Kembar, Cinta Dan Pilihan

“Rendra, Mami ingin berbicara hal penting dengan mu. Mami tunggu di ruang kerja.” Ujar Mami. “Nak, mami pinjam Rendra sebentar ya. Kamu langsung ke kamar aja, siap-siap. Sepertinya, Rendra bakal kasih hukuman mengerikan malam ini.” Sambung wanita paruh baya itu dengan wajah jail, membuat pipi Anna sudah semerah tomat.

“Benar. Bersiaplah, malam ini aku tidak akan melepaskan mu.” Rendra ikut menimpali. Laki-laki itu kemudian melangkah santai, mengikuti ibunya dari belakang.

‘Ada apa dengan mereka. Ibu dan anak sama-sama gila.’ Gumam Anna. Ia pun melangkah meninggalkan meja makan, menuju kamar tidur utama.

Di ruang kerja, ibu dan anak yang biasanya tidak akur, sudah duduk di sofa panjang yang tersedia di sana. Namun, belum mami memulai pembicaraan, ponsel Rendra berdering. Laki-laki itu segera memeriksa ponselnya. Banyak gambar yang dikirim Arhan mulai terbuka di layar ponsel nya.

“Ya Tuhan..” Ucap Rendra.

“Ada apa?” Mami menatap putranya penuh tanya.

Rendra menyodorkan ponselnya pada wanita yang selalu memusuhinya sekian tahun itu.

“Dia bukan Ananta, Mi. Dia orang lain.” Ada kesedihan terdengar dari bibir Rendra. Ah, tiba-tiba hatinya sakit. Padahal, mereka baru beberapa hari bersama. “Aku menyuruh seseorang untuk menyelidiki hotel tempat Ananta menginap beberapa hari lalu. Dan mereka mendapatkan informasi ini.” Sambungnya lagi. Ia sudah menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

“Dia saudari kembar Ananta. Orang suruhan Om Adi sudah melaporkan hal ini. Ananta sedang bersama ibu kandung nya.” Ucap Mami santai, membuat Rendra menatap tidak percaya.

“Maksud, Mami?” Tanya Rendra tidak percaya. Jantungnya berdetak tidak karuan. “Mi, hampir saja aku menidurinya semalam. Ya Tuhan, kenapa mami tidak bilang? Hampir saja aku menodai gadis yang bukan istriku.” Sambungnya lesu.

“Mami baru mendapat informasi pagi ini dari Om Adi. Cih, kamu juga kan sudah sering meniduri si Melisa itu padahal kalian belum menikah.” Wanita yang tidak lagi muda itu nampak terlihat kesal. “Tapi tunggu, kamu menyukai gadis itu? Bukannya kamu sangat membenci Ananta?” Kali ini, mami sudah menatap putranya itu penuh kecurigaan.

“Ah, aku tidak tahu. Tiba-tiba saja semua jadi berubah begini. Dan ralat ya, Mi. Aku tidak pernah meniduri Melisa.” Tegas Rendra.

“Siapa yang tahu apa yang kalian lakukan di apartemen itu.” Tatapan horor kembali menyerang Rendra, membuat laki-laki itu tidak lagi bisa mengatakan apa pun. Sadar, dia sudah merusak kepercayaan mami, jadi tidak lagi ingin berdebat.

“Tapi bagaimana bisa, Mi? Kenapa aku enggak tahu kalau Ananta punya saudari kembar?” Rendra menatap mami menunggu jawaban wanita itu.

“Cerita yang sangat panjang dan kompleks. Tante Reina bukanlah wanita dari keluarga biasa-biasa. Om Adi takut, jika Tante Reina tahu wanita yang dicintai Om Adi dan putri nya masih hidup, keluarga wanita ular itu tidak akan tinggal diam. Jadi, selama ini Om Adi hanya memantau dari kejauhan.” Jawab Mami.

“Maksud Mami, Om Adi punya selingkuhan?” Tanya Rendra. “Tapi kenapa Ananta hidup bersama Om Adi?” Ah, benar-benar membingungkan.

“Selingkuh? Tidak. Om Adi hanya kurang tegas. Dan dia tidak punya keberanian menentang keluarganya. Dia takut wanita yang dia cintai semakin terluka.” Jawab mami. Ia tahu sebesar apa cinta sahabatnya itu pada ibu Ananta. Ia menjadi saksi perjalanan cinta sahabatnya itu.

Rendra menatap mami nya dengan kening berkerut. Ia tidak mengerti.

“Sudahlah. Cepat lepaskan si Melisa itu sebelum Mami benar-benar membuatnya celaka. Dan ingat, jangan berani kamu menyentuh gadis yang ada di dalam kamar kamu itu. Biarkan saja seperti ini. Kita tunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.” Ujar mami memperingatkan. “Jangan beritahu dia soal ini. Biarkan saja, mami yakin sebentar lagi Ananta akan datang. Di kota itu, gadis ini juga dicintai oleh laki-laki bernama Raksa. Om Adi sudah memeriksa latar belakang mereka. Sepertinya, jalan hidup gadis yang ada di dalam kamar mu itu, sama seperti ibunya. Dia tidak diinginkan keluarga dari laki-laki yang mencintainya.” Sambung wanita paruh baya itu.

Rendra mengangguk mengerti. Ah, baru saja hubungannya dengan Ananta mulai membaik. Ia pikir, gadis yang membuat jantungnya berdebar benar-benar Ananta.

Setelah selesai membicarakan banyak hal, Rendra kembali ke kamar di mana Anna berada. Laki-laki itu membuka pintu kamar perlahan. Benar saja, gadis yang ia belum tahu siapa namanya ini, sudah terlelap dengan sangat tenang di atas ranjang.

Ia melangkah perlahan menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di sana, agar tidak mengganggu tidur lelap gadis itu. Ia menatap wajah tenang itu dengan diam. Siapa nama gadis ini? Ah, jantungnya kembali menggila. Ada rasa tidak rela saat mengingat hubungan ini akan berakhir. Lebih membuatnya tidak rela, gadis ini sudah ada laki-laki yang mencintai nya. Sial. Hidupnya sedang dipermainkan oleh perasaannya sendiri. Urusan Melisa belum selesai, kini ia kembali dihadapkan dengan masalah ini.

‘Hebat sekali kau. Beraninya kamu pergi dan mengirim masalah baru dalam hidupku.’ Rendra memaki Ananta di dalam hati. Berani sekali gadis itu membalas dan mempermainkannya seperti ini. Ah, sudahlah! Ia harus beristirahat . Malam ini, cukup sampai di sini.

Setelah Rendra terlelap, Anna kembali melihat ponselnya. Banyak pesan dari Ananta yang ingin segera bertemu dengannya. Ia membatalkan perjanjian satu tahun yang mereka bicarakan beberapa hari yang lalu di hotel. Meski begitu, kompensasi yang dijanjikan gadis itu, tetap akan diterimanya. Anna menoleh, menatap Rendra yang kini sudah terlelap di atas sofa. Hatinya tiba-tiba tidak rela berpisah dari laki-laki ini.

‘Sejak kapan kamu jadi bodoh seperti, Anna.’ Ia memaki dirinya sendiri di dalam hati. Rendra masih jauh lebih baik Raksa. Meskipun keluarga laki-laki itu tidak menginginkan kehadirannya, paling tidak Raksa sangat menghargai keberadaannya. Cih, apa apa yang sedang kamu pikirkan, Anna? Apa sekarang kamu sudah jatuh cinta pada laki-laki brengsek ini, hingga begitu berani membandingkannya dengan Raksa yang sudah sekian tahun menemanimu? Sepertinya mulai sekarang, kata bego sudah bisa disematkan padanya.

Pesan Ananta yang akan kembali bertukar tempat, sungguh mengganggunya malam ini. Untung saja, laki-laki yang kini sudah terlelap ini, tidak menyadari jika dirinya belum benar-benar terlelap. Sudahlah, mulai besok ada banyak hal yang harus ia lakukan. Mencari alasan untuk pergi sendiri di saat mami ada, sepertinya bukanlah hal yang muda. Dan ia harus berusaha mencari jalan keluar. Kompensasi yang dijanjikan Ananta, cukup untuk membuat kehidupan Ayah dan Ibunya jauh lebih baik. Untuk itu, ia tidak boleh mengecewakan Ananta.

Anna menghembuskan nafasnya. Berusaha untuk tetap tenang. Tuhan pasti akan selalu memudahkan jalannya, sama seperti hari-hari nya lalu.