalah Morgan.
“Keluar saja. Dia akan lebih histeris saat bangun dan melihat ada Pria di sebelah Ku.” Tutur Seleste melempar tatapan ke arah lantai.
Morgan berlutut agar arah tatapan Seleste mengenai nya. “Maaf, AKu melacak lokasi Mereka terlalu lama.”
“Sudahlah… Saat ini perkataan apapun tidak akan membantu situasi yang sudah tercipta. Terimakasih karena sudah melacak juga mengerahkan anak buah Mu.”
“Aku sudah tahu identitas Pria itu. Pria yang menculik Rhea dan melibatkan wanita yang saat ini tengah terbaring dengan alis yang menukik tajam itu bernama Zion Kerald. Dia Suami dari Katarina Ziend. Wanita yang kabur bersama Zion tepat di hari pernikahannya dengan William Riagen.”
...***...
...Jangan lupa like dan komen Guys, Thank you♥️...